Fahri Hamzah Tanggapi Jokowi: Cobalah Evaluasi Kabinet!

Menurut Mantan Wakil Ketua DPR RI itu pemerintahan di Indonesia saat ini ada yang tidak berfungsi dengan baik. 

Tim Redaksi

12 Nov 2021 - 16.05
A-
A+
Fahri Hamzah Tanggapi Jokowi: Cobalah Evaluasi Kabinet!

Fahri Hamzah/Antara

Bisnis, JAKARTA - Presiden Jokowi diminta melakukan evaluasi menyeluruh terhadap para menteri di kabinetnya. Saran itu disampaikan Fahri Hamzah menanggapi pernyataan Jokowi yang menyebukan Indonesia dihormati negara lain tapi dikerdilkan di dalam negeri.

Fahri yang kini menjabat Wakil Ketua Umum Partai Gelora itu mengingatkan Presiden Jokowi soal adanya keganjilan yang cukup serius di pemerintahan. 

Menurut Mantan Wakil Ketua DPR RI itu pemerintahan di Indonesia saat ini ada yang tidak berfungsi dengan baik. 

 “Karena mustahil orang luar lebih tahu apa yang terjadi di dalam cobalah evaluasi kabinet secara menyeluruh. Memang ada keganjilan yang cukup serius!” ujarnya melalui akun Twitter @fahrihamzah yang dikutip, Jumat (12/11/2021).

Berikut cuitan lengkap Fahri Hamzah:  

Kalau saya jawabannya adalah, karena ada bagian dari pemerintahan yang tidak berfungsi dengan baik. Karena mustahil orang luar lebih tahu apa yang terjadi di dalam. Cobalah evaluasi kabinet secara menyeluruh. Memang ada keganjilan yang cukup serius! https://t.co/PtxDWwebxL — #FahriHamzah2021 (@Fahrihamzah) November 11, 2021

Sebelumya Presiden Jokowi menjelaskan Indonesia merupakan salah satu negara berkembang pertama serta diberi kesempatan dalam konferensi tingkat tinggi atau KTT G20. 

Meski demikian, Presiden mengaku sering merasa sedih karena Indonesia justru dikerdilkan di negaranya sendiri.

“Ini yang sering membuat saya sedih. Padahal pada posisi itu, baik pada keketuaan Presidensi G20, maupun Ketua Asean [Tahun 2023] mestinya Indonesia yang dihormati juga dirasakan oleh seluruh warganya,”  kata Jokowi dalam puncak perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-10 Partai Nasional Demokrat, dikutip dari YouTube NasDem TV, Kamis (11/11/2021). 

Bisnis PCR

Sebelumnya, terkait dugaan adanya menteri yang berbisnis PCR, Fahri meminta Presiden Joko Widodo berani melakukan evaluasi terhadap para menterinya yang melanggar etika sebagai pejabat publik.

Hal itu disampaikan Fahri terkait ramainya pemberitaan yang mengungkap dugaan keterlibatan menteri di kabinet Jokowi dalam praktik bisnis polymerase chain reaction (RT-PCR).

Fahri menyebut kasus tersebut membuktikan bahwa standar etika pejabat negara saat ini telah menurun. Oleh karena itu, menjadi wajar jika mereka tidak bisa lagi membedakan mana negara dan mana pasar. 

Bahkan, para juru bicara yang berusaha menjelaskan duduk persoalan dianggap minim pengetahuan, sehingga menambah runyam pengertian institusi dan personal.

Ilustrasi - PCR dan Reagen Test/Bea Cukai

"Pak @Jokowi yang terhormat, sedang ramai sekali berita, bahwa para pejabat bapak berbisnis di masa pandemi ini. Mereka, sebagaimana layaknya sebuah bisnis, mereka mengambil untung dari pandemi. Besar sekali," tulis Fahri di akun Twitternya.

"Lalu, muncul pembelaan diri dari para pejabat itu, bahwa bisnis itu mereka lakukan justru  untuk membantu rakyat dalam pandemi. Mereka beralasan bahwa bisnis mereka dalam rangka mempercepat pelaksanaan keputusan dan kemudian keuntungannya untuk rakyat," lanjutnya.

