Bisnis, JAKARTA — Fly ash bottom ash atau limbah padat yang dihasilkan dari proses pembakaran batu bara pada pembangkit listrik tenaga uap berpotensi dimanfaatkan menjadi bahan baku keperluan sektor konstruksi dan infrastruktur, bahkan pertanian.
Dosen ITS, peneliti pemanfaatan FABA untuk infrastruktur, Januarti Jaya Ekaputri, memaparkan sejumlah manfaat FABA dimana di banyak negara FABA sudah berpotensi menjadi primadona baru dalam pengembangan industri.
Di Indonesia, potensi abu batu bara juga semakin besar. Penelitian yang dilakukannya selama ini menunjukan bahwa FABA setidaknya dapat menghasilkan bahan konstruksi alternatif yaitu menggantikan tanah liat dengan fly ash sebagai bahan pembuatan batu bata merah untuk perusahaan batu bata.
Di beberapa negara, FABA juga telah dimanfaatkan sebagai material konstruksi seperti untuk campuran semen dalam pembangunan jalan, jembatan, dan timbunan, reklamasi bekas tambang, serta untuk sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Bahkan, tingkat pemanfaatannya sudah cukup tinggi, berkisar 44,8 persen hingga 86 persen.
Fly ash bottom ash yang dihasilkan dari pembakaran batu bara pada PLTU.-Bisnis
Berkaitan dengan hal itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan menggunakan FABA dalam konstruksi jalan tol Semarang—Demak.
Direktur Bina Teknik Jalan dan Jembatan Kementerian PUPR Nyoman Suayarna mengatakan bahwa FABA tersebut akan digunakan sebagai bantalan untuk menaikkan elevasi jalan tol tersebut.
Secara spesifik, Nyoman berujar pihaknya hanya akan menggunakan bottom ash dalam proyek tersebut.
"Di situ [sekitar proyek tol Semarang—Demak] ada [pembangkit listrik milik] PT PLN. Produknya [FABA] agak banyak. Daripada numpuk tidak termanfaatkan, ya dimanfaatkan sehingga [biaya konstruksi] bisa lebih ekonomis," katanya kepada Bisnis, Rabu (25/8/2021).
Menurutnya, Kementerian PUPR belum berencana untuk memperluas pemakaian FABA tersebut ke proyek-proyek jalan nasional lainnya. Pemanfaatan FABA pada proyek jalan tol Semarang—Demak terbatas dalam isu lingkungan dan bukan isu penguatan konstruksi jalan nasional.
Konstruksi jalan tol Semarang—Demak terbagi menjadi dua seksi, yakni Seksi 1 Kaliwang—Sayung (10,39 kilometer) dan Seksi 2 Sayung—Demak (16,31 Kilometer.
Pengerjaan Seksi 1 akan dilakukan oleh pemerintah, sedangkan konstruksi Seksi 2 oleh yakni PT Pembangunan Perumahan Semarang Demak, selaku pemegang konsesi jalan tol tersebut.
Pengerjaan Seksi 1 baru akan dimulai pada 2022 dan dijadwalkan rampung pada 2024.
Sementara itu, perkembangan konstruksi yang dilakukan PT Pembangunan Perumahan Semarang Demak telah mencapai 41,63 persen pada semester I/2021 dan dijadwalkan selesai pada Juni 2022.
Total investasi yang dibenamkan pada proyek tersebut mencapai Rp15,3 triliun. Adapun, biaya pembebasan lahan jalan tol tersebut mencapai Rp6,8 triliun. (Andi M Arief)