IHSG Mendekati Rekor, Prospek Reksa Dana Saham Ikut Cerah

Kinerja reksa dana saham perlahan mulai mengalami perbaikan dan dinilai prospeknya masih bagus seiring dengan kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) yang juga melesat.

Ika Fatma Ramadhansari & Dwi Nicken Tari

18 Okt 2021 - 19.38
A-
A+
IHSG Mendekati Rekor, Prospek Reksa Dana Saham Ikut Cerah

ilustrasi investasi reksa dana

Bisnis, JAKARTA — Terus melesatnya kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) hingga mendekati level tertingginya sepanjang sejarah menjadi kabar baik bagi prospek kinerja reksa dana saham, terutama yang mengacu pada indeks-indeks berisi saham big caps.

Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich menyampaikan kinerja IHSG akan berada dalam tren positif pada kuartal IV ini meneruskan kinerja positif dalam beberapa waktu belakangan ini.

Farash menyampaikan, sentimen global yang positif berasal dari lebih banyaknya penjelasan dari the Fed mengenai tapering off sehingga para investor lebih tenang untuk berinvestasi, khususnya untuk investor asing.

“Saya rasa dari faktor eksternal positif dari lebih banyaknya penjelasan dari the Fed terkait tapering, sehingga investor lebih tenang dan confidence untuk berinvestasi di risky assets seperti saham di Indonesia,” papar Farash kepada Bisnis, Senin (18/10).

Menurut Farash saat ini valuasi saham tidak mahal dan juga tengah terjadi pemulihan perekonomian dan bisnis secara bertahap. Selain itu, nilai tukar rupiah juga mendukung tren positif penguatan IHSG dengan pergerakan yang relatif stabil.

Seiring dengan ini, Farash memperkirakan kinerja reksa dana saham di tahun 2022 akan lebih linear dengan pertumbuhan laba emiten terutama saham dengan kapitalisasi besar atau big caps.

Pada akhir tahun ini, Farash mengungkapkan tren positif reksa dana masih berlanjut, khususnya untuk reksa dana indeks LQ45 atau indeks Jakarta Islamic Index (JII), meski kinerjanya saat ini terlihat masih lagging.

Selain reksa dana saham, Farash juga menyampaikan bahwa reksa dana pendapatan tetap menarik pula untuk dikoleksi oleh investor. Alasannya, saat ini inflasi masih rendah sehingga real yield masih tinggi.

Berdasarkan data infovesta, per Jumat (15/10), kinerja reksa dana saham sepanjang tahun 2021 tercatat telah berada di teritori positif yaitu tumbuh 2,65% year-to-date (YtD). Namun, kinerja ini masih kalah jauh ketimbang IHSG yang sudah tumbuh 10,94% YtD pada periode yang sama.

Adapun, kinerja indeks reksa dana campuran tercatat meningkat sebesar 5,04% YtD atau berada di posisi paling tinggi. Di posisi paling rendah terdapat kinerja reksa dana pendapatan tetap dengan pertumbuhan sebesar 1,82% YtD. Sementara itu, indeks reksa dana pasar uang tercatat berkinerja sebesar 2,68% YtD.

Adapun, IHSG telah menguat ke level tertinggi di sepanjang tahun ini ke atas 6.600. Hal itu seiring dengan kembalinya aliran modal asing (foreign capital inflow) di pasar reguler sebesar Rp7,19 triliun sebagai respons positif atas penurunan kasus Covid-19 di Tanah Air.

Statistik neraca dagang yang surplus seiring dengan kenaikan ekspor didukung oleh kenaikan harga komoditas juga menopang nilai tukar rupiah ke level Rp14.070 per dolar AS. Kondisi ini pun mendorong kenaikan kinerja indeks reksa dana saham, campuran, dan bahkan pendapatan tetap pada pekan lalu.

Perbandingan kinerja Indeks Reksa Dana Saham (IRDSH), Indeks Reksa Dana Campuran (IRDCP), Indeks Reksa Dana Pendapatan Tetap (IRDPT), dan Indeks Reksa Dana Pasar Uang (IRDPU) terhadap indeks acuan underlying asset-nya masing-masing. Sumber: Infovesta Utama.

Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana memperkirakan kinerja indeks reksa dana saham bisa naik menjadi sekitar 3% - 4% hingga akhir tahun.

“Untuk reksa dana saham ada potensi akan positif bila tren IHSG terus berlanjut, karena saat ini [saham] blue chip sudah bergerak dan sebagian besar [underlying asset] reksa dana saham ada di sini,” jelas Wawan.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto juga menyampaikan hal serupa. Dia pun mengungkapkan bahwa tren positif reksa dana saham juga akan membaik didorong oleh momentum window dressing.

Namun, investor harus tetap waspada dengan pengumuman tapering off oleh the Fed pada November mendatang yang berpotensi membuat fluktuasi harga.

“Namun, pengumuman tapering di November dan pelaksanaannya di November/Desember berpotensi membuat fluktuasi harga pada bulan November hingga pertengahan Desember tersebut. Apalagi September dan Oktober ini sudah naik cukup banyak,” ungkap Rudiyanto saat dihubungi secara terpisah.

Terkait dengan itu, Panin Asset Management menurutnya pada kuartal IV/2021 ini akan memperhatikan valuasi saham pada produk-produknya. Dia menjelaskan, apabila dinilai sudah cukup tinggi, maka akan dipertimbangkan untuk diganti.

“Untuk reksa dana saham masih sama [strateginya]. Namun, kami memperhatikan valuasi. Apabila sudah cukup tinggi, beberapa kami pertimbangkan untuk diganti dengan saham lain yang masih murah,” paparnya.

Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa untuk produk reksa dana campuran, bobot saham pada produknya akan lebih dimaksimalkan dibandingkan dengan obligasi untuk mendulang return.

Secara keseluruhan, Rudiyanto pun mengakui seluruh instrumen reksa dana saat ini menarik untuk dikoleksi investor sehingga investor bisa melakukan aset alokasi sesuai profil risiko, tujuan investasi, dan kondisi keuangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Emanuel Berkah Caesario

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.