Harga Minyak Makin Mahal Biarpun Pasokan Naik

Langkah Gedung Putih mengendalikan harga ternyata diproyeksi mampu menambah kenaikan harga minyak. Berikut uraiannya.

Duwi Setiya Ariyant*
12 Agt 2021 - 14.23
A-
A+
Harga Minyak Makin Mahal Biarpun Pasokan Naik

Langkah Gedung Putih mengendalikan harga ternyata diproyeksi mampu menambah kenaikan harga minyak. (Antara)

Bisnis, JAKARTA— Harga minyak global berpotensi naik pada perdagangan hari ini merespons permintaan Gedung Putih soal tambahan produksi negara kartel minyak (OPEC) untuk mengendalikan kenaikan harga.

Bloomberg pada Kamis (12/8/2021), pukul 14:03 WIB mencatat bahwa harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak September menyentuh US$69,07 per barel atau turun 0,76 persen. Sementara itu, minyak Brent untuk pengiriman Oktober mencapai US$71,28 per barel atau turun 0,22 persen.

Sebelumnya minyak jenis WTI untuk pengiriman September sempat naik 96 sen dolar AS menjadi US$69,25 per barel di New York Mercantile Exchange. Senada, harga minyak Brent untuk pengiriman Oktober meningkat 81 sen menjadi ditutup pada US$71,44 per barel di London ICE Futures Exchange.

Analis PT Monex Investindo Futures, Faisyal mengatakan pada perdagangan hari ini, peluang penguatan harga minyak terbuka. Sentimen pendorong harga minyak pada perdagangan hari ini yaitu turunnya cadangan minyak mentah, mengacu pada laporan Energy Information Administration (EIA).

Dengan angka 438,8 juta barel, persediaan minyak mentah AS itu sekitar 6 persen di bawah rata-rata lima tahun terakhir. Menurut EIA, total persediaan turun 1,4 juta barel pada pekan lalu, sedangkan persediaan bahan bakar sulingan meningkat 1,8 juta barel.

Dalam Prospek Energi Jangka Pendek yang diterbitkan pada Selasa (10/8/2021), EIA menyebutkan permintaan bensin AS lebih tinggi dari yang diperkirakan selama Mei hingga Juli.

Adapun, pergerakan harga minyak hari ini bakal berada di rentang US$68,8 hingga US$65,5 per barel di level support dan US$69,8 hingga US$71,2 per barel di level resistance.

“Harga minyak berpeluang bergerak naik dalam jangka pendek di balik seruan Gedung Putih kepada OPEC dan para sekutu untuk menaikan produksi untuk mendukung pemulihan global dari pandemi,” ujarnya dikutip dari laman resmi, Kamis (12/8/2021).

Dikutip dari laman S&P Global Platts, persediaan bensin turun tak berarti menjadi penanda perbaikan permintaan. Permintaan bensin turun sekira 3,5 persen dalam sepekan ke level 9,43 juta barel per hari sedangkan permintaan seluruh produk turun 8 persen menjadi 19,51 juta barel per hari atau level rendah dalam empat pekan beruntun.

Analis menyebut bahwa pasar juga tertekan oleh langkah Biden meminta OPEC+ menambah pasokan minyak dengan tambahan pasokan 400.000 barel per hari mulai dari produksi bulanan pada Agustus.

OPEC+ pun menerima permintaan yang sama dari negara lain seperti India yang yang menginginkan harga minyak yang lebih murah agar pemulihan ekonomi bisa melaju. Pasalnya, langkah OPEC+ memangkas produksi dilakukan untuk mengembalikan harga minyak yang sempat terkoreksi parah akibat pandemi.

Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat, Jake Sullivan mengatakan bahwa saat ini harga minyak telah menyentuh level sebelum pandemi. Dia menyebut mendukung pemulihan ekonomi yang sempat tertekan, tambahan produksi tahun ini masih tak cukup.

“Sementara OPEC+ menyetujui penambahan produksi, penambahan ini tak akan bisa mengompensasi pemangkasan produksi yang sebelumnya dilakukan OPEC+ selama pandemi sampai 2022,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Duwi Setiya Ariyant*

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.