Harga Minyak Mentah Indonesia Kian Licin, Terus Tergelincir

Berdasarkan perhitungan formula Indonesia Crude Price (ICP), rata-rata ICP Desember 2022 ditetapkan sebesar US$76,66 per barel, terperosok US$10,84 per barel dari harga November 2022 sebesar US$87,50 per barel.

Ibeth Nurbaiti

3 Jan 2023 - 08.30
A-
A+
Harga Minyak Mentah Indonesia Kian Licin, Terus Tergelincir

Depo PT Pertamina terlihat dari udara di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (3/12/2020). Untuk 2023, harga minyak dunia diproyeksikan mencatatkan kenaikan tipis dibayangi oleh kondisi ekonomi global yang diproyeksi makin gelap dan gejolak Covid-19 di China. Bisnis/Paulus Tandi Bone

Bisnis, JAKARTA — Kekhawatiran pasar atas kondisi ekonomi global telah mempengaruhi penurunan harga minyak mentah utama di pasar internasional. Sejalan dengan itu, harga rata-rata minyak mentah Indonesia ikut tergelincir, tidak lagi berada di atas US$80 per barel.

Berdasarkan perhitungan formula Indonesia Crude Price (ICP), rata-rata ICP Desember 2022 ditetapkan sebesar US$76,66 per barel, terperosok US$10,84 per barel dari harga November 2022 sebesar US$87,50 per barel.

Patokan harga ICP tersebut ditetapkan dalam Kepmen ESDM Nomor 2.K/MG.03/DJM/2023 tentang Harga Minyak Mentah Indonesia Bulan Desember 2022 tertanggal 2 Januari 2023. Secara menyeluruh berdasarkan data bulanan, rata-rata harga mentah Indonesia memperlihatkan tren penurunan sejak mencapai posisi tertinggi pada Juni 2022 yang berada di level US$117,62 per barel. 

Baca juga: Meramal Arah Harga Minyak Dunia Tahun 2023

Kebijakan peningkatan suku bunga oleh Federal Reserve AS yang menyebabkan peningkatan nilai tukar dolar AS dan menurunkan minat investor pada pasar komoditas, berpengaruh kuat terhadap perkembangan harga minyak mentah dunia.

Seperti yang disampaikan dalam Executive Summary Tim Harga Minyak Indonesia yang dikutip dari laman resmi ESDM, Selasa (3/1/2023), kekhawatiran pasar atas kondisi ekonomi global yang diindikasikan oleh Federal Reserve AS melanjutkan kebijakan peningkatan suku bunga untuk mengatasi inflasi serta Bank Sentral Eropa yang memutuskan untuk meningkatkan suku bunga di pertengahan Desember 2022, telah mempengaruhi penurunan harga minyak mentah utama di pasar internasional.

Baca juga: Di Balik Impor Minyak Mentah RI, Ada KKKS yang Pilih Ekspor

Penurunan harga minyak juga terkait dengan pasokan minyak mentah dunia, yakni OPEC+ yang memutuskan untuk mempertahankan kuota pemotongan produksi minyak mentah akibat ketidakpastian pasokan minyak mentah dari Rusia. Hal itu di luar ekspektasi pasar yang mengharapkan peningkatan pemotongan produksi dari OPEC+.


Adapun, berdasarkan laporan International Energy Agency (IEA) Desember 2022, pasokan minyak mentah Non OPEC naik sebesar 420.000 barel per hari pada kuartal IV/2022 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Di sisi lain, terkait dengan permintaan minyak mentah dunia, berdasarkan laporan OPEC Desember 2022, terdapat revisi penurunan proyeksi permintaan minyak mentah dunia untuk 2022 sebesar 0,01 juta barel per hari menjadi 99,56 juta barel per hari dibandingkan dengan proyeksi pada bulan sebelumnya.

Baca juga: Angin Segar dari Blok Tuna untuk Kedaulatan Migas RI di Natuna

Sementara itu, IHS Markit dalam laporan Desember 2022 menyatakan permintaan minyak mentah dunia Desember 2022 turun sebesar 600.000 barel per hari menjadi 99,8 juta barel per hari dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Selain itu, berdasarkan Laporan Mingguan EIA (U.S. Energy Information Administration), terdapat peningkatan stok, terutama stok produk minyak Amerika Serikat pada Desember 2022, yakni gasoline naik sebesar 9,2 juta barel menjadi 223,0 juta barel dari bulan sebelumnya.

Kemudian, distillate naik sebesar 7,6 juta barel menjadi 120,2 juta barel dari bulan sebelumnya. “Faktor lainnya adalah menguatnya nilai tukar Dolar AS dibandingkan mata uang lainnya, terutama terhadap Euro,” demikian laporan Executive Summary Tim Harga Minyak Indonesia.

Baca juga: Dampak Pasokan BBM AS Melimpah Ruah, Harga Minyak Tergelincir

Adapun untuk 2023, harga minyak dunia diproyeksikan mencatatkan kenaikan tipis dibayangi oleh kondisi ekonomi global yang diproyeksi makin gelap dan gejolak Covid-19 di China. Kondisi itu telah mengancam pertumbuhan permintaan dan mengimbangi dampak kekurangan pasokan yang disebabkan oleh sanksi terhadap Rusia.


“Kami memperkirakan dunia akan tergelincir ke dalam resesi pada awal 2023 karena dampak inflasi tinggi dan kenaikan suku bunga sudah terasa,” kata Asisten Ekonom Capital Economics, Bradley Saunders seperti dikutip Antara, Selasa (3/1/2023).

Sebuah survei terhadap 30 ekonom dan analis memperkirakan harga minyak Brent akan mencapai rata-rata US$89,37 per barel pada 2023, sekitar 4,6 persen lebih rendah dari konsensus US$93,65 per barel dalam survei November 2022. Harga acuan minyak global memiliki rata-rata US$99 per barel pada 2022. 

Baca juga: Harta Karun Migas di Perairan Natuna Perlahan Tersibak

Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS diproyeksikan mencapai rata-rata US$84,84 per barel pada 2023, lebih rendah dibandingkan dengan konsensus bulan sebelumnya US$87,80 per barel.

Sebagai gambaran Brent telah turun lebih dari 15 persen sejak awal November dan diperdagangkan sekitar US$84 per barel pada Jumat (30/12/2022) karena lonjakan kasus Covid-19 di China, yang menekan prospek pertumbuhan permintaan minyak di importir minyak mentah terbesar dunia tersebut. “Pasar minyak masih ketat meskipun prospek permintaan global melemah karena kekhawatiran resesi semakin liar,” kata Analis Senior OANDA, Edward Moya.

Baca juga: Dampak Pembatasan Harga Minyak Rusia oleh Barat

Menurut dia, China akan menjadi fokus utama pada kuartal I/2023. Sebagian besar analis mengatakan permintaan minyak akan tumbuh secara signifikan pada paruh kedua 2023, didorong oleh pelonggaran pembatasan Covid-19 di China dan oleh bank-bank sentral yang mengadopsi pendekatan suku bunga yang tidak terlalu agresif.

Untuk kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah juga dipengaruhi oleh peningkatan jumlah kasus baru Covid-19 di China setelah pelonggaran kebijakan pembatasan diterapkan sehingga menimbulkan kekhawatiran pasar turunnya permintaan minyak mentah dari negara tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.