Ingin Jinakkan Inflasi yang Makin Liar, Turki Potong PPN Pangan

Kombinasi inflasi dan depresiasi mata uang telah mengguncang ekonomi Turki, menjungkirbalikkan pengeluaran rumah tangga dan perusahaan, serta memperdalam kemiskinan menjelang pemilihan presiden pada pertengahan 2023.

Sri Mas Sari

13 Feb 2022 - 17.19
A-
A+
Ingin Jinakkan Inflasi yang Makin Liar, Turki Potong PPN Pangan

Presiden Joko Widodo (kiri) mengajak Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membuat video blog atau ngevlog./Humas Setkab

Bisnis, ANKARA – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memangkas drastis pajak pertambahan nilai produk susu, buah, sayuran, dan baham makanan pokok lain dari 8 persen menjadi 1 persen karena inflasi melonjak ke level tertinggi dalam hampir 20 tahun. 

Peningkatan biaya hidup menjadi sumber utama ketidakpuasan publik di Turki, di mana isu itu diperkirakan akan menonjol dalam pemilihan presiden tahun depan.

Inflasi mencapai 48,69 persen pada Januari, level tertinggi sejak partai Islam Erdogan yang mengakar merebut kekuasaan dua dekade lalu.

Dilansir the Guardian, Sabtu (12/2/2022), Erdogan mengatakan penurunan PPN akan berlaku untuk sejumlah produk, termasuk minyak goreng dan buah kering.

“Semua pengurangan ini akan membantu dalam perjuangan kita melawan inflasi,” ujarnya.

Bulan lalu, Erdogan mengganti kepala badan statistik negara (Tuik) untuk keempat kalinya sejak 2019. Media Turki melaporkan bahwa dia tidak senang dengan angka inflasi yang dipublikasikan.

Di sisi lain, oposisi dan beberapa ekonom percaya bahwa angka resmi lebih rendah dari kenyataan.

Para analis mengatakan inflasi tahunan Turki didorong oleh dorongan Presiden Erdogan menurunkan suku bunga yang tidak lazim dan mengakibatkan kejatuhan mata uang. Lira melemah 44 persen tahun lalu karena bank sentral memangkas suku bunga 500 basis poin sejak September menjadi 14 persen, di bawah dorongan Erdogan untuk memprioritaskan kredit dan ekspor.

Dalam merespons gejolak mata uang, pemerintah menaikkan harga yang diatur tahun ini, termasuk gas, listrik, jalan tol dan tarif bus, sementra upah minimum bulanan dinaikkan 50 persen.

Kombinasi inflasi dan depresiasi mata uang telah mengguncang ekonomi pasar berkembang itu, menjungkirbalikkan pengeluaran rumah tangga dan perusahaan, serta memperdalam kemiskinan menjelang pemilihan presiden pada pertengahan 2023.

Diwartakan the News, lembaga pemeringkat Fitch menurunkan peringkat utang negara Turki menjadi ‘B+’ dari ‘BB-‘ dengan outlook negatif. Fitch mengatakan kebijakan pemerintah negara itu telah meningkatkan risiko akibat inflasi yang tinggi dan likuiditas mata uang asing yang lemah.

"Episode tekanan keuangan yang didorong oleh kebijakan dengan frekuensi dan intensitas yang lebih tinggi telah meningkatkan kerentanan Turki dalam hal inflasi yang tinggi, likuiditas eksternal yang rendah, dan kredibilitas kebijakan yang lemah,” kata Fitch.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Sri Mas Sari

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.