Garuda Indonesia Cetak Laba Rp57 Triliun, Ini Penyebabnya

PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) mengklaim mampu mencetak laba senilai US$3,8 miliar atau setara Rp57,38 triliun per Semester I/2022.

Jaffry Prabu Prakoso

27 Sep 2022 - 18.21
A-
A+
Garuda Indonesia Cetak Laba Rp57 Triliun, Ini Penyebabnya

Karyawan melakukan perawatan pesawat milik PT Garuda Indonesia di dalam hanggar di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Cengkareng, Banten, Kamis (3062022). /Bloomberg-Dimas Ardian

JAKARTA – PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) mengklaim bahwa mampu mencetak laba senilai US$3,8 miliar atau setara Rp57,38 triliun (kurs Rp15.100) pada Semester I/2022.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyatakan bahwa pihaknya bakal melaporkan dalam waktu dekat kinerja positif ini kepada publik.

Dia mengungkapkan bahwa pencapaian tersebut sebagai imbas hasil perjanjian penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU). Hal ini juga ditunjukkan dalam bahan paparan yang dipresentasikannya saat rapat dengan Komisi XI DPR.


Pesawat Garuda Indonesia berada di terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (26/11/2018)./JIBI-Paulus Tandi Bone


Dalam paparannya, Irfan menyebut bahwa Garuda berhasil mencatatkan laba bersih pada Juni 2022 sebesar US$3,81 miliar dikarenakan adanya pendapatan restrukturisasi utang.

Ini seiring dengan disetujuinya perjanjian perdamaian dalam proses PKPU yang membuat ekuitas membaik menjadi senilai US$1,5 miliar.

“Insyaallah kita akan mengumumkan kepada publik dalam waktu dekat bahwa Garuda, selain kita positif dari segi operasional tetapi juga mencatatkan laba bersih US$3,8 miliar dolar pada Semester I/2022, diakibatkan oleh hasil perjanjian perdamaian yang kita lakukan di dalam PKPU," kata Irfan saat rapat dengan Komisi XI DPR, Senin (26/9/2022).


Baca juga: Mencium Sinyal-sinyal Kebangkitan Industri Penerbangan


Selain itu, Irfan juga dalam paparannya menjelaskan bahwa laba bersih senilai US$3,8 miliar itu mayoritas diperoleh dari cancelation of debt yang turun dari US$10 miliar ke US$5 miliar.

"Jadi nilai US$3,8 ini mayoritas diperoleh dari situ, yaitu cancelation of debt. Jadi, utang yang turun dari US$10 miliar ke US$5 miliar menjadi salah satu penyebab utamanya. Demikian juga dengan kinerja ekuitasnya,” ujarnya.

Dengan angka tersebut, Irfan pun optimistis bahwa kinerja Garuda Indonesia pada tahun ini semakin gemilang.

Dia mengungkapkan bahwa secara grafik pada 2022 ini garis birunya sudah mulai menunjukkan peningkatan di atas garis merah. Kurva ini yang menunjukkan perseroan bisa makin profitable.

Konversi Utang jadi Saham

GIAA bakal mengonversikan sepertiga utang perseroan ke perusahaan leasing pesawat (lessor) pasca-PKPU senilai Rp4,9 triliun menjadi saham.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia Prasetyo menjelaskan bahwa perseroan bakal mengonversi utang lessor dan sejumlah debitur menjadi saham bersamaan dengan rencana rights issue serta suntikan penyertaan modal negara (PMN).


Baca juga: Baru Lolos Jerat Pailit, Garuda Indonesia Utang Lagi?


"Konversi utang kreditur menjadi saham termasuk Rp1 triliun OWK [obligasi wajib konversi] pemerintah dan eks lessor yang ditawarkan sepertiga dari pada total kewajiban menjadi permodalan, dan 2/3 dari recovery 19-20 persen tetap menjadi new bond selama 9 tahun," jelasnya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senin (26/9/2022).

Berdasarkan paparan, total utang termasuk dengan konversi OWK pemerintah sebesar Rp4,9 triliun setara US$330 juta konversi utang yang ditukar menjadi saham.

Pelaksanaan konversi utang ini dilakukan melalui skema penerbitan saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD).

Dia menjelaskan bahwa konversi bakal dilaksanakan dengan beberapa skema harga pelaksanaan, sesuai dengan besaran harga saham per lembar yang dilaksanakan dalam rights issue. Dengan harga pelaksanaan yang berbeda, jumlah saham yang diterima kreditur juga berbeda.

Dalam skema yang disiapkan, GIAA menyiapkan skema harga pelaksanaan rights issue dan konversi saham sebesar Rp50 per saham. Dengan begitu, jumlah saham baru yang diterbitkan bagi para kreditur sebanyak 97,98 miliar saham.


Pesawat milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia terparkir di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (21/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti


Kemudian dengan harga pelaksanaan Rp125 per saham, jumlah saham yang diterbitkan untuk kreditur menjadi Rp39,19 miliar saham. Harga pelaksanaan Rp222 per saham bakal membuat jumlah saham baru bagi kreditur lebih sedikit menjadi 22,06 miliar saham.

Skema terakhir yaitu harga pelaksanaan Rp250 per saham membuat jumlah saham baru yang diterbitkan melalui skema non HMETD ini menjadi 19,59 miliar saham.

Dengan bergantung pada hasil akhir rights issue dan keterlibatan pemegang saham publik dan Trans Airways, kreditur Garuda bakal memegang saham perseroan dengan kepemilikan antara 20,35 persen hingga 29,92 persen. (Anitana Widya Puspa)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Jaffry Prabu Prakoso

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.