IHSG Tertekan di Tengah Rilis Data Inflasi

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan di awal Desember 2021 Rabu (1/12) dengan pelemahan 0,40% atau 26,26 poin ke level 6.507,68. Sebanyak 174 saham hijau, 371 saham merah dan 122 saham stagnan.

Bisnis Indonesia Resources Center

1 Des 2021 - 18.12
A-
A+
IHSG Tertekan di Tengah Rilis Data Inflasi

Karyawan melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, beberapa waktu lalu. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis, JAKARTA—Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan di awal Desember 2021 Rabu (1/12) dengan pelemahan 0,40% atau 26,26 poin ke level 6.507,68. Sebanyak 174 saham hijau, 371 saham merah dan 122 saham stagnan.

Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak dalam kisaran 6.494,49 hingga 6.593,07. Sektor teknologi memberatkan laju indeks komposit dengan koreksi paling dalam mencapai 1,8%. Kemudian menyusul sektor properti dan kesehatan yang juga turun masing-masing sebesar 1,57% dan 1,14%.

Investor asing ramai melakukan aksi jual bersih di seluruh pasar dengan net sell Rp621,65 miliar. Saham PT Astra International Tbk. (ASII) menjadi yang paling banyak dilepas oleh asing sebesar Rp133,61 miliar, diikuti saham PT Bukalapak Tbk. (BUKA) yang dijual Rp112,8 miliar.

Kemudian 3 saham bank BUMN juga dilego oleh investor asing yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) sebesar Rp71,60 miliar, saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) senilai Rp64,77 miliar dan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dengan net foreign sell Rp63,82 miliar.

IHSG kekurangan tenaga di tengah rilis data inflasi November 2021 oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Tercatat pada November 2021 terjadi inflasi sebesar 0,37% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 107,05.

Inflasi yang terjadi disebabkan oleh kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu terbesar ditopang oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,84%.

Tercatat tingkat inflasi secara tahun kalender (Januari–November) 2021 sebesar 1,30% dan tingkat inflasi dari tahun ke tahun (November 2021 terhadap November 2020) sebesar 1,75%.

Sedangkan komponen inti pada November 2021 terpantau mengalami inflasi sebesar 0,17%. Secara tahun kalender (Januari–November) 2021, tingkat inflasi komponen inti sebesar 1,40% dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (November 2021 terhadap November 2020) sebesar 1,44%.

Indeks Bisnis-27

Tak ikuti jejak IHSG yang tertahan di zona merah, Indeks Bisnis-27 justru menutup perdagangan di teritori positif pada Rabu (1/12).

Kenaikan Indeks Bisnis-27 sejalan dengan rilis inflasi November 2021 yang tercatat sebesar 0,37%.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, indeks mengakhiri lajunya di level 507,24, naik 0,4% atau 2,03 poin. Tercatat sepanjang perdagangan Indeks Bisnis-27 bergerak di rentang 505 hingga tertinggi di level 513,79.

Dari 27 anggota konstituen, terpantau 13 saham menguat, 13 saham melemah dan sisanya 1 saham berada di posisi yang sama dengan perdagangan sebelumnya alias stagnan yaitu saham PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) di level 2.600.

Penguatan Indeks Bisnis-27 dimotori oleh saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) yang terkerek 5,62% atau 475 poin menuju level 8.925. Selain itu, saham PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) juga menguat 3,24% atau 55 poin ke posisi 1.755 dan saham PT United Tarctors Tbk. (UNTR) yang naik 3,16% atau 675 poin menjadi 22.025.

Di sisi lain, saham PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON) tersungkur paling dalam sebesar 2,85% ke level 478. Diikuti saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) yang melemah 2,47% dan juga saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) terkoreksi 2,47%.

Energi

Pada penutupan perdagangan Rabu (1/12), indeks sektor energi berada di zona hijau, naik ke level  1.047,86 atau menguat 0,13%.

Penguatan sektoral dipimpin oleh PT Mitra Energi Persada Tbk (KOPI) yang melesat 10,34% ke level Rp640, lalu saham PT Akr Corporindo Tbk. (AKRA) naik 5,54% ke level Rp4.190 dan saham PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT) tumbuh 5,21% ke level Rp202.

