Harga Emas Mulai Beranjak Pulih Usai Sentuh Titik Terendah

Harga emas global kembali bergerak di zona hijau lantaran penurunan harga sebelumnya memacu minat investor untuk mengoleksi logam mulia tersebut.

Mutiara Nabila

7 Okt 2023 - 18.13
A-
A+
Harga Emas Mulai Beranjak Pulih Usai Sentuh Titik Terendah

Harga emas semakin dekat ke US$2.000 dan harga saham emiten emas membuntuti. (Bloomberg)

Bisnis, JAKARTA—Harga emas global kembali bergerak di zona hijau lantaran penurunan harga sebelumnya memacu minat investor untuk mengoleksi logam mulia tersebut.  

Mengutip data Bloomberg, harga emas Comex terpantau naik 13,40 poin atau 0,73 persen ke US$1.845,20 per troy ons. Sementara itu, harga emas Spot juga naik 12,71 poin atau 0,70 persen ke US$1.833,01 per troy ons. 

 Nikko Asset Management menilai harga emas yang turun ke kisaran US$1.800-an baru-baru ini menjadikannya lebih menarik dalam kondisi kenaikan suku bunga yang meningkatkan kemungkinan terjadinya gejolak pasar yang tidak terduga. 

Kepala Multi-Aset Global Nikko Asset Management Robert Samson menuturkan penurunan harga emas tersebut telah mendorong sedikit gejolak keluar dari pasar. Dia menilai ini saat yang tepat untuk menambah kepemilikan logam mulia.

Harga emas telah terdorong lebih rendah dalam beberapa bulan terakhir karena Federal Reserve AS menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi.  Hal ini memacu dolar AS menanjak dan memicu lonjakan drastis dalam imbal hasil Treasury 10-tahun, sehingga mengurangi daya tarik emas batangan. Dengan latar belakang itu, kepemilikan dana yang diperdagangkan di bursa yang didukung emas telah mencapai titik terendah dalam lebih dari tiga tahun.

Baca Juga: Ramalan Rebound Harga Emas, Seberapa Mengkilap?

Setelah sempat mencapai US$2.000 per ons pada Mei lalu, emas kemudian membukukan penurunan sepanjang tiga bula berturut-turut dan menghapus kenaikan year-to-date. Harga emas spot mencapai level terendah sejak Maret pada pekan ini. Namun, meskipun mengalami penurunan, masih ada yang menganggap emas dinilai terlalu tinggi dibandingkan obligasi. 

“Oleh karena itu, sekarang adalah saat yang tepat untuk memilikinya. Kemungkinan akan ada penurunan yang signifikan lagi ketika pengetatan bank sentral mendekati puncaknya, baru kemudian kebijakan akan menjadi lebih akomodatif dalam menanggapi potensi risiko,” kata Samson, dilansir Bloomberg, Sabtu (7/10/2023). 

Menurutnya, di tengah suku bunga yang naik terus, dan banyak tekanan pada perekonomian makro, emas bisa menjadi salah satu pilihan aset protektif.

Baca Juga: Membaca Prospek Saham Mineral dari Emiten Nikel hingga Emas

Sebelumnya, tim riset MIFX menyebutkan sentimen terhadap harga emas masih belum berubah. Pasalnya harga emas saat ini berada di level terendah tujuh bulan, dan pelaku pasar menanti rilis data tenaga kerja AS termasuk non-farm payrolls (NFP) hari ini. Sebagai informasi, data itu merupakan salah satu acuan bank sentral (The Fed) dalam menetapkan suku bunga sehingga akan memicu pergerakan besar pada Gold. 

Sebelum rilis tersebut, mereka meyakini harga emas masih akan volatil dan ada peluang naik pada perdagangan sesi Eropa. Mereka memprediksikan harga emas untuk level support antara US$1.814—US$1.816. Adapun untuk level resistance antara US$1.824-US$1.826.
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Asteria Desi Kartikasari

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.