Food Compass, Panduan Diet Baru Berbasis Algoritma Makanan

Para ilmuwan telah mengembangkan panduan diet baru yang dijuluki ‘Food Compass’ untuk membantu masyarakat, pembuat kebijakan publik, dan industri membuat pilihan makan yang lebih sehat.  

Tim Redaksi

1 Nov 2021 - 16.59
A-
A+
Food Compass, Panduan Diet Baru Berbasis Algoritma Makanan

Para ilmuwan dari Tufts University, AS, mengembangkan panduan diet berdasarkan algortima makanan mulai dari yang mesti dihindari sampai yang direkomendasikan untuk dikonsumsi/tufts.edu-Ilustrasi

Bisnis, JAKARTA - Kebanyakan dari kita tidak memahami sejauh mana makanan tertentu boleh atau sebaiknya dihindari untuk dikonsumsi. Namun, dengan bantuan data profil yang menunjukkan peringkat kelayakan untuk konsumsi, memilih makanan sehat menjadi lebih mudah.

Para ilmuwan telah mengembangkan panduan diet baru yang dijuluki ‘Food Compass’ untuk membantu masyarakat, pembuat kebijakan publik, dan industri membuat pilihan makan yang lebih sehat.  

Food Compass adalah sistem profil nutrisi utama pertama yang menggunakan penilaian secara konsisten atas berbagai kelompok makanan, yang sangat penting untuk hidangan campuran.

Misalnya, dalam kasus pizza, banyak sistem lain memiliki algoritma penilaian terpisah untuk gandum, daging, dan keju, tetapi bukan produk jadi itu sendiri.  

“Dengan algoritma penilaian yang tersedia untuk umum, Food Compass dapat memberikan pendekatan bernuansa untuk mempromosikan pilihan makanan sehat, membantu memandu perilaku konsumen, kebijakan nutrisi, penelitian ilmiah, praktik industri makanan, dan keputusan investasi berbasis sosial,” kata Dr. Renata Micha, mitra peneliti di Universitas Thessaly, Yunani, melansir Study Finds, Senin (1/11/2021).  

Proyek yang diterbitkan dalam jurnal Nature Food,  berfokus pada 54 karakteristik nutrisi berbeda yang terkait dengan penyakit kronis utama.

Faktor-faktor ini dapat meningkatkan atau mengurangi risiko obesitas, diabetes, masalah kardiovaskular, kanker, dan malnutrisi.   Panduan ini dapat membantu produsen dan katering mengurangi kadar lemak, gula, dan garam dalam makanan olahan populer.

Ini adalah yang pertama dari jenisnya yang objektif dan mempertimbangkan faktor sehat dan berbahaya secara setara.   Panduan lain berkonsentrasi hanya pada yang terakhir dan sebagian besar hanya pada beberapa nutrisi.

Food Compass menganalisis semuanya. Ini juga mempertimbangkan bahan, fitur pemrosesan, bahan kimia tanaman, dan aditif.   Food Compass menggunakan satu skor yang konsisten untuk semua makanan, minuman, dan bahkan hidangan dan makanan campuran, alih-alih mengelompokkannya dan menilainya secara berbeda secara subjektif.

Setiap makanan, minuman, atau hidangan campuran menerima skor Kompas Makanan akhir mulai dari 1 (paling tidak sehat) hingga 100 (paling sehat).

Infografis skor makanan, dikelompokkan berdasarkan makanan sering di makan (100-70), makanan yang cukup (69-31), dan makanan yang harus dikurangi (30-1)./tufts.edu 

Para peneliti mengidentifikasi 70 atau lebih sebagai skor yang masuk akal untuk makanan atau minuman yang harus direkomendasikan.

Makanan dan minuman dengan skor 31-69 harus dikonsumsi dalam jumlah sedang.

Ada pun skor 30 atau lebih rendah berarti harus makanan/minuman tersebut harus konsumsi minimal.

Di seluruh kategori makanan utama, rata-rata skor food compass adalah 43,2. Kategori skor terendah adalah makanan ringan dan makanan penutup manis (skor rata-rata 16,4).

Kategori skor tertinggi adalah sayuran (skor rata-rata 69,1), buah-buahan (skor rata-rata 73,9, dengan hampir semua buah mentah mendapat skor 100), dan polong-polongan, kacang-kacangan, dan biji-bijian (skor rata-rata 78,6).

