Emiten Andalkan Strategi Pendanaan Afiliasi

Sejumlah emiten mengandalkan strategi pendanaan afiliasi untuk mendukung pengembangan bisnisnya. Ini menjadi langkah efisiensi bisnis di tengah tekanan pandemi yang masih belum pasti kapan berakhirnya.

Dwi Nicken Tari, Mutiara Nabila & Pandu Gumilar

3 Sep 2021 - 19.34
A-
A+
Emiten Andalkan Strategi Pendanaan Afiliasi

Suasana kantor pusat PT Astra International Tbk (ASII) di kawasan Jln Sudirman, Jakarta pusat, Selas (16/6). Hasil RUPS Astra International menyetujui Djony Bunarto Tjondro diangkat menjadi Presiden Direktur menggantikan Priyono Soegiarto yang juga disetujui menjadi Komisaris Utama. Nurul Hidayat

Bisnis, JAKARTA — Sejumlah emiten memilih untuk melakukan pendanaan secara mandiri kepada anak usaha atau sister company mereka ketimbang mengandalkan sumber dana eksternal. Selain memberikan keuntungan finansial, transaksi ini juga mengefektifkan perputaran modal dalam grup usaha.

PT Astra International Tbk, misalnya, memberikan tambahan likuiditas kepada PT Trans Marga Jateng (TMJ) melalui entitas usahanya PT Astra Tol Nusantara (ATN) sebagai bentuk dukungan keuangan untuk keperluan umum korporasi.

ATN merupakan anak usaha Astra yang mengelola bisnis tol dengan kepemilikan saham 99,99%, sedangkan TMJ adalah Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yang memegang konsesi jalan tol ruas Semarang - Solo.

ATN memegang 40% saham TMJ, sedangkan sisanya dimiliki PT Jasa Marga (Persero) Tbk., PT Trans Optima Luhur, dan PT Sarana Pembangunan Jawa Tengah.

Head of Investor Relations Astra International Tira Ardianti mengatakan ATN memberikan pinjaman kepada TMJ senilai Rp1,56 triliun dengan bunga 7,90% per tahun melalui Perjanjian Pinjaman Pemegang Saham PT TMJ tertanggal 31 Agustus 2021.

Pinjaman antarafiliasi Grup Astra tersebut memiliki jatuh tempo hingga 30 Desember 2021 atau satu bulan setelah dilunasi perjanjian kredit sindikasi TMJ dengan pertimbangan mana yang lebih dulu terjadi.

“Bagi ATN, pelaksanaan transaksi dengan pihak terafiliasi akan memberikan manfaat finansial berupa adanya pendapatan bunga, sementara bagi TMJ akan ada efisiensi administrasi dibandingkan apabila pinjaman berasal dari pihak perbankan,” jelas Tira kepada Bisnis, Jumat (3/9).

Praktik serupa juga dilakukan banyak emiten jalan tol lain, yakni PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk. (CMNP). Perseroan memberikan pinjaman senilai total Rp2,46 triliun kepada dua entitas usahanya untuk melunasi utang konstruksi kepada perbankan dan meringankan beban keuangan mereka.

Dalam keterbukaan informasi pada Jumat (3/9), perseroan melaporkan pemberian pinjaman kepada PT Citra Marga Lintas Jabar (CMLJ) senilai Rp560 miliar dan kepada PT Citra Waspphutowa (CW) senilai Rp1,90 triliun.

Adapun, CMLJ saat ini adalah BUJT pengelola jalan tol ruas Soreang - Pasir Koja (Soroja).  CMNP memiliki 72,74% saham perusahaan ini, sedangkan sisanya dimiliki oleh PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. dan PT Jasa Sarana.

Sementara itu, CW merupakan BUJT pemegang konsesi jalan tol ruas Depok - Antasari. CMNP memiliki porsi saham sebesar 72,70% di dalam CW, sedangkan sisanya dipegang oleh PT Waskita Toll Road dan PT PP (Persero) Tbk.

Presiden Joko Widodo (kedua kanan), didampingi PUPR Basuki Hadimuljono (kanan), Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kedua kiri) dan Direktur Utama PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk. (CMNP) Tito Sulistio meresmikan jalan tol Depok – Antasari Seksi I : Antasari – Brigif, di Jakarta, Kamis (27/9/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Adapun, latar belakang transaksi afiliasi ini sehubungan dengan kondisi pandemi yang mengakibatkan pembatasan mobilitas masyarakat sehingga berdampak pada trafik lalu lintas jalan bebas hambatan.

“Penurunan volume trafik tersebut mengakibatkan penurunan pendapatan tol yang signifikan kepada CMLJ dan CW, sehingga perseroan berupaya melakukan rencana-rencana strategis untuk menjaga arus kas dan kemampuan likuiditas kedua anak perusahaan tersebut,” tulis CMNP.

