Bisnis, JAKARTA — Besarnya biaya investasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) menjadi peluang bagi swasta untuk ikut terlibat dalam proyek penyediaan listrik nasional.
Terlebih, kemampuan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang selama ini menjadi pemain tunggal di sektor ketenagalistrikan, memiliki keterbatasan dalam hal pendanaan. Di sisi lain, investasi pada pengembangan pembangkit mencapai US$1.043 miliar atau sekitar US$25 miliar per tahun, setara Rp350 triliun per tahunnya.
Baca juga: Perpres EBT Terbit, Pembangunan PLTU Batu Bara Baru Dilarang
Secara keseluruhan, Indonesia bahkan membutuhkan investasi US$25 miliar—US$30 miliar atau setara dengan Rp444,96 triliun (kurs Rp14.832) untuk transisi energi 8 tahun ke depan.