Menurut Fahri penjelasan tersebut jika tidak ditelaah secara baik dapat diartikan sebagai sebuah kebenaran dan minta untuk dimaklumi. Padahal, sebagai pejabat publik dan etika bernegara hal tersebut seharusnya tidak bisa dibenarkan karena kesalahannya sudah fatal.

"Sungguh, kalau kita tidak memakai nalar dan etika bernegara, seolah pikiran para pejabat yang berbisnis di masa pandemi ini benar. Padahal kesalahannya fatal. Pertama dan utama, pejabat adalah regulator, pengusaha adalah operator. Keduanya tidak boleh melekat dalam diri 1 orang," jelasnya.

Kedua, merangkap bisnis dan pejabat negara (terutama PNS) sekaligus dilarang dalam peraturan pemerintah dan juga etika pejabat negara.

Menurut Fahri, Presiden adalah pembina birokrasi negara melalui para menteri. Bagaimana jadinya kalau mereka melanggar etika itu.

"Terlalu banyak alasan bahwa merangkap bisnis dan pejabat kesalahan fatal. Saking fatalnya sehingga ini tidak perlu dibahas karena sangat elementer kesalahannya. Dan kesalahan itu bisa merembet ke mana-mana," terangnya.

Tak hanya itu, mantan politisi PKS tersebut juga secara khusus menyoroti menteri-menteri muda di bidang ekonomi. Dalam kinerjanya, mereka dianggap tidak memahami cara kerja negara lalu mereka menganggap bahwa pekerjaan negara itu berbisnis. 

Lalu, ujar Fahri, mereka menjadi makelar dengan alasan mempercepat eksekusi kebijakan. 

Mental semacam itu, menurut Fahri, semakin membuat kacau tata kelola negara.

"Saya bisa mengungkap banyak contoh dari yang saya mengerti dan lihat langsung. Tapi cukupkah yang sudah terungkap di media massa menjadi contoh. Terlalu kasat mata untuk dibantah bahwa di balik cita2 baik bapak dan kesulitan masyarakat, ada yang ambil manfaat sambil menjabat," jelasnya.

Fahri mengingatkan Presiden Jokowi untuk berani melakukan evaluasi dan mengambil sikap tegas terhadap para bawahannya yang abai dengan persoalan etika tersebut.

"Maka, momen ini sangat baik sekali bapak gunakan untuk mengevaluasi para pejabat yang juga merangkap sebagai pengusaha. Bapak jangan percaya mereka yang menganggap para pejabat-pebisnis ini adalah jawaban bagi birokrasi yang lamban. Seolah mereka pahlawan dan jagoan," ungkapnya.

"Niat baik bapak, bahwa pengusaha yang diangkat menjadi pejabat publik adalah jawaban bagi percepatan pengambilan keputusan dalam birokrasi yang gemuk dan lamban. Mungkin saja terjadi dalam beberapa kasus. Tapi daya rusaknya lebih besar. Mereka merusak pasar dan permainan," tambahnya.

Presiden Jokowi dan Wapres Ma'ruf Amin/Antara-Sigid Kurniawan

Fahri juga menegaskan, seorang pejabat publik terikat secara hukum dan etik untuk selalu menjunjung tinggi perilaku serta harus terhindar dari konflik kepentingan. Oleh karena itu, presiden seharusnya dapat mengembalikan marwah itu. Sehingga negara dan pengusaha memiliki peran masing-masing.

"Tapi, jika para pejabat itu merasa perlu berbisnis seolah program pemerintah bisa gagal dan tidak terlaksana, sungguh tidak bijaksana.  Ini merusak cara kita melihat peran negara dan peran rakyat sebagai pelaku usaha. Sekali lagi bisnis adalah pekerjaan rakyat bukan negara," tandasnya.

"Perbaikilah keadaan ini bapak presiden, kembalikan citarasa menjadi pejabat negara. Kembalikan kepercayaan rakyat kepada pejabat negara. Semoga Allah SWT memberi hidayah dan kemudahan," harapnya. (OK. M. Tijani Usuluddin, Feni Freycinetia Fitriani, Setyo Puji Santoso)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Saeno

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.