Gojek Vs. Grab : Adu Taktis Investasi ke Startup, Siapa Jagonya?

Gojek via Go-Ventures dan Grab lewat Grab Ventures tercatat makin getol mendanai perusahan rintisan (startup) di vertikal-vertikal unik yang pangsa pasar serta kompetisinya belum jenuh. Strategi ini mengadopsi taktik yang lazim digunakan para tech giants AS seperti Google, Microsoft, dan Apple.

Leo Dwi Jatmiko & Wike D. Herlinda

9 Sep 2021 - 19.12
A-
A+
Gojek Vs. Grab : Adu Taktis Investasi ke Startup, Siapa Jagonya?

Pengemudi ojek online menunggu penumpang di Jakarta, Senin (3/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis, JAKARTA — Gojek dan Grab tak hanya bertanding menguasai pasar superapp. Dua raksasa ride hailing terkuat di Asia Tenggara itu dewasa ini terpantau makin agresif menyuntik pendanaan ke banyak startup baru melalui entitas modal ventura independen besutan masing-masing.

Gojek via Go-Ventures dan Grab lewat Grab Ventures tercatat makin getol mendanai perusahan rintisan (startup) di vertikal-vertikal unik yang pangsa pasar serta kompetisinya belum jenuh.

Koleksi startup yang mereka danai bervariasi mulai dari vertikal layanan audio digital, media daring, groceries, pemesanan tiket bioskop dan karaoke online, jasa renovasi rumah, layanan pangkas rambut, dan lain sebagainya.

Suntikan modal dari kedua gigantis ride hailing tersebut praktis mencipratkan warna baru terhadap perkembangan investasi ke ekosistem industri rintisan di dalam negeri, yang belakangan makin didominasi oleh vertikal yang sudah jenuh seperti dagang-el atau teknologi finansial (tekfin).

Menurut tinjauan para pakar ekonomi digital, preferensi Gojek dan Grab dalam mendanaai perintis papan bawah menyerupai pola yang lazim diterapkan oleh para tech giants di Amerika Serikat ala Google LLC, Microsoft Corporation, dan Apple Inc.

Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang menjelaskan dengan mendanai startup dari bidang-bidang yang unik, Gojek dan Grab kemungkinan bertujuan untuk ‘membibitkan’ mereka guna memperkuat ekosistem superapp masing-masing.

Pendanaan tersebut dilakukan karena secara ukuran perusahaan, Gojek dan Grab sudah terlalu gigantis. Mereka kelewat mahal untuk dikatakan sebagai perintis, sehingga mulai menerjuni ekosistem startup sebagai investor untuk memperkuat superapp masing-masing.

“[Langkah itu] Mirip dengan perusahaan teknologi konvesional seperti Microsoft, Google ataupun Apple,” kata Dianta, Kamis (9/9/2021). 

Untuk diketahui; Google, Microsoft, dan Apple termasuk dalam kategori raksasa teknologi yang gencar berinvestasi ke perusahaan rintisan yang mereka nilai potensial untuk booming dalam beberapa tahun terakhir. 

Berdasarkan catatan Bisnis, pada November 2020, Google dan Temasek telah berinvestasi ke Tokopedia dengan nilai sekitar US$300 juta.  Google juga pernah terlibat dalam pendanaan senilai US$1 miliar kepada Gojek. 

Google pun aktif terlibat dalam menggelar program akselerator di mana pada tahun ini terdapat 8 startup yang terpilih untuk mendapat pelatihan dan koneksi ke investor.

Menurut Dianta, tantangan bagi Go-Ventures dan Grab Ventures sejatinya sama dengan modal ventura pada umumnya, yaitu risiko kegagalan dari startup yang didanai. Risiko itu makin menganga lantaran mereka lebih banyak memilih perintis skala kecil atau tahap pemula.

“Jadi risiko kegagalannya juga tinggi,” kata Dianta. 

Lebih lanjut, Dianta berpendapat strategi investasi antara investor murni dengan unit usaha permodalan milik ride hailing sangatlah berbeda. 

