Bisnis, JAKARTA — Musim “panen raya” harga komoditas dunia tidak selamanya menjulang tinggi. Pada masanya, setelah mengalami wind fall, Indonesia harus bersiap menerima kenyataan berkah lonjakan harga komoditas kembali ke harga wajar. Dampaknya, pertumbuhan ekonomi Indonesia pun bisa melambat seiring berkurangnya pendapatan dari sisi ekspor.
Bank Dunia telah mengingatkan kemungkinan ini terjadi. Bahkan, ketika pendapatan dari ekspor berkurang, angka pertumbuhan pun bisa anjlok dari asumsi optimistis 5,1 persen menjadi hanya 4,6 di tahun 2022, dan 4,7 persen di tahun 2023. Kondisi buruk itu bisa terjadi jika skenario penurunan ekonomi global menjadi kenyataan.
Bank Dunia melalui Laporan Indonesia Economic Prospect (IEP) Juni 2022 memprediksi perekonomian Indonesia akan tumbuh 5,1 persen pada 2022 dan naik menjadi 5,3 persen pada 2023.
Proyeksi itu didasarkan pada beberapa faktor seperti kepercayaan konsumen yang meningkat, nilai tukar perdagangan yang lebih baik dan lonjakan permintaan yang tertahan atau pent-up demand.