Fenomena Pilpres 2024, Saat Relawan Melawan Hegemoni Parpol

Bahkan, karena pejal atau masifnya relawan Jokowi, mereka bisa dinilai sebagai aset yang bisa dimanfaatkan partai politik. Belakangan ini, kelompok yang mengaitkan dirinya sebagai relawan Ganjar Pranowo tampil sebagai fenomena yang penting untuk diperhatikan.

Sholahuddin Al Ayyubi & John Andhi Oktaveri

17 Nov 2021 - 14.25
A-
A+
Fenomena Pilpres 2024, Saat Relawan Melawan Hegemoni Parpol

Ilustrasi - Perwakilan pengurus Garda Relawan Indonesia Semesta (Garis) Soloraya melakukan deklarasi mendukung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden RI di Pemilu 2024, Rabu (10/10/2021), di Delima Resto, Jebres, Solo./JIBI-Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA - Kehadiran sejumlah relawan yang dikaitkan dengan nama-nama kandidat capres 2024 menjadi fenomena tersendiri dalam jagat politik Tanah Air.

Terakhir, berita tentang relawan politik ini mengemuka setelah politisi PDIP Adian Napitupulu mengomentari aksi  Relawan Kawan Erick yang berunjuk rasa ke Komisi Pemberantasan Korupsi. Mereka meminta agar KPK memeriksa petinggi PDIP dari Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto hingga Puan Maharani.

Adian Napitupulu menilai aksi relawan Kawan Erick itu bernuansa gerakan politik adu domba. Dia mengatakan ada yang berusaha mengadu domba PDIP dengan Erick Thohir, menggunakan berbagai isu yang diduga terkait dengan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Aset Elektoral Parpol

Kehadiran relawan yang paling kuat muncul di saat Jokowi maju menjadi Gubernur DKI, lantas maju dalam kontestasi Pilpres di Tanah Air. Bahkan, karena pejal atau masifnya relawan Jokowi, mereka bisa dinilai sebagai aset yang bisa dimanfaatkan partai politik.

Tak aneh jika PDIP berencana memanfaatkan relawan Jokowi untuk Pemilu 2024 mendatang.

PDI Perjuangan (PDIP) berencana mengaktifkan lagi relawan yang pernah mendukung Presiden Joko Widodo untuk Pemilu 2024. Hal itu disampaikan Ketua DPP PDI Perjuangan Andreas Hugo Pareira dalam acara diskusi dengan tema Fenomena Kemunculan Relawan Capres Sejak Dini: Siapa Punya Ambisi?, Kamis 11 November 2021 di DPR.

Jokowi saat berkampanye pada Pilpres 2019./Antara

Dia berpandangan bahwa relawan menjadi salah satu faktor pendongkrak suara yang cukup efektif dalam setiap Pemilu. Menurutnya, hal itu terbukti pada saat Jokowi-Basuki Tjahja Purnama maju menjadi Cagub dan Cawagub DKI tahun 2012 lalu.

"Kalau kita lihat dari posisi Pak Jokowi waktu itu dibandingkan dengan Pak Foke (Fauzi Bowo) di Pilkada DKI, Pak Jokowi itu jauh di bawah survei baru belasan persen lah, sementara Pak Foke itu di atas 30 persen, lalu saat ada relawan suara Pak Jokowi langsung naik," tuturnya.

Selain bisa mendongrak suara, menurut Andreas, kehadiran relawan dalam setiap Pemilu juga dapat membuat pesta demokrasi semakin meriah di Indonesia.

"Faktor relawan ini mendongkrak benar dan bikin pesta demokrasi meriah dalam arti tingkat partisipasinya," kata Andreas.

Andreas menjelaskan PDI Perjuangan akan menggunakan relawan kembali pada Pemilu 2024 nanti dan diharapkan bisa mendongkrak suara PDI-Perjuangan.

"Kami melihat relawan ini aset politik dan juga aset elektoral yang harus kita kelola dengan baik agar jadi kekuatan politik untuk memberikan dukungan pada kandidat," ujarnya.

Mesin Politik Partikelir

Di luar aliansi dengan partai politik, muncul pula belakangan ini relawan yang terkait atau berasosiasi dengan figur-figur tertentu. Tengok saja misalnya kehadiran relawan Ganjar Pranowo yang gencar membuat deklarasi di berbagai wilayah.

