Bisnis, JAKARTA - Industri rakyat pemindangan ikan di Kabupaten Karawang melibatkan 5.401 rumah tangga dengan total produksi 31.163 ton per tahun. Gudang beku portabel diharapkan mendukung jaminan kontinuitas pasokan bahan baku sekaligus mutu hasil perikanan.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan perikanan (PDSPKP KKP) Artati Widiarti mengatakan usaha pemindangan mempunyai potensi dalam pengembangan peluang bisnis karena ikan pindang telah memiliki tempat khusus di hati masyarakat.
Secara nasional potensi usaha pemindangan ikan cukup besar. "Usaha ini juga merupakan kegiatan pengolahan yang secara nyata berperan strategis dalam pembangunan ekonomi perikanan," ujarnya, seperti dikutip dari siaran pers KKP, Senin (13/12/2021).
Salah satu sentra industri rakyat pemindangan ikan ada di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Usaha pengolahan ikan ini terpusat di dua lokasi, yakni di Kecamatan Banyusari, dan Cilamaya Kulon.
Jumlah pemindang di Kabupaten Karawang pada 2020 tercatat sebanyak 5.401 rumah tangga dengan total produksi sekitar 31.163 ton per tahun. Perputaran uang secara ekonomi Rp373,9 miliar per tahun.
Untuk mendorong pengembangan industri pemindangan skala kecil ini, pemerintah menyerahkan paket bantuan Gudang Beku Portabel kapasitas 20 ton senilai Rp1,2 miliar kepada Gabungan Kelompok Pengolah dan Pemasar Hasil Perikanan (Gapoklahsar) Sri Rahayu di Kabupaten Karawang.
"Upaya ini merupakan langkah awal pengembangan usaha pemindangan berbasis kawasan untuk meningkatkan jejaring bisnis dan konektivitas usaha," ujar Dirjen Artati. Melalui bantuan ini, Gudang Beku Portabel diharapkan bisa menjadi pusat suplai bahan baku bagi pemindang ikan di Kabupaten Karawang.
Dengan begitu, dampak ekonomi dapat langsung dirasakan dengan meningkatnya produksi dan pendapatan para pemindang, menurunnya biaya operasional penyimpanan dan harga bahan baku, serta mutu ikan semakin terjaga kualitasnya.
Artati memastikan jajarannya akan terus bersinergi dengan Dinas Perikanan Kabupaten Karawang dan lembaga keuangan guna melakukan pendampingan usaha, baik dari aspek manajemen usaha, permodalan, kemitraan, dan penguatan kelembagaan, serta perluasan pasar.
Pendampingan tersebut termasuk juga aspek teknis, seperti penerapan GMP (Good Manufacturing Practices) dan SSOP (Standard Sanitation Operating Procedure) agar menghasilkan produk olahan yang memenuhi standar mutu produk pangan.
"Semoga dengan sinergi dan kolaborasi ini dapat menghasilkan kinerja yang baik, benar, dan berkah," ujar Artati.
Selain menyerahkan bantuan gudang beku portabel, dilakukan juga penyerahan simbolis Kupedes oleh BRI senilai Rp200 juta kepada pengelola gudang beku portabel, dan dana bergulir LPMUKP sebesar Rp95 juta kepada 2 orang pelaku usaha pindang. Kemudian, kompor gas 10 unit beserta selang regulator unit untuk diberikan langsung pada kelompok usaha pindang.
Bupati Karawang, Cellica Nurrachadiana menyebutkan bahwa pindang merupakan produk potensial dari Desa Jayamukti, Cicende Selatan, dan Cicende Utara. Dia pun mendorong produk tersebut bisa menjangkau pasar nasional.
“Kalau ini diberdayakan dengan benar dan sungguh-sungguh, saya yakin produk pindang dari Karawang bukan hanya untuk Jawa Barat tapi tembus juga ke pasar nasional," tutur Cellica.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyatakan bantuan cold storage atau gudang beku kepada sejumlah UMKM pengolahan ikan merupakan upaya menanggulangi dampak ekonomi pandemi Covid-19.
Bantuan ini merupakan bagian dari stimulus penanggulangan dampak ekonomi Covid-19 yang diberikan untuk menghindari penurunan kualitas atau mutu dan harga ikan yang drastis di tingkat nelayan atau pembudidaya.
Sebelumnya, bantuan gudang beku portable berkapasitas 50 ton juga diberikan kepada sentra industri rakyat pemindangan ikan di Pasuruan, Jawa Timur. Di Pasuruan juga terdapat 115 pemindang skala rumah tangga yang memproduksi 1.000-1.100 kg per hari.
Jenis ikan pindang dari Pasurunan di antaranya ikan layang, kembung, tembang, selar, dan tongkol. Selain dari Pasuruna, ikan bahan bakunya dipasok dari dari Sidoarjo, Jember, Malang, dan Trenggalek.