Hebatnya Peran Orang Indonesia Bantu Bisnis Properti Singapura

Dalam waktu tak sampai 2 pekan terdapat empat tgransaksi besar properti di Singapura yang pembelinya adalah warga negara Indonesia. Orang Indonesia memang telah lama dikenal berbisnis properti di negeri jiran tgersebut.

M. Syahran W. Lubis

7 Mar 2022 - 22.19
A-
A+
Hebatnya Peran Orang Indonesia Bantu Bisnis Properti Singapura

Properti di Singapura./The Bsuiness Times

Bisnis, JAKARTA – Orang Indonesia berperan penting bagi bisnis properti Singapura. Tak sampai 2 pekan terakhir, empat transaksi properti melibatkan tiga perusahaan besar milik orang Indonesia dan satu lagi anonim, tapi disebutkan si pembeli properti adalah orang Indonesia.

Pada pengujung bulan lalu, pebisnis kondang Sukanto Tanoto dengan Pacific Eagle Real Estate (Raja Garuda Emas, dahulu Raja Garuda Mas)-nya merealisasikan pembelian salah satu pusat perbelanjaan besar di kawasan Orchard Road Singapura, Tanglin Shopping Center, dengan nilai Rp9,2 triliun.

Pacific Eagle Real Estate sebelumnya mengakuisisi en bloc Chinatown Plaza di 34 Craig Road, yang sedang dikembangkan kembali menjadi Mondrian Singapore Duxton, hotel gaya hidup mewah yang akan menggabungkan arsitektur bersejarah dari rumah toko (ruko) Singapura yang berusia berabad-abad dengan pengaruh modern dan kontemporer.

Pembelian berikutnya sebelum Tanglin adalah sebuah bangunan di sepanjang Duke's Road, dengan potensi pembangunan kembali yang menarik mengingat lokasinya di area Bukit Timah Road dekat Singapore Botanic Gardens.

Tanglin Shopping Center memiliki luas lantai kotor terverifikasi yang ada dan dasar pengembangan 313.435 ft2, dengan rasio plot 4,57. Lokasinya dekat dengan Orchard Boulevard dan stasiun Mass Rapid Transit (MRT) Orchard.

Tanglin Shopping Center di Singapura./The Business Times

Menikmati bagian depan yang sangat menonjol sekitar 105 meter di sepanjang Jalan Tanglin serta bagian depan sekunder di Jalan Cuscaden, Pusat Perbelanjaan Tanglin merupakan kompleks komersial 12 lantai dengan dua lantai basement dan tempat parkir tambahan delapan lantai.

Di kompleks utama, unit ritel dan perkantoran terletak dari lantai basement 2 hingga lantai 6 blok podium, sedangkan lantai 7 hingga 12 blok menara terdiri dari unit perkantoran.

Untuk tempat parkir kendaraan tersedia di ruang basement 1 dan 2 dari kompleks utama dan di gedung parkir tambahan 8 lantai. Dibangun dalam dua tahap, kompleks utama selesai pada 1970-an, sedangkan perluasan menara perkantoran selesai pada awal 1980-an. Pusat perbelanjaan ini memiliki 364 unit.

Hilton Terbesar

Masih pada akhir bulan lalu, Lippo Group melalui sayap bisnisnya di Singapura, OUE Ltd dan OUE Commercial REIT Management yang bertindak sebagai manajer OUE Commercial Real Estate Investment Trust (OUE C-REIT), mengumumkan pembukaan Hilton Singapore Orchard, hotel merek Hilton terbesar di Asia Pasifik.

OUE Ltd merupakan perusahaan milik Grup Lippo yang berbasis di Singapura. Dalam laman resminya, OUE Limited disebutkan sebagai perusahaan pengembangan, investasi, dan manajemen real estat layanan lengkap Pan-Asia terkemuka dengan aset di seluruh sektor komersial, perhotelan, ritel, perumahan, dan perawatan kesehatan.

OUE secara konsisten memanfaatkan keahliannya dalam pengembangan properti dan manajemen aset untuk memaksimalkan hasil dan membuka nilai. Pada 31 Desember 2021, portofolio real estat OUE bernilai Sin$9,5 miliar.

Mengenai hotel baru ini, sebelumnya dikenal sebagai Mandarin Orchard Singapore. Hotel ini berganti nama menjadi Hilton Singapore Orchard, menampilkan 1.080 kamar dan suite, fasilitas MICE baru dan yang disempurnakan, serta penawaran makanan dan minuman yang diperbarui dan segar.

Kamar mewah Hotel Hilton Singapura milik Lippo Group./OUE C-REIT 

Hotel ini akan memiliki salah satu tempat acara terbesar di jantung Orchard Road Singapura, dengan 16 ruang pertemuan modern dan serbaguna seluas 2.400 m2. Ini termasuk dua ballroom tanpa pilar yang dilengkapi dengan dinding LED (light-emitting diode) yang canggih.

Kiprah pebisnis kondang Indonesia masuk di properti Singapura berlanjut pada awal bulan ini ketika Bachtiar Karim, bos Musim Mas Group, produsen crude palm poil (CPO), membeli rumah bersejarah 

Bachtiar Karim, pebisnis asal Medan, Sumatra Utara, membeli rumah bersejarah Tan Yeok Nee di 101 Penang Road Singapura dengan harga diperkirakan hampir Rp1 triliun.