Adapula kelompok yang menamakan dirinya sebagai relawan ANIES (Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera), yang menyebut dirinya sebagai pendukung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk maju pada Pilpres 2024. Terakhir, relawan Kawan Erick yang membuat Adian Napitupulu berekasi.

Keberadaan para relawan yang di luar parpol itu bisa dikatakan sebagai sebuah mesin politik partikelir dalam menggaet dukungan massa bagi figur yang didukungnya. Meski partikelir alias bukan mesin politik resmi parpol, kemampuan relawan ini menggalang massa dan opini tetap perlu diperhatikan partai politik.

Jika parpol salah merespons kehadiran mesin politik partikelir ini, bukan mustahil di saat pilpres nanti, calon yang diajukan secara resmi oleh parpol akan gembos sebelum bertanding.

Relawan Tak Kenal Waktu

Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago dalam sebuah diskusi mengatakan bahwa pembentukan relawan capres tidak mengenal waktu.

“Kalau saya berpendapat tidak ada istilah terlalu cepat atau terlambat dalam hal pembentukan relawan maupun deklarasi dukungan capres karena tahapannya baru dimulai pada tahun depan (2022),” ujar Pangi.

Dia berpendapat bahwa dalam dunia politik tidak ada waktu yang singkat, juga tidak ada waktu yang panjang, karena ada kampanye politik dan ada kampanye pemilu.

“Bedanya adalah kalau kampanye politik itu lima tahunan, kampanye pemilu masuk pada ranah agenda rutin yang telah dibuat jadwalnya oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU),” katanya.

Karena itu, lanjutnya, tidak ada yang salah dengan semangat para relawan yang telah memulai kampanye politik dan mendeklarasikan dukungan sebagimana yang dilakukan Relawan Ganjarist maupun Relawan Airlangga (RELA) dan Relawan ANIES (Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera).

Relawan Anies saat deklarasi pencalonan Anies Baswedan sebagai capres 2024./Antara

Bahkan, ujarnya, Puan Maharani, Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno, juga sudah punya relawan masing-masing, meski para relawan mengaku melakukan hal itu secara sukarela dengan dana sendiri tanpa berharap dapat jabatan nantinya. Mereka mengaku menjadi relawan tanpa minta persetujuan kepada para capres yang mereka deklarasikan.

Hanya saja, sekadar mengingatkan, relawan Pro Jokowi (Projo) juga hadir sebagai bentuk dukungan awal pada capres sebelum kampanye resmi dimulai pada Pemilu 2014. Klaim sebagai relawan yang mengaku “ikhlas berbakti” memang sering dipertanyakan karena politik tidak terlepas dari kepentingan.

Melawan Hegemoni Parpol

Di luar relawan yang beraliansi dengan partai politik, munculnya para relawan yang tidak terkait kebijakan parpol bisa disebut sebagai bentuk perlawanan atas hegemoni parpol. Relawan semacam ini muncul karena selera kalangan akar rumput berbeda dengan selera elite partai.

Dalam konteks ini bukan rahasia lagi kalau lahirnya Relawan Ganjarist, misalnya, lebih karena mereka merindukan pemimpin yang lahir dari rakyat. Padahal, hal itu akan berhadapan dengan selera elite PDI Perjuangan yang memiliki tiket capres yang mungkin saja diserahkan kepada Puan Maharani, putri Presiden ke-5 RI Megawati Sukarnoputri.

Puan bukan saja Ketua DPR RI, tetapi juga mantan Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK) yang cukup punya popularitas, sedangkan Megawati merupakan Ketua Umum PDI Perjuangan yang memegang kunci pencapresan (prerogatif) dari partai pemenang pemilu tersebut.

Dengan demikian, tidak ada yang salah kalau Megawati memutuskan Puan sebagai capres dari PDI Perjuangan. Apalagi, partainya tidak perlu berkoalisi dengan partai lain untuk mengusung calon presiden karena telah memenuhi ambang batas presiden.

Akan tetapi, dalam kenyataannya memang sering sosok yang direkomendasikan partai dengan yang disukai kalangan bawah berbeda. Karena itulah ada relawan yang berupaya melawan hegemoni partai politik itu. (Nancy Junita, Edi Suwiknyo)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Saeno
Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.