Investor Asing Kembali Kepincut Saham Bukalapak (BUKA)

Investor terus memburu saham BUKA sepanjang perdagangan Kamis (23/9/2021).

Pandu Gumilar

23 Sep 2021 - 19.59
A-
A+
Investor Asing Kembali Kepincut Saham Bukalapak (BUKA)

Warga mengakses aplikasi Bukalapak di Jakarta, Kamis (5/8/2021). Bisnis - Fanny Kusumawardhani

Bisnis, JAKARTA - Saham PT Bukalapak.com Tbk kembali ramai diperdagangkan oleh investor asing pada hari ini, Kamis (23/9/2021). Salah satu faktor pendorongnya yaitu keputusan Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk memasukan saham unikorn itu ke dalam lima indeks sekaligus.

Emiten berkode saham BUKA itu langsung masuk dalam indeks IDX30, LQ45, IDX80, JII dan JII70. Saham emiten teknologi itu efektif berada dalam lima indeks mulai periode 29 September sampai dengan Januari 2022.

Adapun BUKA masuk ke dalam lima indeks dengan evaluasi fast entry. Pasalnya, regulator menilai rasio free float emiten teknologi itu mencapai 44 persen sehingga dapat menggeser konstituen lain. Adapun saham yang terdepak indeks-indeks saham itu seperti TKIM, SMRA, LINK, AKRA dan ULTI.

Masuknya BUKA ke dalam lima indeks pun disambut positif oleh para investor. Analis Sucor Sekuritas Paulus Jimmy bahkan menyebut aliran dana atau inflow asing akan mengalir deras ke emiten teknologi tersebut. Pasalnya Bukalapak telah diterima masuk dalam kelima indeks yang prestisius.

“Tentunya masuk indeks adalah katalis positif untuk harga saham, karena dengan masuknya BUKA ke indeks-indeks besar di bursa kita menjadi katalis positif sehingga akan ada inflow,” katanya kepada Bisnis pada Kamis (23/9/2021).

Jimmy menambahkan hal itu mulai terlihat pada pembukaan perdagangan di hari ini. Secara teknikal, lanjutnya, pergerakan saham BUKA menunjukkan gap up. Gap up merupakan fenomena lonjakan pada harga pembukaan sesi berikutnya, sehingga terdapat kesenjangan dengan harga tertinggi pada sesi sebelumnya.

 

 

Pada hari Rabu (22/9/2021), saham Bukalapak ditutup pada level Rp850 mendadak naik ke level Rp875 pada saat pembukaan tanpa melalui level-level harga sebelumnya. Jimmy menambahkan volume transaksi BUKA juga sudah di atas rata-rata transaksi 20 hari terakhir.

Pada perdagangan penutupan perdagangan Kamis (23/9/2021), saham BUKA naik 4,15 persen menjadi Rp 885. Adapun dalam sebulan terakhir, investor asing mencatatkan net buy Rp1,05 triliun.

“Hal yang menarik diperhatikan, investor asing rajin akumulasi saham BUKA setelah bantingan di awal-awal itu,” ungkapnya.

Menurut Jimmy saham emiten teknologi itu kini sedang bagus karena ditopang sentimen global. Misalnya kasus Evergrande yang mulai reda dan keputusan The Fed terkait tapering.

Meski demikian, dia berharap investor memperhatikan laporan keuangan Bukalapak pada kuartal III/2021 mendatang. Pasalnya perseroan baru saja mendapatkan dana segar hasil penawaran saham pada periode yang sama.

Oleh sebab itu dia memperkirakan hasil laporan keuangan kuartal III/2021 dan kuartal IV/2021 akan bagus. “Kalau ternyata di bawah ekspektasi pasar, itu bisa menjadi katalis negatif. Tapi kalau dilihat dari hasil paruh pertama seharusnya akan cukup in line kok,” jelasnya.

Selain investor asing, sejumlah broker juga agresif membeli saham BUKA, di antaranya PT UBS Sekruritas Indonesia, PT CGS-CiMB Sekuritas Indonesia dan PT Citigroup Sekuritas Indonesia. Khusus UBS, perseroan mengeluarkan dana hingga Rp522,1 miliar untuk memborong saham BUKA. 

