Ini 6 Tren Penting Penentu Pasar Perumahan 2022

Terdapat sedikitnya enam tren penting penentu perkembangan bisnis properti terutama perumahan untuk tahun depan di antaranya insentif pemerintah dan efektivitas vaksinasi Covid-19.

M. Syahran W. Lubis

16 Des 2021 - 21.56
A-
A+
Ini 6 Tren Penting Penentu Pasar Perumahan 2022

Ilustrasi perumahan di Tangerang, Banten, yang masih dalam proses pembangunan./Istimewa

Bisnis, JAKARTA – Terdapat sedikitnya enam tren penting penentu pasar properti khususnya perumahan tahun depan antara lain stimulus pemerintah, menurut Rumah.com, bagian dari PropertyGuru yang berbasis di Singapura dan beroperasi di sejumlah negara Asia.

Pertama, stimulus pemerintah berdampak positif pada sektor properti sepanjang 2021 dan menjadi penentu perkembangan bisnis tersebut sepanjang 2022.

Insentif yang digelontorkan pemerintah sejak Maret 2021 terbukti memberi pengaruh signifikan terhadap perputaran ekonomi di sektor properti. Sepanjang 3 bulan pertama, stimulus ini meningkatkan penjualan properti pada kisaran 10% hingga 20% baik untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), menengah, maupun tinggi.

Melihat efek positif yang dihasilkan, kedua insentif ini pun diperpanjang hingga Desember 2021. Para pelaku sektor properti pun mendorong Pemerintah untuk memperpanjang kebijakan ini hingga Desember 2022. Kebijakan ini diyakini dapat menjaga kondisi pasar properti 2022 tetap stabil.

Jika ditilik dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022, dari Rp72,9 triliun yang dianggarkan untuk subsidi nonenergi, sebesar 17% akan dipakai untuk subsidi pajak. Kementerian Keuangan hanya menyebut dana ini akan digunakan untuk menanggung pemotongan Pajak Penghasilan (PPh). Kendati demikian, tidak tertutup kemungkinan digunakan juga untuk pemotongan PPN properti dan mengumumkan hal tersebut pada masa akhir subsidi pada Desember 2021.

Di luar stimulus pemerintah pusat, kemudahan finansial juga diberikan oleh pemerintah daerah berupa keringanan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Setiap daerah menetapkan ketentuan yang berbeda-beda.

Tren kedua adalah pembangunan infrastruktur transportasi yang merupakan daya tarik bagi konsumen.

Proyek infrastruktur transportasi ikut menggenjot sektor properti dari sisi harga, khususnya jalan tol baru yang menghubungkan kawasan hunian dengan jalur tol lingkar luar Jakarta.

Sepanjang 2021 Tangerang Raya menjadi kawasan yang paling diuntungkan oleh faktor ini. Pemerintah meresmikan tiga ruas jalan tol yang saling terhubung di wilayah tersebut, yaitu Cengkareng-Kunciran, Kunciran-Serpong, dan Serpong-Pamulang.

Pada kuartal ketiga 2021, Kota Tangerang, Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tangerang secara berturut-turut mencatat kenaikan harga tahunan sebesar 17,04%, 9,21%, dan 13,55%.

Dalam APBN 2022 anggaran untuk proyek infrastruktur mencapai 14% dari total APBN 2022. Porsinya sedikit lebih tinggi daripada kesehatan. Sementara itu, total nilai APBN 2022 ini sebesar Rp384,8 triliun, turun dari tahun sebelumnya yang Rp417,8 triliun.


Tren ketiga adalah suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) yang diharapkan terus turun.

Berdasarkan data hingga Agustus 2021, rata-rata suku bunga KPR dan kredit pemilikan apartemen (KPA) sejak Januari 2020 adalah 8,38%, sementara rata-rata suku bunga Bank Indonesia 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) 3,92%.

Pergerakan suku bunga KPR dan KPA juga belum sedinamis BI7DRR. Saat BI7DRR sudah mengalami penurunan 20% pada Februari 2021 dibandingkan dengan awal 2020, bunga KPR dan KPA hanya turun 1,09% pada periode yang sama.

Tingginya tingkat suku bunga berpengaruh pada besarnya cicilan per bulan. Sementara itu 88% responden survei Rumah.com menyebutkan besarnya cicilan per bulan yang harus dibayarkan menjadi pertimbangan utama dalam rencana pembelian properti, sehingga mereka juga menyerukan kepada pemerintah untuk menurunkan bunga kredit perumahan.


Tren keempat adalah pencarian properti kelas menengah atas meningkat. Tren pencarian properti di Rumah.com di sepanjang 2021 menunjukkan antusiasme yang meningkat.

Secara tahunan (year-on-year/yoy), pencarian properti dari Januari hingga Oktober 2021 meningkat 37% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Pencarian properti di Banten pada kuartal III/2021 naik 6% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq). Secara tahunan pencarian properti di Banten naik 16%. Kota yang paling banyak dicari di Banten adalah Tangerang Selatan, yang pencariannya naik 21,84% qtq dan 36,35% yoy.

Selain Tangerang Selatan, minat pencari properti di Banten juga banyak datang dari Kabupaten Tangerang, dengan peningkatan sebesar 6,72% qtq dan 9% yoy.

Sementara itu, pencarian properti di Jawa Barat pada kuartal III/2021 turun 7% qtq dan 9% yoy.

Di DKI Jakarta, pencarian properti di Jakarta Utara masih positif, dengan kenaikan pencarian 4,54% yoy. Pencarian properti di Jakarta Pusat juga meningkat pada kuartal III/2021 yakni 2,79% qtq.

Kenaikan pencarian properti di Jakarta Pusat dan Jakarta Utara, yang merupakan salah satu kawasan dengan harga properti tertinggi, menunjukkan kembalinya minat pencari properti di pusat kota.

Bangkitnya minat konsumen terhadap properti kelas menengah atas juga ditunjukkan lewat harga properti yang dicari. Jika digabungkan, besarnya jumlah pencari hunian di kisaran harga di atas Rp1 miliar mencapai 52% dari total pencari rumah di Rumah.com.

Tren penting kelima untuk pasar properti terutama perumahan tahun depan adalah vaksinasi virus corona yang diprediksi membantu meningkatkan optimisme konsumen.

Menurut Rumah.com, Secara umum, dampak pandemi mulai berkurang. Meski demikian, dari 1.078 responden yang disurvei secara online, satu dari tiga responden masih menunda rencana beli properti dan enggan survei langsung ke lokasi.

Vaksinasi membuat masyarakat merasa lebih aman saat melakukan kontak erat dengan orang lain. Selain itu, terus-menerus berada di rumah membuat satu dari dua responden ingin memperbaiki atau merenovasi rumahnya.

Sebanyak dua dari tiga responden berencana membeli properti baru dalam jangka waktu setahun ke depan. Umumnya mereka menargetkan rumah tapak. Perkembangan lain, satu dari dua di antaranya ingin berinvestasi lewat properti yang mereka beli.

Tren keenam atau terakhir adalah fitur ramah lingkungan dan ramah kantong menjadi pertimbangan.

Kesadaran masyarakat untuk memiliki rumah yang ramah lingkungan cukup tinggi. Sembilan dari 10 responden mengakui pentingnya fitur ramah lingkungan pada rumah, terutama fitur yang dapat membantu menghemat pengeluaran seperti tagihan listrik dan kendaraan pribadi. Meski demikian, hanya satu dari tiga responden bersedia membayar lebih untuk memiliki rumah dengan fitur ramah lingkungan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Syahran Lubis

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.