Sentimen dari harga minyak dunia yang kembali melesat, membuat sektor ini berhasil melanjutkan penguatannya. Berdasarkan data perdagangan pada pukul 15.15 WIB harga minyak jenis Brent melonjak 3,97% menjadi US$71,95/barel, sedangkan pada minyak jenis WTI melesat 3,54% menjadi US$68,52/barel.

Produsen utama minyak yakni OPEC bersiap untuk membahas bagaimana menanggapi ancaman pukulan permintaan bahan bakar akibat varian Omicron. Diketahui, bahwa Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mitranya (OPEC+) beserta sekutunya termasuk Rusia akan bertemu untuk membahas tentang penghentian rencana menambah pasokan 400.000 barel per hari pada Januari.

Rencana itu mengingat potensi pukulan terhadap permintaan dari pembatasan perjalanan untuk mengendalikan penyebaran varian Omicron.

Barang Konsumen Primer

Pada perdagangan Rabu (1/12), indeks sektor barang konsumen primer akhirnya ditutup melemah 0,34% di level 672,73.

Saham yang mendorong pelemahan ialah PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. (SSMS) anjlok 6,81% ke level Rp1.095, Kemudian diikuti saham PT Pradiksi Gunatama Tbk. (PGUN) ambles 6,29% ke level Rp298 dan saham PT Central Proteina Prima Tbk. (CPRO) merosot 6,25% ke level Rp105.

Sentimen dari melambungnya harga minyak goreng pada beberapa bulan terakhir membuat para pedagang minyak goreng pun mengeluhkan kenaikan harga yang cukup tinggi. Bahkan saat ini, harga minyak goreng di pasaran melampaui standar harga yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Diketahui Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng curah per liter adalah Rp11.000 , namun kenyataannya di pasaran bisa tembus Rp20.000 dan harga rata-rata minyak goreng curah mencapai Rp19.000.

Dari data statistik, minyak goreng terus mengalami kenaikan setiap hari dengan kenaikannya mulai Rp250-1500. Peningkatan harga tersebut membuat Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) mendesak pemerintah agar dapat meredam kenaikan minyak goreng yang terus terjadi di pasar.

Barang Konsumen Non-Primer

Pada penutupan perdagangan Rabu (1/12), indeks sektor barang konsumen non-primer melemah 0,77% ke level 826,79.

Pelemahan sektor ini dipimpin oleh saham PT Idea Indonesia Akademi Tbk. (IDEA) yang anjlok 9,52% ke level Rp114, diikuti saham PT Cahaya Bintang Medan Tbk. (CBMF) ambles 6,90% ke level Rp81 dan saham PT Globe Kita Terang Tbk. (GLOB) drop 6,85% ke level Rp272.

Badan Pusat Statistik melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada November 2021 mengalami inflasi sebesar 0,37% secara bulanan (mtm). Secara tahunan, tingkat inflasi pada periode tersebut tercatat mencapai 1,75% (yoy). Sementara, secara tahun kalender inflasi mencapai 1,30% (ytd).

Peningkatan inflasi didorong dari kenaikan harga minyak goreng, telur ayam ras, dan tarif angkutan udara, yang memberikan andil tertinggi terhadap inflasi, masing-masingnya sebesar 0,08%, 0,06%, dan 0,05%.

Kesehatan

Pada Rabu (1/12) indeks sektor kesehatan melemah 1,14% ke level 1.439,07.

Pelemahan sektor ini dipimpin oleh PT Phapros Tbk. (PEHA) anjlok 6,95% ke level Rp1.205, lalu diikuti PT Kimia Farma Pesero Tbk. (KAEF) drop 6,93% ke level Rp2.550 dan PT Indofarma Tbk. (INAF) merosot 6,61% ke level Rp2.070.

Pelemahan tersebut dipicu adanya sentimen negatif dari munculnya varian virus Covid19 terbaru bernama Omicron. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) varian tersebut mengandung 30 mutasi pada protein spike yang memungkinkan virus masuk ke dalam tubuh. Bahkan, varian tersebut dianggap lebih cepat penularannya ketimbang varian delta.

Varian baru virus Corona awalnya terdeteksi di Afrika Selatan dan kemudian menjalar ke negara sekitar. Kini sudah ditemukan kasus konfirmasi dari Omicron di negara dari benua lain, tak terkecuali di kawasan Asia.

