Emiten Makin Gencar Buyback Demi Poles Harga Saham

Sejak Maret 2020, terdapat 107 perusahaan tercatat yang telah merealisasikan pelaksanaan buyback dengan nilai Rp 6,8 triliun. Aksi korporasi itu dipilih karena harga saham dinilai terlalu rendah dan tidak mencerminkan kinerja perusahaan

25 Agt 2021 - 20.34
A-
A+
Emiten Makin Gencar Buyback Demi Poles Harga Saham

Karyawan melintas di dekat layar penunjuk pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (12/6/2019). - Bisnis/Felix Jody Kinarwan

Bisnis, JAKARTA - Sejumlah emiten memilih melaksanakan aksi buyback atau pembelian kembali saham. Aksi korporasi itu ditempuh untuk mendongkrak harga saham yang dinilai terlalu rendah. 

Aksi tersebut juga untuk sebagai upaya perseroan menyakinkan pasar bahwa fundamental perusahaan cukup baik. Bursa Efek Indonesia pun mencatat 107 perusahaan yang telah menyelesaikan dan merealisasikan pelaksanaan buyback sejak Maret 2020.

Nilai dari aksi korporasi tersebut pun cukup besar. “Nilai realisasi sebesar Rp6,8 triliun atau 23 persen dari total nilai rencana buyback sejak diberlakukannya SE OJK No. 3/SEOJK.04/2020 pada tanggal 9 Maret 2020,” kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, Rabu (25/8/2021).

BEI juga mencatat ada 12 perusahaan tercatat yang telah menyampaikan rencana buyback dan masih dalam periode pelaksanaan buyback sampai dengan tanggal 20 Agustus 2021. Menurut Nyoman, rencana pembelian kembali saham dari 12 perusahaan itu mencapai Rp4,9 triliun.

Adapun para emiten itu, lanjutnya, telah menjalankan sesuai SE OJK No. 3/SEOJK.04/2020 tentang Kondisi Lain Sebagai Kondisi Pasar yang Berfluktuasi Secara Signifikan dalam Pelaksanaan Pembelian kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik.

Nyoman menambahkan 6 dari 12 perusahaan tercatat yang telah menyampaikan rencana buyback telah melaksanakannnya. Adapun total pelaksanaan buyback sebesar Rp190 miliar atau 3,8 persen dari nilai rencana tersebut.

Lebih lanjut, Nyoman menyebut aksi korporasi itu menjadi salah satu indikator penguatan sejumlah saham perusahaan tercatat. Aksi tersebut juga terkait dengan berbagai hal termasuk dampak dari pelaksanaan buyback dan juga kebijakan pemerintah dan regulator yang kondusif untuk menjaga tingkat pertumbuhan perekonomian Indonesia.

Adapun perseroan yang baru saja menyelesaikan periode pembelian kembali sahamnya yakni PT PP Presisi Tbk. (PPRE). Anak usaha BUMN itu merealisasikan pembelian kembali 108.058.700 saham.

PPRE melaksanakan pembelian selama 18 bulan antara 6 Februari 2020 sampai dengan 30 Juli 2021. Namun realisasi pembelian itu meleset dari target yang ditetapkan sebesar 941.116.400 saham.

Sebelumnya, perseroan menganggarkan alokasi dana Rp293 miliar untuk menyerap 9,20 persen saham dari modal disetor dan ditempatkan penuh.

 

Langkah Tepat

Sedangkan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) dan PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) telah mengumumkan rencana pembelian kembali saham perseroan. MIKA berencana buyback sahamnya maksimal Rp200 miliar. Sedangkan KLBF mengumumkan akan buyback saham Rp250 miliar.

Jika menengok harga sahamnya, kedua emiten tersebut tengah berada dalam tren pelemahan harga hingga dua digit secara tahun berjalan alias year-to-date (ytd). Harga saham ytd MIKA anjlok 17,08 persen dan bertengger di level Rp2.330 pada penutupan perdagangan Rabu (25/8/2021).

