Hari Pahlawan, Saat Orasi Bung Tomo Membakar Semangat Rakyat

Dengan orasi yang membakar semangat disertai pekik Allahu Akbar Bung Tomo membakar semangat arek-arek Suroboyo untuk mengusir pasukan Inggris.

Tim Redaksi

9 Nov 2021 - 15.50
A-
A+
Hari Pahlawan, Saat Orasi Bung Tomo Membakar Semangat Rakyat

Sutomo atau yang lebih akrab dikenal dengan sapaan Bung Tomo membakar semangat arek-arek Suroboyo untuk mengusir pasukan asing dari Bumi Pertiwi./ wikipedia

Bisnis, JAKARTA - Diawali dengan mengucap Bismillah dan diakhir dengan pekik Allahu Akbar, Bung Tomo membakar semangat arek-arek Suroboyo untuk mengusir pasukan Inggris.

Orasi Bung Tomo nyatanya tak hanya membakar semangat warga Surabaya saja. Semua orang, bangsa Indonesia, tergerak untuk mempertahankan negara yang masih muda dari kedatangan pihak asing yang dicurigai akan kembali menjajah Indonesia.

Sutomo atau yang lebih dikenal dengan sapaan akrab Bung Tomo menjadi salah satu tokoh kunci dalam pertempuran 10 November 1945.

Pahlawan Indonesia dari Kota Surabaya itu dikenal dengan gayanya sebagai orator yang berhasil membakar semangat rakyat Surabaya untuk melawan kembalinya penjajah.

Dunia Kepanduan

Dikutip dari perpustakaan.setneg.go.id, Bung Tomo lahir di Surabaya, Jawa Timur pada  3 Oktober 1920. Dia dibesarkan dalam keluarga kelas menengah yang sangat menghargai dan menjunjung tinggi pendidikan.

Ayah Bung Tomo bernama Kartawan Tjiptowidjojo, seorang kepala keluarga dari kelas menengah. Ibunda Bung Tomo berdarah campuran Jawa Tengah, Sunda, dan Madura.

Di samping itu, Bung Tomo mengaku mempunyai pertalian darah dengan beberapa pendamping dekat Pangeran Diponegoro.

Dalam dunia pendidikan, Bung Tomo terpaksa meninggalkan pendidikannya di MULO. Dia menyelesaikan pendidikan HBS lewat korespondensi, tetapi tidak pernah resmi lulus.

Bung Tomo aktif dalam organisasi dengan nama Kepanduan Bangsa Indonesia atau KBI pada saat usianya masih muda. Bung Tomo menegaskan filsafat kepanduan, ditambah kesadaran nasionalis yang diperolehnya dari kelompok ini dan dari kakeknya, merupakan pengganti yang baik untuk pendidikan formalnya.

Memasuki usia 17 tahun, Bung Tomo makin terkenal ketika berhasil menjadi orang kedua di Hindia Belanda yang mencapai peringkat Pandu Garuda.

Dunia Wartawan

Bung Tomo juga memiliki minat pada dunia jurnalisme. Hal ini dibuktikan bahwa pada 1937, dirinya bekerja sebagai wartawan lepas pada Harian Soeara Oemoem di Surabaya.

Selanjutnya, pada 1939, dia menjadi Redaktur Mingguan Pembela Rakyat serta menjadi wartawan dan penulis pojok harian berbahasa Jawa, Ekspres, di Surabaya.

Tahun 1942—1945, pada masa pendudukan Jepang, Bung Tomo bekerja di kantor berita tentara pendudukan Jepang, Domei, bagian Bahasa Indonesia untuk seluruh Jawa Timur di Surabaya.

Kemudian, saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dikumandangkan, Bung Tomo memberitakannya dalam bahasa Jawa bersama wartawan senior Romo Bintarti.

Hal ini dilakukan dengan tujuan menghindari sensor Jepang.

Bung Tomo menjadi pemimpin redaksi Kantor Berita ANTARA di Surabaya. Dirinya juga menjadi kepala bagian penerangan Pemuda Republik Indonesia (PRI). Saat itu PRI adalah organisasi terpenting dan terbesar di Surabaya.

Selanjutnya, pada Oktober dan November 1945, dirinya menjadi salah satu pemimpin yang sangat penting. Hal ini karena dia berhasil menggerakkan dan membangkitkan semangat rakyat Surabaya.

Waktu itu Surabaya diserang habis-habisan oleh pasukan Inggris yang mendarat untuk melucuti senjata tentara pendudukan Jepang dan membebaskan tawanan Eropa.

Ultimatum Pasukan Inggris

Pada 9 November pasukan Inggris mengeluarkan ultimatum yang ditunjukan kepada para staf Gubernur Soerjo. Ultimatum tersebut  berbunyi:

Pertama, seluruh pemimpin rakyat Surabaya harus menyerahkan diri paling lambat pukul 18.00 di hari itu dengan tangan di atas kepala.

Kedua, seluruh senjata harus diserahkan dan pembunuh Mallaby menyerahkan diri.

Ultimatum tersebut menegaskan apabila kedua hal tersebut diabaikan, Sekutu akan mulai menyerang pada pukul 06.00 pada keesokan harinya.

Pamflet berisi ultimatum disebar lewat udara. Apabila ultimatum tersebut tidak dipatuhi, pada 10 November mulai pukul 06.00, Inggris akan mulai menggempur.

Dalam, pertempuran di Surabaya pada 10 November 1945, Bung Tomo tampil menjadi orator ulung di depan corong radio. Bung Tomo membakar semangat rakyat untuk berjuang melawan tentara Inggris dan NICA-Belanda.

Berikut pidato Bung Tomo, dikutip dari situs web archive.org

Dalam orasinya, Bung Tomo menyampaikan soal kedatangan pasukan Inggris dan ancaman yang disampaikan pasukan asing tersebut. Meski mengingatkan agar para pemuda tidak menyerang lebih dahulu, di akhir orasinya Bung Tomo membakar semangat arek-arek Suroboyo untuk tidak takut mati untuk membela kemerdekaan Republik Indonesia. (Nancy Junita, Saeno)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Saeno

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.