Investasi Pergulaan Al Khaleej Sugar Co, Ini Tindak Lanjutnya

Al Khaleej Sugar Co alias AKS bakal membenamkan investasi sebesar US$2 miliar atau sekitar Rp28,68 triliun dalam pengembangan etanol di Indonesia.

Reni Lestari

8 Nov 2021 - 13.29
A-
A+
Investasi Pergulaan Al Khaleej Sugar Co, Ini Tindak Lanjutnya

Pabrik gula milik Al Khaleej Sugar Co/dok

Bisnis, JAKARTA — Komitmen investasi korporasi gula terbesar dari jazirah Timur Tengah, Al Khaleej Sugar Co. atau AKS, dikabarkan menyasar pemenuhan kebutuhan energi Sulawesi dan Indonesia bagian timur.

Plt. Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika menyampaikan bahwa pemerintah akan memfasilitasi rencana investasi AKS ke Indonesia.

"Jika terwujud, investasi ini akan membantu pemenuhan kebutuhan gula nasional dan juga kebutuhan energi di Sulawesi dan kawasan Timur Indonesia," kata Putu, Minggu (7/11/2021).

Putu juga menjelaskan hasil samping proses produksi gula tebu yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi baru dan terbarukan antara lain bioetanol dan biomassa.

Putu optimistis investasi AKS di Indonesia akan dapat membantu pemenuhan gula dalam negeri, mendukung program substitusi impor, dan memproduksi energi baru terbarukan yang ramah lingkungan.

"Karena dia besar investasinya, dia mau memproduksi sekitar 750.00 ton per tahun. Dia sangat tertarik dan kami sedang membuat langkah-langkahnya supaya dia bisa berinvestasi," tuturnya.

Guna mendorong investasi raksasa gula UEA itu, lanjut Putu, Kemenperin telah mengundang perwakilan AKS untuk datang ke Indonesia dan melihat potensi tersebut.

"Untuk menghasilkan tebu sebanyak 750.000 ton tersebut, dibutuhkan sekitar 100.000 hektare lahan tebu," ungkapnya.

Saat ini, lahan yang diproyeksikan untuk ditanami tebu itu terdapat di Sulawesi.

Selain memproduksi gula, AKS juga tertarik dengan produk turunan lainnya dari tebu, yakni biomassa yang dapat dijadikan energi listrik dan etanol untuk pencampuran bahan bakar.

Biomassa merupakan produk samping gula dengan jumlah mencapai 30 persen dari setiap produksi gula. Sedangkan etanol terbuat dari produk samping proses gula yang bernama molasis dengan jumlah sebesar 4 persen.

Putu menambahkan, etanol berperan untuk meningkatkan oktan bahan bakar. Umumnya untuk kendaraan roda empat sudah bisa menggunakan bahan bakar dengan kandungan etanol 20 persen, sementara kendaraan roda dua 10 persen.

"Di dalam negeri sendiri, kebutuhan etanol masih sangat besar dan belum dipenuhi oleh produksi dalam negeri," ujarnya.  

NOMINAL

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, sementara itu, mengungkapkan AKS bakal membenamkan investasi sebesar US$2 miliar atau sekitar Rp28,68 triliun dalam pengembangan etanol di Indonesia.

"AKS akan berinvestasi pabrik gula terintegrasi di Indonesia. Selain memproduksi gula, AKS juga rencananya memproduksi bioetanol dan listrik dari biomassa," kata Agus.

Menperin menjelaskan Kemenperin akan bekerja sama dengan kementerian lain untuk menjajaki peluang investasi tersebut karena terkait investasi energi dan pemenuhan lahannya.

Selain itu, Agus berharap penanaman modal perusahaan gula asal Dubai itu akan menjadi awal bagi industri gula nasional untuk lebih efisien pada masa depan.

"AKS akan mengembangkan fabrikasi etanol dari gula. Etanol tersebut pun diharapkan dapat menjadi sumber bahan bakar alternatif,” ujarnya.

Upaya ini sejalan dengan tren pengurangan emisi karbon yang membuat sejumlah negara memutar otak untuk mencari sumber energi yang lebih bersih.

Negara-negara seperti Australia, Amerika Serikat, dan Filipina sendiri telah mengembangkan etanol dalam jumlah besar sebagai alternatif bahan bakar fosil.

Pemanfaatan etanol dalam energi baru dan terbarukan menjadi satu alternatif untuk pengurangan gas emisi karbon dari sektor transportasi.

Selain sebagai bahan bakar, lanjut Agus, etanol gula dapat dimanfaatkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap gula rafinasi.

"Dalam konteks ini, impor gula bisa ditekan dan bahkan ke depan berpeluang berkurang sekitar 750.000 ton per tahun,” ungkapnya.

AKS sendiri memiliki pabrik gula di Dubai dengan kapasitas 6.000 ton gula per hari. Selain memiliki pabrik gula di Dubai, AKS juga berinvestasi di Mesir dan Spanyol. Penghasilan AKS per tahun diperkirakan sebesar US$14 miliar.

"Kebutuhan gula nasional sekitar 6,7 juta ton. Terdapat beberapa cara untuk mengurangi impor gula, di antaranya dengan menyiapkan lahan perkebunan tebu dan mendorong proses transformasi digital. Kehadiran AKS di Indonesia dapat membantu memenuhi kebutuhan gula nasional."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.