Harga Batu Bara Anjlok, Investor Disarankan Profit Taking

China berencana untuk mengakhiri larangan impor batu bara asal Australia. Kabar tersebut seketika merontokkan harga batu bara global. Ini dinilai menjadi momentum untuk menjual komoditas ini.

Emanuel Berkah Caesario

17 Jul 2022 - 20.11
A-
A+
Harga Batu Bara Anjlok, Investor Disarankan Profit Taking

Batu bara. Sumber: Canva

Bisnis, JAKARTA — Ajloknya harga batu bara pada akhir pekan ini yang terjadi secara tiba-tiba dapat menjadi momentum bagi investor untuk mulai merealisasikan keuntungan di komoditas ini.

Berdasarkan data Bloomberg, sebagaimana dikutip dari Bisnis.com, harga batu bara untuk kontrak teraktif Juli 2022 turun 9,80 persen ke US$406,55 per metrik ton pada Jumat (15/7).

Penurunan terjadi setelah pejabat pemerintah China menemui Perdana Menteri baru Australia Anthony Albanese, di mana birokrat energi negara itu mengusulkan rencana untuk mengakhiri larangan impor batu bara asal Australia.

Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia, Lionel Priyadi, menyebutkan langkah ini sebagian dilatarbelakangi oleh keputusan beberapa anggota Uni Eropa untuk menjaga ketahanan energi mereka melalui relaksasi pengoperasian pembangkit listrik tenaga batu bara. Kebijakan China secara langsung akan mempengaruhi Indonesia.

"Pasar merespons perkembangan ini dengan melakukan aksi jual, mendorong harga batu bara Newcastle turun. Kami menyarankan investor untuk melakukan take profit dari batu bara," ungkapnya dalam riset, dikutip Minggu (17/7).

Sementara itu, di pasar Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan pada Juni 2022 kembali mencetak surplus besar mencapai US$5,09 miliar dengan nilai ekspor US$26,09 miliar dan impor US$21,00 miliar.


Kepala BPS, Margo Yuwono, menyebutkan kinerja surplus perdagangan secara keseluruhan didorong oleh ekspor yang meningkat lebih pesat dibandingkan impor. Ekspor pada Juni 2022 mencapai US$26,09 miliar atau naik 21,3 persen dibandingkan bulan sebelumnya atau 40,68 persen dibandingkan Juni 2021.

Margo memerincikan, ekspor nonmigas naik 22,71 persen secara bulanan atau 41,89 persen secara tahunan menjadi US$24,56 miliar. Sementara itu, ekspor migas naik 2,45 persen secara bulanan atau 23,68 persen dibandingkan tahun lalu menjadi US$1,53 miliar.

Hasil tersebut lebih tinggi dari proyeksi Samuel Sekuritas di US$4 miliar. Namun, di semester II/2022, analis memperkirakan surplus perdagangan Indonesia akan menurun, terutama setelah pelemahan harga komoditas baru-baru ini.

"Harga nikel misalnya, tercatat melemah 7,2  persen YtD [year-to-date], dan harga CPO tercatat anjlok 31,5 persen YtD. Meski harga batu bara masih tinggi, kami memperkirakan hal tersebut akan berubah dalam waktu dekat karena berbagai kebijakan yang diambil oleh negara-negara maju untuk mengurangi tekanan pada ketahanan energi mereka," jelas Lionel.

Sejumlah rencana negara maju antara lain seperti rencana untuk mengaktifkan kembali 9 pembangkit listrik tenaga nuklir di Jepang dan perdebatan di Jerman untuk menunda penghentian 3 pembangkit listrik tenaga nuklirnya.

"Kami mengulangi prediksi kami terkait defisit transaksi berjalan yang akan mencapai -0,5  persen terhadap PDB tahun ini," ungkapnya.

(Reporter: Mutiara Nabila)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Emanuel Berkah Caesario

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.