Barang Baku

Indeks sektor barang baku pada penutupan perdagangan Rabu (1/12) berada di zona merah dengan pelemahan 0,05% ke level 1.201,02.

Pelemahan sektor ini didorong oleh saham PT Aneka Gas Industri Tbk. (AGII) yang anjlok 6,88% ke level Rp1.490, diikuti saham PT Berlina Tbk. (BRNA) drop 6,75% ke level Rp1.175, dan saham PT Satyamitra Kemas Lestari Tbk. (SMKL) merosot 6,69% ke level Rp446.

Menurut Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) utilisasi kapasitas produksi masih terjaga di angka 95% untuk industri plastik hulu dan 75% hingga 80% untuk plastik hilir. Namun, kenaikan harga bahan baku masih mengganjal kinerja industri plastik hilir.

Kenaikan harga bahan baku ini juga bersamaan dengan tantangan lain seperti pemberlakuan PPKM level 3 saat Natal dan Tahun Baru, utilisasi di industri plastik hilir diantisipasi untuk turun.

Selain itu, pelaku industri juga dihadapkan pada kendala mesin yang rusak tetapi belum dapat segera diperbaiki karena suku cadangnya harus diimpor. Sementara itu, aktivitas impor masih terdampak kendala logistik akibat kelangkaan kontainer.

Perindustrian

Pada penutupan perdagangan Rabu (1/12), sektor perindustrian menguat 0,57% ke posisi 1.034,58.

Beberapa saham yang terpantau mengalami pelemahan ialah saham PT Arita Prima Indonesia Tbk (APII) meroket 24,73% ke level Rp232. lalu PT Perdana Bangu Pusaka Tbk. (KONI) melesat 15,48% ke level Rp970 dan  PT Tanah laut Tbk. (INDX) melejit  12,75% ke level Rp115.

Menurut Institute for Development of Economics and Finance (Indef) tren purchasing managers' index (PMI) manufaktur Indonesia akan tetap berada di level ekspansif jika tak ada gelombang baru Covid-19.

Hal tersebut karena selama 3 bulan berturut-turut PMI Manufaktur berada di atas 50 yang masih menunjukkan kepercayaan investor terhadap penanganan pandemi Covid-19 di dalam negeri.

Sementara itu, menurut Survei IHS Markit, angka PMI manufaktur 53,9 pada November 2021 menunjukkan Indonesia telah pulih dari pukulan varian delta Covid-19.

Keuangan

Pada penutupan perdagangan Rabu (1/12) indeks sektor keuangan melemah 0,69% ke level 1.516,01.

Beberapa saham penopangnya antara lain PT bank Victoria International Tbk. (BVIC) anjlok 6,21% ke level Rp166, lalu PT MNC Kapital Indonesia Tbk. (BCAP) merosot 6,10% ke level Rp77 dan PT Bank BRI Syariah Tbk. (BRIS) menurun 5,12% ke level Rp1.855.

Awal Desember perekonomian Indonesia dibayangi oleh virus Covid-19 varian terbaru, Omicron. Pada penutupan Rabu (1/12) nilai tukar rupiah juga ambles 0,1% ke posisi Rp14.365,5 per dolar AS. Pelaku pasar tetap berhati-hati tentang dampak varian Omicron Covid-19 pada pemulihan ekonomi global. 

Di sisi lain, BPS melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada November 2021 mengalami inflasi sebesar 0,37% secara bulanan. Secara tahunan, tingkat inflasi pada periode tersebut tercatat mencapai 1,75% (yoy). Sementara, secara tahun kalender inflasi mencapai 1,30% (ytd).

Properti dan Real Estat

Indeks sektor properti dan real estat menyusut 1,57% ke level 803,49 pada Rabu (1/12).

Penyusutan ini diberati oleh saham PT Pollux Properties Indonesia Tbk. (POLL) tergerus 7,00% ke level Rp1.860, disusul PT Royalindo Investa Wijaya Tbk. (INDO) ambles 5,98% ke level Rp110 dan PT Triniti Dinamik Tbk. (TRUE) jatuh 4,72% ke level Rp101.

Saham POLL menjadi yang paling ambles setelah dilepas asing sebesar Rp677,67 juta.