Di antara minuman, skor rata-rata berkisar dari 27,6 untuk soda manis dan minuman energi hingga 67 untuk jus buah atau sayuran 100%.

Sayuran bertepung mencetak rata-rata 43,2. Skor rata-rata untuk daging sapi adalah 24,9; untuk unggas, 42,67; dan untuk makanan laut, 67.0. 

 

Peringkat Kesehatan Makanan

Dalam keterangan resminya seperti diunggah di situs web now.tufts.edu, para peneliti menyebutkan food compass menyajikan daftar nutrisi yang terbaik hingga terburuk secara komprehensif dan berbasis sains.

Food Compass menghilangkan kebingungan dalam memberi manfaat bagi konsumen, pembuat kebijakan.

Sistem profil nutrisi baru yang mereka buat dimaksudkan untuk memandu konsumen dan pembuat kebijakan mengurutkan makanan berdasarkan tingkat kesehatannya dengan menggunakan serangkaian karakteristik yang komprehensif.

Food Compass dikembangkan suatu tim ilmuwan di Friedman School of Nutrition Science and Policy di Tufts University, AS.

Food Compass menjadi alat baru untuk membantu konsumen, perusahaan makanan, restoran, dan kafetaria memilih dan memproduksi makanan yang lebih sehat. Pejabat publik pun dapat memanfaatkannya untuk membuat kebijakan nutrisi publik yang baik.

Dikembangkan selama tiga tahun, Food Compass memasukkan ilmu pengetahuan mutakhir tentang nutrisi, bahan makanan, karakteristik pemrosesan, fitokimia, dan zat aditif. 

"Ketika menghadapi perintah 'makan sayuran Anda, hindari soda,' masyarakat cukup bingung dalam mengidentifikasi pilihan yang lebih sehat di toko kelontong, kafetaria, dan restoran," kata pemimpin studi Dariush Mozaffarian, dekan Sekolah Friedman.

“Konsumen, pembuat kebijakan, dan bahkan industri mencari alat sederhana untuk memandu semua orang menuju pilihan yang lebih sehat.” ujarnya.

Sistem Food Compass yang baru dikembangkan dan kemudian diuji menggunakan database nasional terperinci dari 8.032 makanan dan minuman yang dikonsumsi orang Amerika.

Food Compass menilai 54 karakteristik berbeda di sembilan kelompok yang mewakili berbagai aspek makanan, minuman, dan makanan campuran yang relevan dengan kesehatan, menyediakan salah satu sistem profil nutrisi paling komprehensif di dunia.

Karakteristik dan domain dipilih berdasarkan atribut gizi yang terkait dengan penyakit kronis utama seperti obesitas, diabetes, masalah kardiovaskular, dan kanker, serta risiko kekurangan gizi, terutama untuk ibu, anak kecil, dan orang tua.

Food Compass dirancang agar atribut dan penilaian tambahan dapat berkembang berdasarkan bukti masa depan di bidang-bidang seperti kesehatan gastrointestinal, fungsi kekebalan, kesehatan otak, kesehatan tulang, dan kinerja fisik dan mental; serta pertimbangan keberlanjutan.

Industri Makanan Sehat

Tak hanya bermanfaat bagi individu, sistem Food Compass  atau Kompas Makanan ini berpotensi mendorong industri makanan mengembangkan makanan yang lebih sehat dan merumuskan kembali bahan-bahan dalam makanan olahan dan makanan ringan populer.

Sistem ini juga berpotensi memberikan insentif pembelian makanan bagi karyawan melalui program kesehatan, perawatan kesehatan, dan bantuan gizi di tempat kerja.

Food Compat juga dapat menjadi bekal ilmu untuk kebijakan lokal dan nasional seperti label kemasan, perpajakan, label peringatan, dan pembatasan pemasaran kepada anak-anak.

Potensi lain dari food compass adalah;

Memungkinkan restoran dan kafetaria sekolah, bisnis, dan rumah sakit menyajikan pilihan makanan yang lebih sehat

Menginformasikan kebijakan perdagangan pertanian; dan

Memandu investor institusi dan individu tentang keputusan investasi lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan (ESG).

Tufts University adalah universitas riset swasta di perbatasan Medford dan Somerville, Massachusetts, AS. Didirikan pada tahun 1852 sebagai Tufts College untuk membuka lembaga pendidikan tinggi nonsektarian. (Ni Luh Anggela, Mia Chitra Dinisari, Saeno)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Saeno

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.