Bisnis, JAKARTA — Perubahan iklim dan konsumsi bahan bakar minyak atau BBM menjadi isu lawas yang makin kuat didengungkan pada periode-periode tertentu. Kerap disangkutkan dengan urusan politik, konsumsi BBM berlebih yang terutama didorong oleh subsidi, sebenarnya menjadi penyebab utama perubahan iklim.
Berdasarkan data dari Pusdatin ESDM (2011) yang dikutip dari Pedoman Teknis Perhitungan Baseline Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Berbasis Energi yang diterbitkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada 2014, total konsumsi energi nasional pada 2000 sebesar 468 juta setara barel minyak (sbm), naik secara tajam menjadi 793 juta sbm pada 2010.
Kenaikan konsumsi energi tersebut mengakibatkan peningkatan emisi gas rumah kaca, dengan emisi CO2 pada 2000 yang mencapai 244,31 juta ton meningkat menjadi 379,47 juta ton pada 2010.
Peningkatan emisi tersebut terjadi bukan hanya dari sektor pembangkit listrik, melainkan juga dari sektor industri dan transportasi. Pemicu utamanya adalah pembakaran bahan bakar fosil, terutama BBM bersubsidi yakni Premium yang memiliki kandungan sulfur tinggi sekitar 2.000—3.000 ppm sehingga meningkatkan konsentrasi CO2.