Harga Batu Bara Kian Perkasa dan Tetap Jadi Incaran Dunia

Pemulihan ekonomi dunia dan meningkatnya kebutuhan energi listrik menyebabkan batu bara menjadi incaran dunia. Kondisi tersebut terjadi setelah bahan bakar lain, seperti gas dan minyak bumi turut mengalami lonjakan harga.

Rayful Mudassir

8 Nov 2021 - 20.09
A-
A+
Harga Batu Bara Kian Perkasa dan Tetap Jadi Incaran Dunia

Pekerja beraktivitas di area pertambangan batu bara PT Adaro Indonesia, di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, Selasa (17/10)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis, JAKARTA — Harga batu bara acuan atau HBA terus mengalami reli yang luar biasa sepanjang tahun ini, secara global sempat terkoreksi dan mulai berada dalam tren penurunan. Keperkasaan emas hitam itu tak tergoyahkan karena masih menjadi incaran dunia.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga batu bara acuan (HBA) November 2021 sebesar US$215,63 per metrik ton, dengan kenaikan hingga 33% dibandingkan dengan HBA Oktober US$161,63 per metrik ton.

Kenaikan HBA tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang 2021, dan mencetak rekor terbaru HBA sepanjang masa.

Di sisi lain, berdasarkan bursa ICE Newcastle harga batu bara termal untuk kontrak Desember 2021 mencapai US$161,50 per metrik ton. Harga itu naik dari penutupan perdagangan akhir pekan lalu, yakni US$153,60 per metrik ton.

Sepanjang 2021, rerata harga komoditas tersebut mencapai US$147,69 per metrik ton, dengan puncak tertinggi harga batu bara yang tercatat hingga US$272,50 per metrik ton pada 5 Oktober 2021 lalu.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan bahwa harga acuan bulan ini merupakan refleksi dari rerata harga di Oktober 2021.

“Sejak akhir Oktober tren harga terus menurun hingga saat ini yang utamanya dipicu oleh intervensi dari Pemerintah Tiongkok,” katanya kepada Bisnis, Senin (8/11/2021).

Adapun HBA ditetapkan dari rerata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, total moisture 8%, total sulphur 0,8%, dan ash 15%.

Menurut Hendra, APBI tidak dapat memperkirakan harga acuan pada Desember 2021, mengingat saat ini batu bara global masih menghadapi tren penurunan harga.

Kendati begitu, harga saat ini masih tergolong tinggi karena terakhir kali, batu bara berada di angka US$161 per metrik ton pada 1 September 2021.

Sementara itu, sepanjang semester I/2021, komoditas ini masih dihargai antara US$90 per metrik ton hingga US$117 per metrik ton.

Namun, kata Hendra, pemulihan ekonomi dunia dan meningkatnya kebutuhan energi listrik menyebabkan batu bara menjadi incaran dunia. Kondisi tersebut terjadi setelah bahan bakar lain, seperti gas dan minyak bumi turut mengalami lonjakan harga.

“Sekarang sudah lebih rendah dan tren ke depan kemungkinan terus menurun seiring dengan intervensi dari Pemerintah Tiongkok, karena mereka juga berkepentingan menjaga harga,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi menilai, penetapan HBA November sesuai dengan tingginya permintaan China terhadap komoditas tersebut di musim dingin.

“Permintaan dari Tiongkok terus meningkat, menyusul mulai memasuki musim dingin serta kondisi cuaca buruk menyebabkan terganggunya kegiatan produksi dan transportasi batu bara di provinsi produsen batu bara,” katanya dalam keterangan resmi, Senin (8/11/2021).

Agung menjelaskan bahwa terdapat dua faktor turunan yang mempengaruhi pergerakan HBA yaitu, supply dan demand. Pada faktor turunan supply dipengaruhi oleh faktor cuaca, teknis tambang, kebijakan negara supplier, hingga teknis di supply chain seperti kereta, tongkang, maupun loading terminal.

Sementara itu, untuk faktor turunan demand dipengaruhi oleh kebutuhan listrik yang turun berkorelasi dengan kondisi industri, kebijakan impor, dan kompetisi dengan komoditas energi lain, seperti LNG, nuklir, dan hidro.

Nantinya, HBA November 2021 ini akan dipergunakan pada penentuan harga batu bara pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Vessel) selama satu bulan ke depan.

Tidak jauh berbeda, Ketua Umum Ketua Umum Asosiasi Pemasok Batu Bara dan Energi Indonesia (Aspebindo) Anggawira menerangkan bahwa kenaikan HBA turut disebabkan oleh harga batu bara di pasaran yang mencapai US$190 per metrik ton.

Selain itu, gangguan pada proses pengantaran komoditas itu ke negara tujuan turut menjadi faktor utama kenaikan tersebut. Hal itu juga ditunjukan dari Mineral One Data Indonesia (MODI) Kementerian ESDM.

Catatan pemerintah menunjukan bahwa realisasi ekspor batu bara baru menyentuh 247,52 juta ton, atau setara 50,77% dari rencana ekspor tahun ini, yakni 487,50 juta ton.

“[Permintaan musim dingin] sampai Desember 2021. Kemungkinan naik tipis [bulan depan], tapi ini sudah tinggi banget, karena transportasi sulit,” katanya kepada Bisnis.

Di sisi lain, Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi Dan Pertambangan (Pushep) Bisman Bhaktiar menilai pemerintah dan perusahaan tambang perlu menyiapkan strategi agar potensi penurunan harga batu bara di pasar global tidak terlampau dalam.

Dia memproyeksikan kenaikan harga batu bara saat ini hanya bersifat sementara sehingga akan turun seiring dengan waktu.

“Jadi hampir dipastikan turun. memang untuk menjaga turun agar tidak terlalu drastis ya memang paling memungkinkan menjaga produksi,” katanya kepada Bisnis, Senin, (8/11/2021).

Menurut dia, pemerintah dan badan usaha perlu menjaga angka produksi tetap stabil sesuai dengan target. Upaya itu diperlukan agar harga batu bara di pasar global tetap stabil.

Tahun ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan produksi batu bara domestik mencapai 625 juta ton. Hingga kini realisasi produksi batu bara telah menyentuh 514,95 juta ton, atau 82,39% dari target.

Dari total produksi, kementerian mencatat realisasi ekspor komoditas itu baru mencapai 247,31 juta ton, atau 50,73% dari target 487,50 juta ton hingga akhir 2021.

“Pertama, barangnya tetap tersedia di lapangan. Kedua, harga tetap terkendali dalam waktu agak lama. Kalau turun pasti turun, cuma dalam waktu agak lama,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti*

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.