Inflasi Jepang Menguat, Akankah Era Suku Bunga Negatif Berakhir?

Inflasi Jepang pada November menyentuh level tertinggi sejak empat dekade terakhir, memicu spekulasi perubahan kebijakan dari Bank of Japan (BOJ) yang sejak satu dekade terakhir menerapkan suku bunga longgar.

Nindya Aldila

23 Des 2022 - 15.03
A-
A+
Inflasi Jepang Menguat, Akankah Era Suku Bunga Negatif Berakhir?

Bank of Japan/REUTERS

Bisnis, JAKARTA - Inflasi Jepang pada November menyentuh level tertinggi sejak empat dekade terakhir, memicu spekulasi perubahan kebijakan dari Bank of Japan (BOJ) yang sejak satu dekade terakhir menerapkan suku bunga longgar.

Kementerian Dalam Negeri Jepang melaporkan indeks harga konsumen (IHK) yang tidak termasuk makanan segar, naik 3,7 persen pada bulan November year-on-year (yoy), sejalan dengan perkiraan para ekonom, seperti dilaporkan Bisnis.com yang melansir Bloomberg pada Jumat (23/12/2022).

Kenaikan harga makanan olahan menjadi pendorong terbesar di balik akselerasi tersebut. Inflasi juga bisa mencapai 4 persen jika bukan karena program subsidi perjalanan pemerintah yang memangkas sekitar 0,3 poin persentase dari kenaikan harga secara keseluruhan.

Sementara itu, inflasi inti yang tidak termasuk makanan segar dan energi, telah melampaui target 2 persen BOJ selama 8 bulan berturut-turut dan sekarang di level 2,8 persen.

Hal itu bisa memicu kejutan dari BOJ dengan spekulasi bahwa bank sentral akan beralih ke arah perubahan poros kebijakan.

Kendati demikian, Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda menegaskan kembali pada konferensi pers hari Selasa bahwa dia melihat inflasi melambat tahun depan, dan lebih banyak pertumbuhan upah diperlukan untuk mencapai kenaikan harga yang berkelanjutan.

Pada hari itu, Kuroda mengguncang pasar di seluruh dunia pada Selasa dengan pengumuman bahwa bank sentral akan memperluas target imbal hasil obligasi 10-tahun menjadi sekitar 0,5 persen, dua kali lipat dari batas sebelumnya 0,25 persen.

Menurut Kuroda, ini bukan langkah pengetatan. Namun demikian, hal itu menimbulkan spekulasi berakhirnya kebijakan moneter yang longgar secara besar-besaran.

Kantor Kabinet Jepang memperkirakan inflasi keseluruhan, termasuk makanan segar mencapai 1,7 persen pada tahun fiskal 2023, tidak berubah dari estimasi sebelumnya.

Seorang pejabat kantor kabinet mengatakan ekspektasi tekanan inflasi akan memuncak, dan langkah-langkah pemerintah untuk memangkas biaya energi tahun depan akan menahan laju kenaikan harga di bawah perkiraan.


Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda (Dok. istimewa)


Goldman Sachs mengatakan bahwa bank sentral Jepang diperkirakan keluar dari kebijakan suku bunga negatif. Takatoshi Ito, seorang pesaing untuk menggantikan Kuroda juga mengatakan langkah pekan ini bisa menjadi langkah pertama menuju jalan keluar dari kebijakan tersebut.

Ekonom Bloomberg Intelligence Yuki Masujima mengatakan inflasi inti akan mencapai 4 persen pada bulan Desember dan kemudian melambat menjadi 2,7 persen pada kuartal I/2023.

"[Penurunan tersebut] terseret oleh subsidi baru untuk menurunkan biaya listrik dan gas yang dimulai pada bulan Januari, selain karena dan efek dasar," ungkap Masujima seperti dikutip Bloomberg.

Adapun paket stimulus ekonomi dari Fumio Kishida diperkirakan akan mulai melunakkan efek inflasi pada Januari tahun depan. Langkah-langkah bantuan pengeluaran fiskal senilai 39 triliun yen (US$295 miliar) diperkirakan akan menekan harga energi dan mengurangi tekanan terhadap konsumen dan bisnis.

BOJ masih memperkirakan inflasi melambat di bawah 2 persen pada tahun fiskal 2023, sejalan dengan pandangan pemerintah dalam outlook ekonomi terbarunya. BOJ akan memberikan outlook inflasi dan pertumbuhan ekonomi terbaru dalam pertemuan kebijakan berikutnya pada 17 - 18 Januari 2023.

(Asahi Asry Larasati)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Nindya Aldila

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.