Dalam kasus investor murni, pendanaan ke perusahaan rintisan dengan model atau vertikal dan unik bertujuan untuk melahirkan solusi teknologi baru dalam kehidupan. 

“Perusahaan investor akan menyuntik modal ke startup yang akan menguntungkan pada masa depan,” kata Dianta. 

Berdasarkan rekam warta Bisnis, Go-Ventures tercatat terlibat dalam setidaknya 3 putaran pendanaan ke vertikal yang berbeda. Mereka a.l. Noice di bidang layanan audio digital, Segari di bidang groceries, dan Vietcetera di bidang media daring yang berbasis di Vietnam.

Pada 7 September 2021, Go-Ventures bersama Alpha JWC menyalurkan pendanaan praseri A ke Noice, yang merupakan milik PT Mahaka Radio Integra Tbk. (MARI) besutan Menteri BUMN Erick Thohir.

Pada saat yang sama, Go-Ventures juga memimpin pendanaan kepada Segari dengan nilai Rp227,6 miliar. SIG, Alfamart, Gunung Sewu Group, dan Intrinity Capital terlibat dalam pendanaan seri A tersebut.

Selain ke ke Segari, Go-Ventures juga telah berinvestasi ke perusahaan rintisan dengan model yang hampir sama seperti KitaBeli, FoodMarketHub, dan eFishery (FRESH). 

Di sisi lain, Grab Ventures lebih aktif mendanai startup melalui program inkubasi Grab Ventures Velocity yang tahun ini memasuki batch keempat. Beberapa jebolan program ini a.l. BookMyShow di bidang pemesanan tiket daring, Minutes di bidang layanan barbershop, serta Sejasa di bidang jasa renovasi dan pemeliharaan rumah.

Pengemudi ojek online menunggu penumpang di kawasan Mayestik, Jakarta, Rabu (18/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

TARGET UTAMA

Saat dihubungi Bisnis, Partner Go-Ventures Aditya Kamath mengatakan target utama perusahaan dalam menyuntik modal adalah para perintis dengan kinerja finansial yang baik.

“Kriteria utama perusahaan yang diinvestasikan Go-Ventures adalah menunjukkan potensi untuk menghasilkan keuntungan finansial yang menarik,” ujarnya, Kamis (9/9/2021).

Selain itu, kata Aditya, Go-Ventures memiliki lensa lingkungan, sosial dan tata kelola perusahaan  (environmental, social and corporate governance/ESG) yang kuat dan berharap startup yang mendapat investasi akan memberikan dampak dan meningkatkan kehidupan masyarakat di tempat mereka beroperasi. 

Aditya menjelaskan yang membuat Go-Ventures berbeda dengan investor lain adalah kemampuan untuk membantu perintis terus bertumbuh. 

“Kami membantu mereka dengan perekrutan, pengaturan tim teknik, pengenalan mitra, dan dukungan penggalangan dana,” kata Aditya. 

Tak hanya itu, investor Go-Ventures—termasuk GoTo, konglomerat regional, dan bisnis teknologi global—juga memungkinkan perseroan menciptakan peluang kemitraan dengan berbagai ekosistem untuk tumbuh lebih cepat.

Lain cerita, Director of Business Development Strategy & Special Projects Grab Indonesia Rivana Mezaya mengatakan setiap tahunnya, Grab Ventures Velocity (GVV) hadir dengan tema yang berbeda dan menargetkan industri startup yang berbeda sesuai dengan tema.

Sebagai gambaran, GVV Batch 4 x Sembrani Wira tahun ini mengusung tema Scaling Up Together: Empowering Startup, Supporting Microentrepreneurs.

Program akselerator bersama ini bertujuan untuk mencari dan membimbing perusahaan rintisan post-seed di Indonesia yang produk dan layanannya difokuskan untuk kebutuhan pedagang dan wirausahawan mikro (UMKM).

