Indihome Vs. Icon+, Adu Unggul Layanan Internet Milik BUMN

Keberadaan Icon+ milik PLN dapat mengganggu dominasi pasar Indihome milik Telkom, kecuali jika keduanya berkolaborasi.

13 Mei 2021 - 01.14
A-
A+
Indihome Vs. Icon+, Adu Unggul Layanan Internet Milik BUMN

Pemilihan router yang tepat menjadi penting dalam mendukung teknologi, spesifikasi dan fitur yang mendukung layanan internet./istimewa

Bisnis, JAKARTA — Dalam bisnis layanan internet rumahan atau fiber to the home (FTTH), Indihome dan Icon+ memainkan peran unik. Sama-sama besutan badan usaha milik negara, bisnis keduanya diwarnai kolaborasi sekaligus kompetisi sengit.

Indihome adalah layanan internet tetap (fixed broadband) milik PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), sedangkan Icon+ merupakan garapan PT PLN (Persero). Keduanya sama-sama menjalankan bisnis dengan segmen pasar ritel.

Namun, dalam hal penguasaan pasar, Indihome selangkah di depan ketimbang Icon+. Sepanjang 2020 saja, Indihome menguasai 85% pangsa pasar internet tetap atau fixed broadband, dengan cakupan layanan meliputi 96,5% kabupaten/kota, 72,1% kecamatan, 41% kelurahan/desa, serta 9 pulau terluar.

Dari sisi jumlah pelanggan, Indihome memiliki pelanggan sebanyak 8 juta pelanggan pada 2020, bertambah 1 juta pelanggan dibandingkan dengan 2019. Indihome menargetkan pada tahun ini jumlah pelanggannya bertambah 1,6 juta pelanggan.

Akan tetapi, Direktur Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Informasi (LPPMI) Kamilov Sagala menilai keberadaan Icon+ dapat mengganggu dominasi Indihome, kecuali jika keduanya berkolaborasi.

Kamilov  mengatakan secara teknis cakupan layanan Icon+ lebih luas dibandingkan dengan cakupan layanan Indihome,.

Sebagai anak usaha PLN, Icon+ dapat menjangkau kawasan-kawasan yang sulit dimasuki oleh pemain layanan internet tetap lainnya termasuk layanan internet milik Telkom.

“Hanya saja Icon+ pemain baru, sehingga dari sisi kemampuan kapasitas masih perlu belajar,” kata Kamilov, Jumat (30/4/2021).

Dari sisi teknologi, mantan anggota Badan Regulasi Telekomunikasi dan Informasi (BRTI) periode 2009—2012 itu mengatakan  kabel PLN yang digunakan untuk menyuntikan internet kualitasnya tidak terlalu mumpuni.

Dia mengusulkan agar kualitas layanan yang diberikan prima, Icon+ berinvestasi kembali di serat optik.

Dengan memiliki kualitas layanan optimal ditambah dengan kecepatan menjangkau akses pasar memanfaatkan infrastruktur PLN, maka terbuka peluang Icon+ lebih unggul dari Indihome, bahkan mencaplok pelanggan milik Indihome.  

“Kalau Indihome lemot, bisa diambil oleh Icon+ [pelanggannya], dengan catatan Icon+ mau meningkatkan kualitas,” kata  Kamilov.

BEREBUT PELANGGAN

Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi berpendapat seharusnya kedua perusahaan milik BUMN tersebut tidak saling berebut pelanggan.

Masing-masing harus tetap fokus pada bisnis inti. “Terutama PLN dan anak usahanya fokus pada energi listrik dan infrastrukturnya,” kata Heru.

Seandainya terjadi perebutan pelanggan antara Icon+ dengan Indihome, menurut Heru, Menteri BUMN harus turun tangan.

“Tujuannya agar tidak ada saling berkelahi dan saling ‘membunuh’ antar-BUMN dan anak usaha nya,” kata Heru,

Lain sisi, Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) M. Tesar Sandikapura menyarankan agar tidak terjadi perebutan pasar, keduanya lebih baik saling berkolaborasi menghadirkan layanan internet tetap ke rumah-rumah.

