Meski tahun lalu angka stunting di Indonesia menurun dibandingkan 2021, upaya pemerintah dalam menekan jumlah anak stunting di Indonesia masih diuji. Pola konsumsi dan minimnya pengetahuan masyarakat terhadap bahaya stunting menjadi tantangan.
Meminjam kalimat Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bahwa stunting tidak hanya menyangkut kesehatan tetapi menentukan bangsa ini besar atau tidak, kesadaran terhadap dampak buruk stunting harus terus disuarakan.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2022, yang memberikan gambaran status gizi balita meliputi stunting, wasting, underweight, dan overweight, terhadap 334.848 bayi di 33 provinsi, diketahui angka stunting di Indonesia pada tahun lalu berada di posisi 21,6% turun dibandingkan dengan 2021 di posisi 24,4%. Meski membaik, pencapaian itu masih di atas standar ketetapan WHO yaitu 20%.
Menilik rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN), pemerintah tampaknya harus bekerja lebih keras untuk menurunkan angka stunting tahun ini. Sebagaimana yang ditetapkan, pada 2023 diharapkan angka stunting berada di level 17,8% dan kembali turun di posisi 14% pada 2024.