Sesuai dengan tema tersebut, tahun ini GVV Batch 4 x Sembrani Wira menargetkan startup yang menawarkan layanan point of sale (POS) customer relationship management, e-commerce enablement, software as a service (SaaS), dan layanan lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan UMKM.

"Grab Indonesia menyadari banyak potensi besar yang dapat dihasilkan oleh talenta muda di bidang digital dari berbagai industri" ujarnya saat dihubungi Bisnis.

Mengenai tantangan Grab dalam membimbing perusahaan rintisan, Rivana menyebut penciptaan keunikan yang dapat menarik minat para penanam modal adalah yang utama.

Dalam hal ini, startup harus terus melakukan inovasi dan juga memperluas jaringannya.

“Salah satunya, melalui program akselerator seperti GVV,” kata RIvana.

Di GVV, Grab Indonesia berupaya untuk bisa mempersiapkan para startup menunjukkan resiliensinya sebagai perusahaan rintisan, terlebih di tengah pandemi. Tidak hanya itu, dengan ekosistem terbuka di aplikasi Grab, perusahaan memberikan kesempatan bagi mereka untuk bisa menawarkan solusinya ke pasar lewat ekosistem Grab.

"Kesempatan-kesempatan seperti ini harapannya bisa menjadi bekal dan ruang pembelajaran bagi startup agar bisa lebih siap ke depannya,” kata Rivana.

Di sisi lain, Managing Partner Ideosource VC & Gayo Capital Edward Ismawan Wihardja menilai ekosistem matang yang dimiliki Gojek dan Grab diyakini menjadi penolong bagi startup yang mendapat suntikan modal dari Go-Ventures dan Grab Ventures.

Menurutnya, tantangan dalam berinvestasi di perusahaan yang bergerak di ‘vertikal ceruk’ adalah skalabilitas dan ukuran pangsa pasar yang dimiliki. 

Vertikal ceruk tentu tidak memiliki pangsa pasar sebesar vertikal yang lebih matang. Meski demikian, masalah ini dapat diselesaikan dengan ekosistem matang yang dimiliki oleh Gojek dan Grab, mengingat keduanya adalah perusahaan superapp.  

“Karena didukung oleh ekosistem yang sudah besar dari masing-masing superapp, kemungkinan [startup yang didanai] untuk masuk sebagai layanan mainstream jadi lebih mudah,” kata Edward, Kamis (9/9/2021). 

Edward mengatakan setiap superapp—seperti halnya Gojek dan Grab—tentu ingin mendanai dan mengembangkan ekosistem yang ‘berseberangan’ agar bisa mengisi fitur yang ada di superapp mereka.

Pendanaan di vertikal yang berbeda-beda akan menjadi pelengkap bagi ekosistem superapp yang sudah dikembangkan sebelumnya.

Sementara itu, Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) M. Tesar Sandikapura mengatakan dalam memilih vertikal yang didanai, Gojek dan Grab tidak sembarangan. 

Perusahaan rintisan yang akan menerima investasi adalah entitas yang memiliki proses bisnis menguntungkan di tengah kondisi pandemi.

Meskipun perusahaan tersebut memiliki teknologi yang mumpuni dan disruptif, kata Tesar, mereka tidak akan menjadi kriteria untuk disuntikan modal, jika tidak profit. 

“Perusahaan di sektor perjalanan dan fesyen tidak akan dilirik. Makanya Go-Ventures menyuntik startup di sektor kebutuhan sehari-hari,” kata Tesar. 

Patut diakui, keterlibatan Gojek dan Grab dalam dunia pendanaan startup memberi nuansa baru terhadap ekosistem rintisan Tanah Air, yang dewasa ini makin berarak menuju stagnasi.

Di tengah bombardir vertikal dagang-el, tekfin, healthtech, agritech, edutech, dan ride hailing; pendanaan ke sektor-sektor rintisan baru menjadi angin segar kembalinya bisnis startup kepada khitahnya sebagai perusahaan inovator yang memberi solusi terhadap perubahaan kebutuhan masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.