Bisnis, JAKARTA— Kinerja indeks LQ45 dibayangi oleh tekanan dari arus keluar modal asing. Kondisi tersebut terjadi seiring dengan meningkatnya ketidakpastian global akibat kenaikan tingkat suku bunga acuan global dan lonjakan inflasi. Pasalnya, indeks LQ45 termasuk saham yang menjadi koleksi investor.
Adapun sinyal tekanan tersebut tercermin pada kinerja sepanjang Juni 2022. Indeks tersebut merosot 6,13 persen saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 3,5 persen. Kendati demikian, sepanjang tahun berjalan 2022, indeks LQ45 masih outperform dengan kenaikan 4,61 persen.
Hingga semester I/2022, saham konstituen dari sektor pertambangan menjadi penopang kenaikan indeks. Mereka di antaranya adalah ITMG,PTBA, ADRO, dan MEDC. Sementara itu, AMRT menjadi saham top gainers sepanjang semester pertama tahun ini.
Sementara , pada paruh tahun ini, sentimen capital outflow masih akan membayangi beriringan dengan kinerja emiten yang akan dirilis pada Juli 2022. Meski begitu, beberapa analis memproyeksikan indeks LQ45 masih berpotensi menguat. Faktor pendorong dari penguatan tersebut salah satunya didukung oleh saham sektor pertambangan.