Bisnis, JAKARTA — Aksi PT Bukit Asam Tbk. mengakuisisi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pelabuhan Ratu milik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menjadi sorotan banyak pihak, meskipun prosesnya masih panjang.
Sejumlah kalangan menilai kerja sama kedua perusahaan pelat merah itu akan saling menguntungkan, baik PLN maupun PTBA, termasuk menuju cita-cita net zero emission. Bagi PLN, portofolio pembangkit listriknya menjadi lebih hijau, sementara bagi PTBA dapat pengembalian investasi dari penjualan batu baranya ke PLN.
Baca juga: Demi Transisi ke Energi Bersih, PTBA Ambil Alih PLTU PLN
Ditambah lagi, PLTU Pelabuhan Ratu disebut relatif lebih mudah diintegrasikan dengan sistem rantai pasok batu bara PTBA. Adapun, estimasi kebutuhan batu bara PLTU tersebut sebanyak 4,5 juta ton per tahun atau 67,5 juta ton selama 15 tahun.