Indonesia Siaga, Pantau Infeksi Varian Covid-19 AY.4.2 Inggris

Pemerintah terus memantau perkembangan penyebaran ragam varian Covid-19 di berbagai negara dan berupaya meminimalisir potensi masuk ke Indonesia.

Tim Redaksi

25 Okt 2021 - 18.50
A-
A+
Indonesia Siaga, Pantau Infeksi Varian Covid-19 AY.4.2 Inggris

Ilustrasi/Antara

Bisnis, JAKARTA -- Kasus Covid-19 di Inggris menjadi perhatian Pemerintah Indonesia. Penyebabnya, di Negeri Ratu Elzabeth itu terdapat satu varian Covid-19 yang berpotensi mengkhawatirkan. Pemerintah tidak ingin kebobolan hingga varian tersebut merembes ke Indonesia.

Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin menyampaikan pemerintah terus memantau perkembangan penyebaran ragam varian Covid-19 di berbagai negara dan berupaya meminimalisir potensi masuk ke Indonesia.

Menkes mengatakan saat ini pemerintah tengah mengamati perkembangan situasi Covid-19 di sejumlah negara. Salah satunya di Inggris, di sana terdapat varian yang dinilai mengkhawatirkan.

"Kami sudah lihat di Inggris ada satu varian yang berpotensi mengkhawatirkan, yaitu AY.4.2," katanya dalam konferensi pers melalui saluran Youtube Sekretariat Presiden, Senin (25/10/2021).

Budi melanjutkan, varian AY.4.2 yang disebutkan mengkhawatirkan tersebut belum masuk Indonesia. "Sampai sekarang terus kami monitor perkembangannya seperti apa," kata Budi.

Menkes Budi Gunadi Sadikin/Humas Setkab - Rahmat

Budi menjelaskan varian turunan delta ini berdampak signifikan terhadap situasi di Inggris. Akibatnya, kasus positif Covid-19 di sana meningkat dalam kurun Juli - Oktober akibat varian AY.4.2.

Berdasarkan data Worldometers, terdapat 374.274 kasus baru Covid-19 di dunia. Adapun pada Minggu 24 Oktober 2021, Inggris melaporkan peningkatan kasus baru tertinggi, yakni 44.985 kasus.

"Varian ini merupakan turunan dari varian delta, yang lumayan meningkatkan kasus konfirmasi yang ada di Inggris cukup lama, sejak Juli hingga Oktober tahun ini dan terus meningkat," kata Budi.

15 Persen Lebih Menular

Varian turunan dari varian delta ini juga ditemukan di Israel. Kasus pertama AY4.2 di Israel ditemukan minggu lalu pada seorang anak yang memasuki Israel dari Moldova. Pada Sabtu, Kementerian Kesehatan Israel mengatakan penyelidikan awal menemukan bahwa subvarian baru itu 15 persen lebih menular daripada delta.

Namun, subvarian ini tampaknya tidak lebih mematikan dari varain delta dan tidak menghindari vaksin, demikian dilansir Times of Israel, Senin (25/10/2021).  Varian delta sendiri diketahui beberapa kali lebih menular daripada virus Corona asli.  

Kementerian Kesehatan Israel mengatakan sejauh ini mereka hanya menemukan 6 kasus yang diimpor dari luar negeri dan belum terdeteksi menyebar secara lokal. Dengan demikian tidak ada tindakan pencegahan baru yang diperlukan pada saat itu.  

Subvarian yang pertama kali diidentifikasi di Inggris tersebut saat ini tidak dianggap sebagai varian of interest minat atau variant of concern. Subvarian ini juga belum secara resmi dinamai menggunakan huruf alfabet Yunani, seperti varian mengkhawatirkan lainnya.  

Meskipun begitu, para ilmuwan sedang memantau kemungkinan subvarian delta ini menyebar lebih mudah atau lebih mematikan daripada versi virus corona sebelumnya.  

Dalam sebuah laporan, pejabat Inggris mengatakan subvarian ini merupakan 6 persen dari semua kasus Covid-19 yang dianalisis di negara itu.  

“Varian ini memiliki dua mutasi pada protein lonjakan, yang membantu virus Corona menyerang sel-sel tubuh. Perubahan ini juga terlihat pada versi lain dari virus sejak pandemi dimulai, tetapi belum terlalu jauh,” kata Francois Balloux, direktur Institut Genetika di University College London.  

Virus varian delta menyebar di udara/Ilustrasi
Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Covid-19, pada sesi publik minggu ini mengatakan varian delta tetap “sejauh ini paling dominan dalam hal sirkulasi global”.  

“Delta dominan, tapi delta berkembang,” katanya.

DIa menambahkan semakin banyak virus beredar, semakin besar peluangnya untuk bermutasi.  

WHO saat ini melacak 20 variasi varian delta. AY.4.2 adalah “yang harus diperhatikan karena kita harus terus mengawasi bagaimana virus ini berubah,” kata Van Kerkhove.  

Di AS, varian delta menyumbang hampir semua kasus Covid-19. Varian ‘delta plus’ yang lebih baru telah terlihat ‘kadang-kadang,’ tetapi itu belum menjadi perhatian, kata pejabat kesehatan. (Akbar Evandio, Ni Luh Anggela, Mia Chitra Dinisari, Edi Suwiknyo)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Saeno
Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.