Harga Komoditas Angkat Pembiayaan Alat Berat

Kenaikan harga komoditas secara global mengangkat pembiayaan alat berat di Tanah Air. Simak penjelasannya.

Denis Riantiza Meilanova & Aziz Rahardyan

30 Nov 2021 - 19.58
A-
A+
Harga Komoditas Angkat Pembiayaan Alat Berat

Kenaikan harga komoditas secara global mengangkat pembiayaan alat berat di Tanah Air. (Bisnis/Dwi Prasetya)

Bisnis, JAKARTA— Kenaikan harga komoditas di pasar global mampu mengangkat kinerja pembiayaan segmen alat berat di Tanah Air.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada September 2021, realisasi piutang pembiayaan segmen alat berat mencapai Rp27,61 triliun. Adapun, piutang pembiayaan alat berat merupakan kontributor kedua terbesar di segmen pembiayaan produktif setelah alat pengangkutan.

Realisasi piutang pembiayaan alat pengangkutan pada periode yang sama mencapai Rp41,03 triliun. Sementara itu, piutang pembiayaan segmen produktif secara total mencapai Rp100,83 triliun.

Kendati segmen alat berat dan pengangkutan mencetak pertumbuhan secara bulanan sejak Juni, keduanya masih mencetak koreksi secara tahunan. Segmen alat berat masih terkoreksi 9,17 persen atau hampir menyamai koreksi segmen produktif dengan 9,53 persen sedangkan segmen pengangkutan terkoreksi 4,96 persen.  

Berkah kenaikan harga komoditas dianggap menjadi penyebab naiknya realisasi pembiayaan alat berat di beberapa perusahaan pembiayaan.

Adapun, harga batu bara acuan terus mengalami reli yang luar biasa sepanjang tahun ini dan puncaknya pada November 2021 telah menembus level US$215,63 per metrik ton atau naik 33 persen dibandingkan dengan bulan sebulumnya.

Direktur Bisnis PT BFI Finance Tbk., Sutadi mengatakan dampak harga batu bara yang melambung tinggi tentunya sangat mendukung pertumbuhan bisnis pembiayaan alat berat perseroan. Hal ini dapat dilihat dari total pembiayaan alat berat perseroan selama 10 bulan terakhir mencapai sekitar Rp900 miliar dan seperempatnya berasal dari sektor batu bara.

"Sekitar 25—27 persennya kami dapatkan dari sektor batu bara," ujar Sutadi saat dihubungi Bisnis, Selasa (30/11/2021).

Namun, tak dapat dipungkiri pertumbuhan segmen pembiayaan alat berat dari sektor batu bara belum melaju kencang. Menurut Sutadi, kenaikan harga batu bara yang begitu pesat di 2021 tampaknya tidak diduga sebelumnya oleh para pelaku industri batu bara. Hal ini kemudian menyebabkan adanya selisih antara pasokan dan kebutuhan penyediaan alat berat.

"Namun, secara keseluruhan kenaikan harga batu bara di 2021 ini sangat positif menopang pertumbuhan BFI dari pembiayaan alat berat," katanya.

Untuk 2022, BFI Finance berharap pembiayaan alat berat akan cukup stabil dan target pertumbuhan mencapai kurang lebih 10—15 persen. Peningkatan pembiayaan di sektor batu bara dinilai bisa lebih baik lagi bila tidak terjadi gap antara pasokan dan permintaan dalam penyediaan alat berat seperti yang terjadi saat ini.

Adapun, sampai dengan kuartal III/2021, total pembiayaan baru BFI Finance tercatat mencapai Rp9,38 triliun atau tumbuh 72,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp5,43 triliun. Sementara itu, total piutang yang dikelola perseroan hingga kuartal III/2021 masih mengalami penurunan sebesar 7,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menjadi Rp13,74 triliun.

Portofolio pembiayaan BFI Finance ditopang oleh pembiayaan kendaraan bermotor roda dua dan empat sekitar 84—85 persen dari total pembiayaan perseroan. Sisanya, dikontribusikan dari pembiayaan alat berat dengan porsi 12—13 persen, pembiayaan properti 2 persen, pembiayaan syariah 1 persen, dan 1 persen pembiayaan dari konsolidasi anak usaha perseroan, platform teknologi finansial peer-to-peer (P2P) lending Pinjam Modal.

Perusahaan pembiayaan PT Mandiri Tunas Finance (MTF) mengaku ikut meraup berkah membaiknya sektor-sektor terkait komoditas yang berpengaruh buat permintaan kredit alat berat. 

Deputi Direktur MTF Albertus Hendi menjelaskan bahwa alat berat yang menghiasi sebagian besar segmen kredit korporasi atau fleet telah normal sejak awal 2021 dengan kontribusi pembiayaan baru mencapai Rp400 miliar tiap bulan. Dengan demikian, realisasi sepanjang 2021 lebih dari Rp4 triliun atau lebih baik dari realisasi pada periode yang sama tahun lalu yakni Rp3,6 triliun.

"Kebetulan permintaan di alat berat dan truk memang jadi pendorong, karena sektor lain seperti mobil-mobil pariwisata itu kan berat dan masih belum pulih," ujarnya.

Sebagai gambaran, MTF menargetkan pembiayaan fleet mencapai 20 persen dari portofolio, sementara target pembiayaan sepanjang tahun ini dipatok Rp20 triliun. Artinya, pembiayaan ke sektor ini telah sesuai prediksi. 

Hendi menjelaskan bahwa kenaikan harga komoditas tambang merupakan pendorong utama pelaku usaha sebagai debitur MTF di segmen ini mulai mengajukan pembiayaan baru kembali. Sebelumnya, debitur pembiayaan alat berat terbilang banyak yang mengajukan restrukturisasi di tengah masa pandemi. 

"Selama 2021 ini, terutama yang di sektor mining, sudah mulai pulih dan membayar kewajibannya lagi. Bahkan, periode restrukturisasi ini kami nilai berhasil karena ini membantu arus kas mereka kemarin dan justru membuat mereka menjadi repeat order," tambahnya. 

Namun demikian, Hendi mengungkap bahwa salah satu tantangan pembiayaan di sektor ini, terutama masih dalam hal keterbatasan unit. Beberapa yang telah disetujui bahkan harus inden sampai kuartal I/2022.

Adapun, salah satu tantangan lain pada tahun depan yang menjadi perhatian MTF, tentu berasal dari faktor eksternal yang berpotensi membuat harga komoditas seperti batu bara dan nikel di Tanah Air kembali turun. 

"MTF optimistis alat berat tetap bagus sampai tahun depan selama kondisinya masih seperti ini.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Duwi Setiya Ariyant*

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.