Indihome berfokus pada penyediaan layanan, konten dan menjaga kualitas jaringan internet tetap ke rumah-rumah, sementara Icon+ sebagai penyedia infrastruktur seperti tiang, instalasi ke rumah-rumah pelanggan dan lain sebagainya.

“Dengan sinergi Indihome tidak perlu memikirkan pergelaran jaringan lagi karena itu sudah menjadi bagian Icon+. Kalau itu terjadi maka harga internet bisa jadi lebih murah karena dua perusahaan saling sinergi,” kata Tesar.

Tesar berpendapat jika saling bersaing, maka kedua perusahaan tidak akan ada yang menang, terlebih di tengah kondisi pasar yang makin panas. Jumlah penyedia layanan internet terus bertambah, sedangkan pasarnya terbatas.

MANFAATKAN ASET

Sementara itu, PT Indonesia Comnets Plus (Icon+) mengupayakan merangkul lebih banyak pelanggan baru dengan  memanfaatkan aset strategis milik PLN.

Sejalan dengan keinginan tersebut, anak usaha PLN tersebut akan terus meningkatkan kualitas layanan yang diberikan kepada pelanggan yang ada saat ini. 

Sekretaris Perusahaan Icon+ Tetty Indrawati mengatakan bicara tentang target Icon+ adalah tentang tantangan yang ingin dicapai dengan melihat kesempatan serta potensi yang dimiliki  Icon+ saat ini. 

Icon+ sebagai anak usaha PLN, kata Tetty, akan  memanfaatkan aset strategis -seperti tiang- dan sinergi bisnis PLN group untuk mencapai target yang telah ditetapkan.

Sekadar informasi dalam rapat kerja 2021, Icon+ ingin melayani 20 juta pelanggan pada 2024. Artinya, dalam setiap tahunnya hingga 2024, Icon+ harus dapat merangkul 5 juta pelanggan baru.

“Saat ini yang menjadi prioritas strategi utama kami adalah memastikan peningkatan kualitas layanan pelanggan,” kata Tetty kepada Bisnis, Jumat (30/4/2021).

Tetty menambahkan Icon+ juga ingin memastikan pelanggan mendapatkan layanan yang andal dari mulai kemudahan dalam mendapatkan informasi cakupan, kemudahan dalam proses pendaftaran dan pembayaran, 

“Penyambungan layanan sampai dengan layanan penanganan gangguan, sehingga nilai keandalan yang kami janjikan kepada pelanggan kami dapat benar-benar dirasakan,” kata Tetty.

Tetty menambahkan layanan fixed broadband ritel di Indonesia masih sangat rendah, sehingga peluang untuk meraup pelanggan ritel terbuka luas.

Sesuai dari data Kemenkominfo penetrasi fixed broadband di Indonesia masih 14% dari total populasi rumah tangga, kemudian terjadinya pandemic Covid-19  pada 2020 juga telah melahirkan pasar kebutuhan layanan internet rumah yang makin meningkat pesat.

“Hal ini membawa optimisme sendiri untuk kami untuk melaksanakan cita-cita tersebut dengan memberikan layanan internet cepat yang andal, terjangkau dan tidak terbatas kepada pelanggan,” kata Tetty.

Dilansir dari situs jejaringnya, Icon+ memiliki produk untuk pelanggan korporasi dan pelanggan ritel. Untuk pelanggan korporasi Icon+ menawarkan produk ICONApps sebagai solusi aplikasi,  ICONBase sebagai solusi keamanan data, dan ICONWeb sebagai solusi koneksi internet.

Kemudian untuk pasar ritel, Icon+ memiliki StroomNet, layanan internet rumah dengan harga mulai dari Rp185.000/ bulan untuk 10Mbps hingga Rp427.000/bulan untuk 100Mbps. Selama April, Icon+ juga memberikan biaya gratis instalasi hingga Rp250.000.