Savills Singapura, agen pemasaran eksklusif dalam transaksi properti itu, dalam keterangan tertulisnya tidak memerinci nilai transaksi. Namun, menurut sumber pasar yang ditulis laman real estat EdgeProp, harga properti komersial itu berada di kisaran Sin$85 juta (Rp899,55 miliar) hingga Sin$88 juta (Rp931,31 miliar).

Salah satu sudut bagian dalam House of Tan Yeok Nee./Perennial Holdings

Sebagaimana laman resmi Musim Mas Holdings, Bachtiar Karim, 64 tahun, sekarang memimpin perusahaan yang bergerak di bidang minyak sawit tersebut, yang didirikan ayahnya, Anwar Karim, pada 1932 di Medan. Musim Mas Group kini berkantor pusat di Singapura.

Rumah bersejarah Tan Yeok Nee disiapkan untuk dijual pada Mei 2018 dengan harga indikatif setidaknya Sin$93 juta, atau sekitar Sin$1.590 per ft2 berdasarkan area strata 58.480 ft2. Namun, properti tersebut tidak dapat mengamankan pembeli pada saat itu. Kemudian dipasarkan lagi pada Oktober 2021 dengan harga panduan indikatif Sin$92 juta.

Menurut siaran pers Savills Singapura, proses penjualan properti komersial dengan status hak milik itu diharapkan selesai pada Mei tahun ini.

Selain ketiga transaksi besar itu, dalam aset dari agen properti Knight Frank pada 24 Februari, townhouse di 8 Nassim Hill yang disiapkan oleh Kantor Sheriff Pengadilan Singapura terjual Rp103 miliar dan pembeli dikatakan sebagai warga negara Indonesia, tanpa menyebutkan nama.

Townhouse di 8 Nassim Hill Singapura./EdgeProp

Kisah pembelian atau bisnis properti Singapura oleh orang Indonesia bukan barang baru. Tak berlebihan jika hampir semua konglomerat Indonesia memiliki properti di Singapura, bahkan bermukim di negeri jiran itu meski tak melepaskan statusnya WNI-nya.

Sampai sekarang pun, WNI masih termasuk di antara orang asing yang berperan penting menggerakkan pasar residensial di Singapura.

Leonard Tay, Kepala Penelitian di Knight Frank Singapura, mengemukakan bahwa di tengah kondisi pandemi Covid-19 ternyata pasar properti Singapura khususnya residensial tetap tangguh.

Sebagaimana dilansir laman resmi PropertyGuru, Leonard menjelaskan proporsi pembeli rumah asing mencapai sekitar 20% dari semua penjualan rumah.

Data Pemerintah Singapura (Urban Redevelopment Authority/URA) menunjukkan orang Indonesia termasuk pemain penting bisnis properti di Singapura selain warga asal China, Malaysia, India, dan Amerika Serikat.

Tujuan Investasi

Pengacara kawakan Singapura Sim Mong Teck, sebagaimana dilansir Property Asia Direct, menyatakan bahwa orang Indonesia membeli properti di distrik-distrik utama termasuk Watten Estate, Novena , Thomson, Orchard, Cairnhill, River Valley, Raffles Place, Ardmore, Tanglin, Bukit Timah, Holland Road, dan Sentosa.

Harga real estat di lokasi-lokasi tersebut setinggi langit karena lokasinya yang strategis dan fasilitas kelas atas di sekitarnya.

Kawasan mewah Raffles Place Singapura./Colliers International

Berbagai alasan membuat WNI membeli properti di Singapura dengan yang pertama adalah investasi. Singapura memiliki sejumlah besar populasi internasional. Mengingat lingkungan dengan kepadatan tinggi, tidak akan sulit untuk menemukan penyewa flat atau kondominium.

Pasar persewaan sangat menggiurkan karena uang cepat dapat mengalir masuk begitu Anda membeli properti dan menyewakannya kepada orang lain.

Tingkat perkembangannya menempatkan Singapura pada posisi yang tinggi dibandingkan dengan kota-kota metropolitan lain di Indonesia. Negara ini menawarkan kehidupan yang memuaskan bagi mereka yang berencana membeli properti untuk penggunaan pribadi.

Pendidikan kelas dunia, perawatan kesehatan yang luar biasa, infrastruktur publik yang canggih, dan tingkat keamanan yang sangat tinggi di Singapura memang menjanjikan tidak hanya bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga bagi investor asing lainnya.

Sim Mong Teck menambahkan bahwa Tragedi 1998 membuat orang Indonesia berpikir bahwa akan lebih aman bagi mereka untuk memiliki properti di Singapura jika kerusuhan yang mengerikan itu terjadi lagi.

Selain itu, bagi orang Indonesia, secara finansial seperti tingkat hipotek dan jangka waktu kredit lebih mudah bagi mereka untuk membeli properti di Singapura. 

Selain Singapura, negara tempat orang Indonesia membeli properti adalah Malaysia, Hong Kong, Australia, Amerika Serikat, dan Inggris.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: M. Syahran W. Lubis

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.