Internet di Indonesia: Ada Perbaikan, tetapi Belum Optimal

Jaringan 4G di Indonesia, secara desain kecepatan unduh, seharusnya mencapai 150 Mbps dan  kecepatan unggah sebesar 50 Mbps.

Leo Dwi Jatmiko

13 Des 2021 - 14.28
A-
A+
Internet di Indonesia: Ada Perbaikan, tetapi Belum Optimal

Warga saat melakukan rapat daring menggunakan layanan Telkomsel di Kota Sorong, Papua Barat, Minggu (29/3/2020)./ANTARA FOTO-Olha Mulalinda

Bisnis, JAKARTA — Rerata kecepatan unggah dan unduh internet 4G operator telekomunikasi di Indonesia dinilai masih jauh dari harapan, kendati sudah mulai terdapat peningkatan kualitas jaringan pada 2021 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan kualitas jaringan 4G Indonesia masih belum maksimal dan merata.

Di beberapa daerah, operator hanya menyiapkan jaringan 3G, bahkan  2G.

“Kualitas jaringan 4G yang ada saat ini pun belum mencapai batas idealnya. Idealnya 4G bisa 140 Mbps, tetapi kan harus full bandwidth frekuensi 20 MHz. Dikarenakan banyak [layanan operator] yang belum full dan dibagi-bagi, jadinya [kecepatan internetnya] tidak maksimal,” kata Heru saat dihubungi, akhir pekan.

Untuk meningkatkan kualitas jaringan 4G, Heru memperkirakan operator seluler pada 2022 akan lebih banyak memadamkan layanan 3G dan mengalihkannya ke 4G dan 5G.

Selanggam, Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Yosef M. Edward menilai jaringan 4G di Indonesia, secara desain kecepatan unduh, seharusnya mencapai 150 Mbps dan  kecepatan unggah sebesar 50 Mbps.

Sayangnya, kondisi ideal tersebut sulit dicapai karena frekuensi yang digunakan di Indonesia dibagi-bagi ke banyak teknologi.

“Kecuali daerah yang kosong, cukup satu operator seluler langsung 40 MHz digunakan semua,” kata Ian.

Dia berpendapat jika tidak bisa mencapai 150 Mbps, kecepatan rata-rata untuk unduh minimal sebesar 25 Mbps untuk seluler. Sementara itu, kecepatan unggah minimal 15 Mbps.

Dengan kecepatan sebesar itu, kata Ian, layanan internet yang diterima masyarakat sudah setara dengan kecepatan internet tetap atau fixed broadband.

“Sudah nyaman 20 Mbps, mirip dengan serat optik,” kata Ian.

Dari sisi operator seluler, kualitas jaringan PT Smartfren Telecom Tbk. tercatat mengalami peningkatan yang cukup baik pada 2021 dibandingkan dengan 2020.

Perluasan jaringan dan penambahan kapasitas di sejumlah titik menjadi pendorong membaiknya jaringan emiten telco berkode saham FREN.

VP Network Operations Smartfren Agus Rohmat mengatakan peningkatan kualitas jaringan didorong dengan komitmen FREN untuk terus berinvestasi di jaringan.

“Smartfren terus meningkatkan cakupan, juga penambahan kapasitas jaringan dari base transceiver station [BTS], transport sampai di sisi inti,” kata Agus.

Sekadar informasi, dalam Laporan Pengalaman Jaringan Seluler Desember 2021 yang dikeluarkan oleh Opensignal, diketahui rata-rata kecepatan FREN meningkat 1,5 Mbps secara tahunan menjadi sebesar 10,9 Mbps, pada Desember 2021.

Kecepatan unggah naik dari 5,2 Mbps pada 2020, menjadi 5,9 Mbps pada 2021.

Lebih lanjut, skor pengalaman pelanggan dalam bermain gim di jaringan FREN juga naik dari 45,1 menjadi 58,4 pada periode tersebut. Kemudian, skor pengalaman pelanggan dalam menonton video naik dari 37,7 menjadi 48,8.

Artinya, pengalaman pelanggan dalam bermain gim dan menonton video di jaringan FREN makin baik.

Meski demikian, skor tersebut adalah yang terendah dibandingkan dengan skor yang dicatatkan PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), PT Indosat Tbk. (ISAT), PT XL Axiata Tbk. (EXCL), dan PT Hutchison 3 Indonesia (Tri).

Agus menekankan, ke depan, FREN akan terus meningkatkan kualitas jaringan yang dimiliki sehingga pengalaman pelanggan makin nyaman untuk berbagai kebutuhan.

“Optimasi akan terus berjalan sering dengan pengembangan jaringan 5G,” kata Agus.

Pada perkembangan lain, pengembangan ekosistem 5G tahap awal di Indonesia sejauh ini dinilai masih jauh dari sempurna.

Hardik Khatri, Analis Teknis Opensignal, mengatakan akses untuk ke jaringan 5G masih terbatas. Selain frekuensi, 5G membutuhkan infrastruktur pendukung seperti jaringan serat optik yang tangguh.

“Akses yang tidak memadai ke spektrum 5G tetap menjadi salah satu tantangan terpenting seluruh operator di Indonesia,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.