Adapun, untuk Stroomnet+Tv dibanderol dengan harga mulai dari Rp353.000/ per bulan untuk 10 Mbps hingga Rp789.000/ bulan untuk 200Mbps.

Dari sisi cakupan, Stroomnet telah menjangkau kota-kota besar seperti di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimatan hingga Indonesia Timur. 

Berdasarkan laporan keungan yang dipublikasi di laman resmi, Icon+ berhasil mencatat pendapatan senilai Rp2,53 triliun, naik 16,8% secara tahunan.  

Icon+ juga berhasil menyambungkan jaringan intenet kepada 21 pelanggan baru per hari sepanjang 2019. 

Layanan triple play/Ilustrasi-tvnerd.com

KENAIKAN PENDAPATAN

Lain sisi, Indihome mencatatkan pendapatan senilai Rp22,2 triliun pada 2020. Naik 21,2% dibandingkan dengan pendapatan yang dibukukan pada 2019.  

Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah mengatakan pandemi Covid-19 mendorong kebutuhan masyarakat yang lebih besar akan akses internet di rumah.

Telkom mengambil peluang tersebut, dengan mengupayakan memenuhi permintaan masyarakat yang meningkat sepanjang 2020 terhadap layanan internet rumah.

Telkom mendorong penetrasi Indihome lebih tajam ke rumah-rumah sehingga terjadi penambahan pelanggan Indihome lebih dari 1,01 juta.  Alhasil, secara total sepanjang 2020 Indihome memiliki pelanggan sebanyak 8,02 juta atau tumbuh 14,5%.

“Kondisi ini berdampak positif bagi perusahaan di mana Indihome mencatat kenaikan pendapatan signifikan sebesar 21,2% menjadi Rp22,2 triliun dibanding tahun lalu,” kata Ririek dalam siaran pers yang diterima Bisnis, Jumat (30/4/2021).  

Pencapaian yang dibukukan Indihome pada tahun lalu, membuat Indihome tercatat sebagai penguasa pangsa pasar layanan internet tetap di Indonesia.

Secara umum, kata Ririek, di tengah kondisi industri pandemi Covid-19 yang masih melanda Indonesia, perseroan juga berhasil membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp136,46 trilliun tumbuh positif sebesar 0,7% dibanding tahun 2019.

 “Kami berkomitmen untuk terus hadir memberikan kemudahan kepada masyarakat,” kata Ririek. (Leo Dwi Jatmiko)

 

 

Pencapaian 2020 dan produk IndiHome:

- Pendapatan: Rp 22,2 triliun

- RPU: Rp262.000

- Jumlah Pelanggan: 8,02 juta  (tumbuh 14,5% yoy)

* 89% pelanggan merupakan segmen residensial

* 58% pelanggan dual play, 42% pelanggan triple play

 

Produk IndiHome:

* Dual Play (Internet+ TV Interaktif)/ Promo

- Up to 20 Mbps: Rp240.000

- Up to 40 Mbps: Rp380.000

- Up to 100Mbps: Rp790.00

 

* Triple Play (Internet+TV interaktif+ telepon)

- Up to 20Mbps: Rp375.000

- Up to 50Mbps: Rp590.000

- Up to 100Mbps: Rp945.000

 

Pencapaian Icon+ 2019:

- Pendapatan: Rp2,53 triliun (tumbuh 16,81% yoy)

- Total aset: Rp3,67 triliun

- Kinerja Penyambungan Jaringan Pelanggan Baru: 21 per hari (tumbuh 25,45% yoy)

 

Produk Stroomnet Icon+:

- Stroomnet5: up to 5 Mbps: Rp101.000

- Stroomnet20: up to 20Mbps: Rp185.000

- Stroomnet100: up to 100Mbps: Rp627.000

 

Stroomnet+TV:

- StroomnetTV5: up to 5 Mbps: Rp285.000

- StroomnetTV20: up to 20Mbps: Rp368.000

- StroomnetTV100: up to 100Mbps: Rp811.000

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.