Bisnis, JAKARTA — Gairah penerbitan surat utang korporasi tahun ini diramal bakal kembali meningkat, apalagi jika Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) berlangsung satu putaran. Meski begitu, risiko gagal bayar obligasi BUMN Karya menjadi sentimen negatif yang bakal mengganggu dinamika pasar tahun ini.
Kepastian Presiden baru terpilih tanpa harus menunggu putaran kedua bakal memberikan optimisme bagi korporasi dalam merancang arah dan strategi bisnis mereka tahun ini, termasuk dalam menentukan akan merealisasikan penerbitan surat utang baru atau tidak.
Di sisi lain, pasar juga tengah mengantisipasi berakhirnya era suku bunga tinggi pada pertengahan tahun ini. Bank Sentral Amerika Serikat, yakni the Fed, sebelumnya sudah memberikan sinyal bakal mulai menurunkan suku bunga acuannya tahun ini. Jika terealisasi, Bank Indonesia kemungkinan akan menyusul.
Seiring dengan itu, imbal hasil atau yield surat utang di pasar pun berpotensi menurun. Hal ini bakal memberikan ruang bagi korporasi untuk menerbitkan surat utang baru dengan biaya dana yang lebih murah.