Harga Minyak Naik Tipis di Tengah Kekhawatiran Varian Omicron

Sejumlah negara di Eropa memberlakukan kembali penguncian wilayah setelah adanya laporan varian baru Covid-19 yang disebut Omicron. Sentimen tersebut telah menekan harga minyak sepanjang akhir pekan lalu.

Febrina Ratna Iskana

29 Nov 2021 - 09.19
A-
A+
Harga Minyak Naik Tipis di Tengah Kekhawatiran Varian Omicron

Ilustrasi - Miniatur pompa sumur minyak cetak 3D terlihat di depan grafik stok yang ditampilkan dan logo OPEC. ANTARA/REUTERS/Dado Ruvic/aa.

Bisnis, JAKARTA - Harga minyak sedikit terangkat imbas aksi investor memborong komoditas dengan harga murah. Meski begitu, perhatian investor tetap tertuju pada munculnya varian baru virus corona yang disebut Omicron.

Munculnya Omicron telah menekan harga minyak sekitar US$ 10 dolar pada akhir pekan lalu. Namun, harga minyak kembali naik pada perdagangan pekan ini.

Seperti dilansir dari Antara, harga minyak mentah berjangka Brent melonjak US$ 3,05 atau 4,2 persen menjadi US$ 75,77 per barel pada Senin (29/11/2021) pagi waktu Indonesia. Harga minyak tersebut sempat jatuh hingga US$ 9,50 per barel pada Jumat (26/11/2021).

Di sisi lain, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) terangkat US$ 3,27 atau 4,8 persen menjadi US$ 71,42 per barel. Pada akhir pekan lalu, harga minyak dari Amerika Serikat  (AS) itu anjlok US$ 10,24 per barel.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan belum jelas apakah Omicron, yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan, lebih menular atau berbahaya daripada varian lainnya. Namun, laporan pada Minggu (28/11/2021) menyebut varian virus corona Omicron telah menyebar ke seluruh dunia.

Kasus baru ditemukan di Belanda, Denmark dan Australia, dan lebih banyak negara memberlakukan penguncian wilayah. Kebijakan tersebut diproyeksi bakal mendorong surplus pasokan minyak pada kuartal pertama.

Hal itu pun langsung mendorong pasar minyak dan pasar keuangan anjlok cukup dalam. Bahkan pasar keuangan terkoreksi lebih dari 10 persen pada akhir pekan lalu. Penurunan tersebut merupakan penurunan satu hari terbesar sejak April 2020.

Hiroyuki Kikukawa, manajer umum riset di Nissan Securities, mengatakan semua mata akan tertuju pada Omicron yang dapat mempengaruhi ekonomi global dan permintaan bahan bakar, tindakan OPEC+, dan pembicaraan nuklir Iran minggu ini.

"Ada koreksi pembelian di tengah pandangan bahwa pasar minyak telah oversold minggu lalu dan spekulasi bahwa OPEC+ dapat mengambil tindakan terhadap Omicron, berpotensi memangkas produksi," kata dia. 

OPEC+ telah menunda pertemuan teknis hingga akhir pekan ini. Mereka ingin memiliki waktu lebih banyak untuk menilai dampak varian Omicron pada permintaan dan harga minyak.

OPEC+ akan bertemu pada Kamis (2/12/2021), alih-alih pada Selasa (30/11/2021), ketika keputusan kebijakan kemungkinan akan diumumkan seusai rencana sebelumnya, yaitu untuk meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari pada Januari dan seterusnya.

OPEC+ telah melepaskan 400.000 barel per hari minyak per bulan sambil mengurangi rekor pemotongannya dari tahun lalu. Beberapa analis menyatakan kelompok itu dapat menghentikan kenaikan setelah rilis stok oleh negara-negara konsumen minyak utama dan kemungkinan dampak permintaan dari lockdown untuk menahan varian baru.

Sementara itu, pembicaraan tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 akan dilanjutkan di Wina pada hari ini, dengan kemajuan atom Iran menimbulkan keraguan apakah terobosan dapat dibuat untuk membawa Teheran dan Amerika Serikat kembali ke kepatuhan penuh terhadap kesepakatan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Febrina Ratna Iskana

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.