Untuk CMLJ, addendum kedua perjanjian pinjaman dana ditandatangani pada 2 Agustus dengan jumlah pinjaman pokok Rp560 miliar. Pinjaman ini diberi jangka waktu 78 bulan dengan bunga yang diperbarui menjadi 10,50% per tahun.

Sementara itu, untuk CW, pokok pinjaman diberikan Rp1,90 triliun lewat addendum pertama perjanjian pinjaman dana yang ditandatangani pada 19 Juli 2021. Bunga pinjaman ditetapkan 9,75% dengan tenor 9 tahun.

“Dengan adanya transaksi yang dilakukan oleh perseroan akan memberikan pinjaman yang lebih fleksibel dan tingkat bunga yang dibebankan lebih rendah daripada fasilitas pinjaman dari bank kepada anak perusahaan yaitu CMLJ dan CW,” tulis CMNP.

Di luar bisnis jalan tol, strategi serupa juga dijalankan oleh banyak emiten lain dari berbagai sektor guna menekan beban keuangan dalam satu grup usaha.

Di sektor properti, transaksi afiliasi dilakukan oleh para pemegang saham PT Pikko Land Development Tbk. (RODA). Sejumlah pemegang saham RODA memberikan pinjaman sebagai dana talangan kepada RODA dan sejumlah anak usahanya.

Adapun para pemegang saham RODA yang memberikan dana talangan tersebut adalah Nio Yantony, Kwan Sioe Moei dan Ginawan Chondro. Total dana talangan yang diberikan mencapai Rp381,1 miliar. Dana tersebut digunakan antara lain untuk membiayai pembebasan lahan, operasional, perizinan, pelunasan pinjaman/cicilan bank, dan pembangunan proyek.

SEKTOR PERTAMBANGAN

Di sektor pertambangan, penambang batu bara PT Mitrabara Adiperdana Tbk. (MBAP) bersama anak usahanya yakni PT Baradinamika Mudasukses (BDMS) melaporkan transaksi afiliasi dengan sister company yakni PT Baramulti Sugih Sentosa (BMSS).

Pada keterbukaan informasi perusahaan berkode emiten MBAP yang diterbitkan pada Kamis (2/9), ketiga perusahaan telah menandatangani perjanjian kerja sama pemanfaatan fasilitas infrastruktur dan penanganan batu bara.

Sekretaris Perusahaan MBAP Chandra Lautan menyebutkan nilai transaksi per 31 Desember 2020 sebesar Rp139,32 miliar atau setara dengan US$9,87 juta. Secara total, persentase nilai rencana transaksinya sebesar 71,5% dari ekuitas MBAP.

Ini merupakan transaksi afiliasi sebab BDMS yang merupakan anak usaha MBAP dengan kepemilikan saham sebesar 99,99%, sedangkan BMSS merupakan sister company MBAP sebab memiliki pemegang saham pengendali yang sama, yakini  PT Wahana Sentosa Cemerlang.

Rencananya, transaksi ini akan digunakan manajemen MBAP untuk mengoptimalkan penggunaan kapasitas fasilitas infrastruktur yang dimiliki MBAP dan BDMS.

“Karena secara perizinan yang dimiliki memang diperbolehkan untuk dipergunakan oleh pihak ketiga atau afiliasi,” ungkap Chandra.

Selain itu, rencana transaksi ini juga dapat memberikan tambahan pendapatan baik bagi MBAP maupun BDMS selaku anak usaha.

Emiten tambang dan industri PT Petrosea Tbk. juga melakukan transaksi afiliasi melalui kerja sama dengan sesama anak usaha PT Indika Energy Tbk. (INDY), yakni PT Xapiens Teknologi Indonesia.

Mengutip keterbukaan informasi perusahaan pada Jumat (3/9), emiten berkode saham PTRO itu melakukan transaksi afiliasi untuk menggunakan layanan Xapiens untuk mendukung perkembangan kegiatan usaha PTRO.

Obyek transaksinya yakni berupa perjanjian managed service, di mana Xapiens akan menyediakan layanan untuk jangka waktu 5 tahun dengan perincian layanan berupa Customer Support, Application Support, ERP Application Support, End User Management, Link Connection, Network & Communication, Infrastructure, Backup Services, dan Cloud Services.

Adapun nilai transaksi yang dilakukan selama 5 tahun diperkirakan akan mencapai sekitar Rp188,06 miliar.

“Transaksi yang dilakukan perseroan dengan pihak Xapiens bertujuan membangun dan mewujudkan sinergi antara perusahaan di dalam grup. Sentralisasi bisnis di dalam grup akan memberikan efisiensi dalam transaksi, dibandingkan dengan transaksi dengan non-afiliasi,” jelas Direktur PTRO Meinar Kusumastuti.

Emiten tambang lain yakni PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) juga melaporkan transaksi afiliasi dengan anak usahanya yakni PT Barito Pacific Lumber (BPL). BPL menjual 51% saham miliknya di PT Barito Wanabinar Indonesia (BWI) kepada BRPT.