Sementara, untuk saham INDO, ini adalah pelemahan dalam 9 hari berturut-turut.

Kendati melorot, masih terdapat sentimen positif untuk sektor properti, salah satunya adalah sejumlah insentif dari pemerintah seperti kelonggaran LTV 0% bagi uang muka pembelian rumah menjadi katalis positif bagi emiten di sektor ini.

Namun, pandemi Covid-19 tampaknya masih menahan pertumbuhan penjualan properti, khususnya residensial, Tanah Air. Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia yang terbit pada 12 November mengindikasikan harga properti residensial tumbuh terbatas pada kuartal III/2021.

Teknologi

Kinerja indeks sektor teknologi terpantau menjadi sektor yang paling jeblok di IHSG dengan penurunan 1,80% ke level 8.712,85.

Saham yang mengerek ke bawah antara lain PT Trimegah Karya Pratama Tbk. (UVCR) anjlok 8,00% ke level Rp368, diikuti PT Sentral Mitra Informatika Tbk. (LUCK) merosot 6,48% ke Rp404 dan PT M Cash Integrasi Tbk. (MCAS) melemah 6,45% ke level Rp12.325.

Kelangkaan chip (semikonduktor) global yang diprediksi masih akan terus berlanjut berpengaruh pada saham-saham yang memproduksi laptop atau produk elektronik lainnya. 

Rantai pasok elektronik kewalahan untuk mengikuti lonjakan permintaan yang sebenarnya dipicu naiknya permintaan chip untuk perangkat computer dan perangkat jaringan. Hal ini diprediksi akan terus berlanjut hingga 2023.

Penyebab utama terjadinya kelangkaan chip akibat pandemi Covid-19 yang melanda dunia, terutama China. Banyak perusahaan yang mendirikan pabrik di China karena cost nya yang rendah. Oleh karena itu, ketika pandemi melanda berbagai kegiatan produksi di pabrik terpaksa harus dihentikan.

Infrastruktur

Pergerakan indeks sektor infrastruktur terhenti di zona merah dengan pelemahan 0,5% ke level 982,32.

Saham-saham yang jatuh ialah saham PT Djasa Ubersakti Tbk. (PTDU) terperosok 6,91% ke level Rp175, disusul PT Terregra Asia Energy Tbk. (TGRA) ambles 5,06% ke level

Pemerintah memastikan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau tetap beroperasi seperti normal pasca putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait Undang-Undang (UU) Cipta Kerja.

Sebelumnya, investor sempat dibuat bingung dengan keputusan MK sebab hal tersebut dapat memengaruhi minat investor terutama dari luar negeri untuk menanamkan modalnya pada proyek-proyek strategis Indonesia.

Hal ini berkaitan erat dengan kinerja BUMN Konstruksi yang mendapatkan dana segar dari LPI. Sebelumnya, Jokowi telah menyuntikkan dana segar lewat penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp60 triliun untuk LPI. Suntikan dana ini tertuang di dua peraturan pemerintah (PP) yang ia terbitkan pada 29 Oktober 2021.

Transportasi dan Logistik

Pada penutupan transportasi dan teknologi ditutup minus 0,43%  ke level 1.485,94 pada Rabu (2/12).

Pelemahan dipimpin oleh PT Trimuda Nuansa Citra Tbk. (TNCA) anjlok 6,81% ke level Rp1.095, lalu PT Temas Tbk. (TMAS) menurun 6,77% ke level Rp895 dan PT Hasnur Internasional Shipping Tbk. (HAIS) drop 6,13% ke level Rp199.

Kendati kinerja saham-saham menurun, namun pada awal Desember ini sektor transportasi dan logistik mendapatkan katalis positif yakni pemerintah tidak akan membatasi mobilisasi transportasi barang pada libur Natal dan Tahun Baru 2022.

Selain itu, Kementerian Perdagangan berkomitmen terus meningkatkan efisiensi sistem logistik yang telah diatur oleh pemerintah sesuai UU No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, antara lain dalam rangka mendukung melesatnya kinerja e commerce nasional.

Melesatnya e-commerce tidak lepas dari peran sektor logistik. Tercatat nilai e-commerce Indonesia meningkat cepat, dengan perkiraan pertumbuhan tahunan 2021 mencapai Rp337 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Aprilian Hermawan

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.