 

Berkolaborasi

Di sisi lain, Bukalapak membuka peluang berkolaborasi dengan Salim Group.  Presiden Bukalapak Teddy Oetomo menuturkan kerja sama Emtek Group dengan Anthoni Salim Group, merupakan langkah untuk saling menguatkan satu sama lain, termasuk Bukalapak.

"Memang kita bahas beberapa hal dengan Salim Group dan Salim Group is a very friendly partie with us, dari dulu bahkan," kata Teddy dalam unggahan Instagram (@emtrade_id) seperti dikutip Rabu (22/9/2021).  

Menurut Teddy, pengalaman Salim Group selama bertahun-tahun dalam membangun infrastruktur logistik dan beberapa data center memiliki banyak peluang kolaborasi.  "Mereka [Salim Group] fokus upstream sedangkan Emtek Group fokus downstream termasuk Bukalapak, banyak pasti yang bisa kita kolaborasi," paparnya.  

Sebelumnya, Emtek Group dan Salim Group telah resmi menjalin kerja sama pada 12 Agustus 2021. Presiden Direktur Emtek Group Alvin Sariaatmadja menyebutkan peluang kolaborasi itu diharapkan dapat menciptakan sinergi dan pertumbuhan bagi keduanya.  

Menurutnya dukungan dari teknologi dan ekosistem digital yang dimiliki Grup Salim akan meningkatkan daya saing Grup Emtek dalam mengembangkan bisnis yang fokus pada basis teknologi. Sekadar informasi, Grup di bawah kepemimpinan Anthoni Salim ini memimpin berbagai bisnis seperti distribusi, transportasi, dan bisnis ritel terbesar di Indonesia termasuk teknologi dan infrastruktur digital dan platform bisnis digital.

Sedangkan Emtek Group merupakan salah satu grup media terkemuka yang gencar melakukan transformasi bisnis, khususnya dalam pengembangan berbagai platform digital dan teknologi. Emtek Group melalui anaknya, PT Kreatif Media Karya (KMK), juga merupakan memegang saham terbesar di BUKA. KMK tercatat memiliki 23,98 persen atau setara dengan 24,66 miliar saham.

 

 

Selain berkolaborasi dengan grup konglomerasi, BUKA juga membuka peluang bermitra dengan warung. Bahkan lini bisnis kemitraan ini telah mendorong kinerja Bukalapak menjadi lebih baik. 

Sebelumnya, BUKA mencatatkan memiliki mitra warung sebanyak 1,3 juta pada 2018. Jumlah itu bertumbuh hingga 8,7 juta pada semester I/2021.

Direktur Bukalapak.com Teddy Oetomo mengatakan berdirinya Mitra Bukalapak dilatarbelakangi oleh masih banyaknya UMKM yang belum terdigitalisasi. “Pada 2017, Bukalapak meluncurkan Mitra Bukalapak guna membantu warung tradisional bersaing di era digitalisasi dengan usaha retail modern,” katanya dalam keterangan resmi Selasa (21/9/2021).

Dengan Mitra Bukalapak, lanjutnya, warung-warung tradisional kini dapat menawarkan layanan daring tambahan seperti pembayaran tagihan dan isi ulang pulsa kepada para pelanggan. Riset Nielsen yang dilakukan pada Juni 2021 terhadap 3.000 warung dan kios pulsa menemukan bahwa di antara 14 kota di seluruh Indonesia, Mitra Bukalapak memimpin penetrasi online to offline (O2O) sebesar 42 persen.

“Saat ini jumlah penetrasi BUKA paling tinggi dibandingkan kompetitor yang ada,” tegas Teddy.

Mitra Bukalapak memimpin penetrasi di kategori bahan makanan sebesar 55 persen dan penetrasi produk virtual sebesar 52 persen. Menurut Teddy dengan angka tersebut, Mitra Bukalapak saat ini sejalan dengan tujuan digitalisasi pasar konvensional Indonesia. (Yuliana Hema)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Febrina Ratna Iskana

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.