Sebelumnya, BRPT sudah memiliki 48% saham BWI, sehingga dengan transaksi ini kepemilikan BRPT menjadi 99%. Sementarai itu, 1% saham selebihnya dimiliki oleh PT Fenari Makmur yang juga merupakan afiliasi BRPT.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan BRPT, Diana Arsiyanti, menyebutkan dalam keterbukaan informasi bahwa perjanjian itu telah ditandatangani pada 31 Agustus 2021. Nilai transaksi akuisisi saham ini mencapai Rp171,85 milar.

Adapun, BWI dan afiliasinya memiliki aset berupa 49% saham di PT Sumber Graha Maluku (SGM) yang merupakan perusahaan pemanfaatan hasil hutan kayu dan pabrik pengolahan kayu.

Sejalan dengan rencana usaha SGM untuk mengembangkan kegiatan usahanya, SGM berhasil menjalankan kerja sama dengan investor strategis yang memberikan modal tambahan kepada SGM dan menjadi pemegang 51% saham di dalam SGM.

Diana mengatakan bahwa dengan adanya transaksi afiliasi ini, diharapkan kinerja SGM akan semakin berkembang sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih baik pula kepada pemegang sahamnya.

“Dengan adanya perubahan kondisi SGM tersebut [yang utamanya didorong oleh masuknya tambahan modal dari investor], BRPT memandang bahwa prospek usaha SGM menjadi lebih baik, sehingga perseroan memutuskan untuk menambah kepemilikan sahamnya di dalam BWI,” jelas Diana.

KEPASTIAN PENDANAAN

Pengamat Pasar Modal dari Asosiasi Analis Efek Indonesia Reza Priyambada mengatakan bahwa keputusan emiten melakukan transaksi afiliasi bukan melulu karena sumber pendanaan yang mulai terbatas.

Transaksi afiliasi sering kali memberi kepastian lebih besar bagi kepada pihak yang bertransaksi terkait ketersediaan dana yang dibutuhkan.

“Karena induk usaha pasti mau membantu anak usaha. Daripada nerbitin surat utang atau obligasi, masih cari pembeli, mending saya tawarkan ke induk usaha yang pasti mau bantu saya,” jelasnya.

Terkait pengaruhnya ke saham perusahaan, Reza mengatakan kembali lagi kepada penilaian investor terhadap perusahaan. Apakah transaksi afiliasi tersebut bisa menambah nilai dari perusahaan terkait.

“Kalau dengan transaksi afiliasi ternyata value perusahaan anak atau induk meningkat, itu bisa jadi sentimen positif untuk sahamnya,” kata Reza.

Reza menilai saham yang mungkin terdongkrak cenderung ke saham yang banyak ditransaksikan oleh investor. Menurutnya, BRPT potensial menguat karena likuiditasnya lebih besar dibandingkan dengan emiten lainnya.

“Kita kan lebih melihat ke penilaian investor seperti apa. Kalau yang biasa ditransaksikan oleh investor akan jadi perhatian investor,” imbuhnya.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan tidak mudah bagi perusahaan tercatat untuk menerbitkan surat utang. Ada beberapa tantangannya, misalnya terkait durasi dan peringkat utang perseroan.

“Meskipun memiliki kinerja fundamental yang baik belum tentu pasar akan menyerap karena penerbitan pertama pasti membutuhkan cost of fund yang besar,” katanya.

Menurutnya rekam jejak historikal emiten dalam komitmen pembayaran utang sangat penting untuk menarik minat. Oleh sebab itu, transaksi afiliasi bisa menjadi jalan bagi emiten untuk menerbitkan surat utang di masa depan.

Ramdhan menambahkan cost of fund transaksi afiliasi bisa ditekan menjadi lebih kecil dibandingkan dengan surat utang atau pinjaman bank. Sebagai contoh, suatu perusahaan dengan peringkat AAA baru bisa menerbitkan utang dengan bunga sekitar 7%.

Tingkat bunga itu tidak jauh berbeda dibandingkan dengan pinjaman yang diberikan oleh bank. Bahkan mungkin dapat jauh lebih besar lagi tergantung perusahaan.

“Kalau transaksi afiliasi kan berarti salah satu pihak over likuid sedangkan di dalam satu grup ada yang membutuhkan sehingga biaya lebih rendah,” imbuhnya.

Ramdhan mengambil contoh PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. (GOOD) yang mendapatkan pinjaman Rp200 miliar dari entitas usaha. Menurutnya, bila menerbitkan surat utang perseroan akan memakan biaya besar karena tidak memiliki rekam jejak penerbitan.

Menurutnya, tidak menutup kemungkinan transaksi afiliasi akan semakin marak. Hal itu, lanjutnya, bisa menjadi cara perseroan dalam membangun karakter dan kepercayaan pasar dalam melunasi komitmen.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.