Gelombang Keluhan Tak Surutkan Minat Unit-linked

Gelombang keluhan konsumen ternyata tak menyurutkan minat terhadap produk proteksi berbalut investasi atau unit-linked. Simak penjelasannya.

Denis Riantiza Meilanova

22 Okt 2021 - 16.29
A-
A+
Gelombang Keluhan Tak Surutkan Minat Unit-linked

Gelombang keluhan konsumen ternyata tak menyurutkan minat terhadap produk proteksi berbalut investasi atau unit-linked. (Bisnis/Nurul Hidayat)

Bisnis, JAKARTA— Minat terhadap produk asuransi berbalut investasi atau unit-linked ternyata tak surut di tengah gelombang keluhan konsumen.

Kendati diterpa gelombang keluhan konsumen, perusahaan asuransi masih menggenjot kinerja melalui kontribusi dari unit-linked. Baru-baru ini, PT FWD Insurance Indonesia (FWD Insurance) bekerja sama dengan PT Bank Commonwealth memasarkan produk asuransi jiwa unit-linked terbaru, FWD Treasury Armor Link.

Direktur Operasi, Proposisi Produk dan Syariah FWD Insurance, Ade Bungsu mengatakan produk barunya itu memberikan jaminan perlindungan jangka panjang dan memberikan imbal hasil yang menarik.

Menurutnya, pemegang polis bisa mendapatkan proteksi hingga 100 tahun dengan berbagai pilihan jenis investasi sehingga bisa mendapatkan imbal hasil yang sesuai ekspektasi. Produk tersebut pun tersedia di kantor cabang Bank Commonwealth yang sudah menjadi mitra distribusi perusahaan selama 15 tahun.

"Ada satu fitur yang menarik dari FWD Treasury Armor Link, bonus investasi di mana saat IHSG turun justru kami tambahkan nilai atau bonus investasi yang akan menjaga kesinambungan atau pertumbuhan dari nilai investasi. Karena produk ini dilekatkan dengan asuransi kesehatan, ada pembayaran biaya asuransi kesehatan tiap bulan dan dengan terjadinya IHSG, kami ingin agar nilai investasi tidak tergerus," ujarnya, belum lama ini.

Sementara itu, PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Tbk. (Sinarmas MSIG Life) mengakui ketidakpastian akibat pandemi Covid-19 ternyata menumbuhkan kinerja produk proteksi.

Perusahaan membukukan pendapatan premi bruto senilai Rp1,9 triliun sepanjang semester I/2021 atau naik 46 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni Rp1,3 triliun.

Presiden Direktur Sinarmas MSIG Life Wianto Chen mengatakan beberapa kontributor kinerja yakni pertumbuhan premi dari kanal distribusi bancassurance. Dari sisi produk, kinerja anak usaha Mitsui Sumitomo Insurance Group itu didorong dari produk unit-linked yang tumbuh 38 persen, sementara produk tradisional tumbuh 20 persen secara tahunan.

"Saya lihat ada dua hal. Untuk yang tradisional ini didorong karena memang demand naik karena kesadaran masyarakat terutama akibat kondisi Covid-19. Untuk single premium dan unit-linked ini banyak dipengaruhi situasi market," katanya.  

Minat yang masih tinggi terhadap unit-linked juga tercatat secara industri. Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat sampai dengan Juni 2021, pendapatan premi produk unit-linked industri asuransi jiwa mencapai Rp64,44 triliun atau tumbuh 17 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kontribusinya mencapai 62 persen terhadap total pendapatan premi industri asuransi jiwa.

Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon mengatakan tumbuhnya kinerja dan besarnya kontribusi tersebut menunjukkan produk unit-linked masih diminati dan menjadi primadona masyarakat. Terkait banyaknya kasus atau komplain yang muncul terkait produk unit-linked ini, dia percaya dapat ditangani dengan baik oleh perusahaan-perusahaan asuransi jiwa.  

"Ada nasabah yang sebetulnya happy dengan unit-linked, yang kebutuhan asuransinya terjawab dengan produk ini dan ternyata produknya masih jadi produk utama, hampir 2/3 produk asuransi jiwa yang ada di market Indonesia adalah paydi (produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi)," ujar Budi.

Dia juga menyebut premi bisnis lanjutan yang didominasi produk unit-linked masih tumbuh positif. Premi bisnis lanjutan sepanjang semester I/2021 tercatat mencapai Rp36,7 triliun atau tumbuh 2,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kabid Operasional dan Perlindungan Konsumen AAJI Freddy Thamrin menambahkan bahwa produk unit-linked sebetulnya merupakan produk yang bagus, hanya saja banyak nasabah yang tidak mengerti fitur produk asuransi yang di-bundling dengan investasi tersebut sehingga menimbulkan banyak komplain.  

"Walaupun unit-linked dalam beberapa kasus ada masalah, tetapi sudah berhasil diselesaikan. Toh, angkanya [perolehan premi unit-linked] tetep naik. Pemegang polis yang mengerti, ya tetap beli. Produk ini pasti tetap akan dibeli," kata Freddy.

Dia pun mengapresiasi langkah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengatur lebih ketat pemasaran produk unit-linked ini. Diharapkan pengaturan tersebut dapat membuat pemasaran produk unit-linked menjadi lebih transparan sehingga nasabah mengerti fitur produk tersebut secara jelas.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Duwi Setiya Ariyant*

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.