Bisnis, JAKARTA – Inflasi harga produsen terus mendaki, mengonfirmasi dampak kenaikan harga komoditas dan gangguan rantai pasok pada industri manufaktur domestik. Rambatan ke kenaikan harga konsumen menjadi ancaman laten.
Data BPS menyebutkan inflasi di level produsen terus menanjak hingga mencapai 8,8 persen secara tahunan pada kuartal IV/2021. Angka ini sudah jauh dari kenaikan pertama kalinya pada awal 2021 sebesar 3,05 persen (year on year). Inflasi produsen menunjukkan tingkat kenaikan harga pada subsektor produsen pertanian, pertambangan dan penggalian, serta industri pengolahan.
Inflasi pertambangan naik paling tinggi, yakni 77,2 persen (yoy), diikuti perkebunan hampir 22 persen (yoy). Lonjakan harga batu bara mengikuti kenaikan permintaan dunia mengerek naik inflasi produsen pertambangan. Saat harga batu bara naik, harga energi substitusinya pun ikut terangkat, seperti bahan bakar minyak dan gas.
Pada saat yang sama, lompatan harga CPO dan turunannya sehubungan dengan penguatan permintaan global saat pasokan turun karena gangguan cuaca, mendorong inflasi produsen perkebunan.