Sedangkan secara ytd harga saham KLBF sudah anjlok 10,5 persen ke level Rp1.320. Head of Research MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio menilai langkah MIKA dan KLBF untuk melakukan buyback cukup tepat.

Mengingat kinerja kedua emiten yang mendukung sektor kesehatan ini mencetak kinerja yang baik, terutama setelah paruh pertama tahun ini.  "Untuk MIKA sendiri berhasil menghimpun pendapatan sebesar Rp2,39 triliun rupiah di kuartal II ini, atau tumbuh sebesar 65 persen apabila disandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu," jelasnya kepada Bisnis, Selasa (24/8/2021).

Laba bersihnya pun tumbuh luar biasa menjadi sebesar Rp615 miliar atau naik sekitar 113 persen secara tahunan. KLBF juga mengalami pertumbuhan pendapatan sekitar 6,6 persen dengan nilai Rp12,37 triliun.

Adapun, laba bersihnya turut terdongkrak dengan nilai Rp1,49 triliun atau naik sekitar 7,9 persen. "Namun jika disanding dengan kinerja sahamnya, pergerakannya tidak sejalan dengan pertumbuhan yang berhasil diperoleh oleh kedua emiten tersebut," katanya.

Menurutnya, harga saham MIKA dan KLBF malah tidak bergerak jauh dari level terendahnya tahun ini. Untuk MIKA pergerakan rata-rata pekan ini di level Rp2.250, sementara level terendahnya di Rp2.200. Sedang pergerakan rata-rata KLBF di level Rp1.300 dengan level terendah Rp1.240.

Dengan demikian, langkah buyback dari masing-masing emiten tepat dilakukan untuk menyikapi hal ini. Bagi kedua emiten tersebut pun yang bakal melakukan buyback dengan dana kas internal.

Besaran jumlah buyback pun dinilai tidak akan menyulitkan keuangan kedua emiten tersebut karena struktur permodalan keduanya cukup kuat. "Besaran buyback dirasa tidak menyulitkan atau tidak signifikan terhadap struktur permodalan keduanya, apalagi posisi dana kas kedua emiten tersebut tergolong cukup tebal, ditambah dengan pertumbuhan laba bersih di tahun ini," urainya.

Di sisi lain, terdapat beberapa sentimen yang positif bagi perseroan, dengan buyback ini dapat menarik minat investor untuk mempertimbangkan saham keduanya, di mana pergerakan harga saham tidak merefleksikan kinerja perseroan. Lalu dengan saham-saham yang dibeli kembali ini, perseroan sekaligus melakukan investasi jangka menengah panjang, jika harga saham sudah terapresiasi sesuai kinerjanya.

Ke depan, baik MIKA dan KLBF bisa saja menambah struktur permodalan dengan melepas kembali saham tersebut. "Namun, pergerakan kedua saham ini sepertinya mengikuti trend IHSG yang cenderung sideways, di mana investor sedang mengwaspadai Taper Tantrum," katanya.

Di sisi lain, kedua perusahaan cukup menarik karena sektor bisnisnya masih sangat relevan dengan era pandemi yang berlangsung saat ini. "Jadi boleh mempertimbangkan untuk mengoleksi kedua saham ini namun dengan tujuan investasi jangka menengah panjang. Untuk MIKA boleh memasang target di level resisten terdekat di level Rp2600. Untuk target KLBF di level Rp1.500," paparnya.

Senada, Equity Research Analyst RHB Sekuritas Indonesia Vanessa Karmajaya menilai dari segi arus kas kedua emiten ini memiliki dana yang tebal sehingga aksi buyback tidak akan jadi masalah. "Dari segi pengaruhnya harusnya membantu menahan harga saham. Hanya saja, kalau dilihat sentimen market secara keseluruhan memang sedang jelek, investor masih menunggu kejelasan hasil pertemuan The Fed," paparnya kepada Bisnis.

RHB Sekuritas pun jelasnya masih memasang rekomendasi beli untuk saham MIKA dan KLBF. Adapun, target harga yang dipatok untuk MIKA di level Rp3.600.

(Pandu Gumilar & Rinaldi Mohammad Azka)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.