IPO Anak Usaha Pertamina, PHE Akan Lepas 5—10 Persen Saham

Kendati PHE disebut bakal melepas porsi 5—10 persen saham kepada publik, kehadiran Subholding Upstream PT Pertamina (Persero) itu di pasar modal nantinya akan tetap berpengaruh terhadap laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Ibeth Nurbaiti

16 Jun 2023 - 13.29
A-
A+
IPO Anak Usaha Pertamina, PHE Akan Lepas 5—10 Persen Saham

Kantor Pertamina./Istimewa

Bisnis, JAKARTA — Rencana penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham anak usaha Pertamina, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) digadang-gadang akan membawa Bursa Efek Indonesia kembali menyentuh rekor penggalangan dana sepanjang masa.

Kendati PHE disebut bakal melepas porsi 5—10 persen saham kepada publik, kehadiran Subholding Upstream PT Pertamina (Persero) itu di pasar modal nantinya akan tetap berpengaruh terhadap laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Wakil Menteri BUMN I Pahala Mansury saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (15/6/2023), menyebutkan bahwa PHE bakal melepas 5—10 persen saham kepada publik pada saat IPO yang ditargetkan selesai akhir semester ini. 

Baca juga: Babak Baru Drama Pelik Gas Murah Industri Tertentu

Rencana bagian saham yang ditawarkan pada publik itu lebih rendah dari porsi saham yang sempat disampaikan Direktur Utama PHE Wiko Migantoro saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI pada 10 April 2023 lalu. Saat itu, Wiko menargetkan perseroannya dapat melepas hingga 15 persen sahamnya dalam penawaran umum perdana kepada publik. 

“[Saham yang akan dilepas] Antara 5 sampai 10 persen yang kita ini [IPO] kan. Kalau target [dana] nanti kita lihat,” kata Pahala.

Baca juga: Urgensi Tinggi Transformasi Distribusi LPG Subsidi

Adapun, PHE membidik dana segar hingga US$2 miliar atau sekitar Rp30 triliun dari aksi IPO tersebut. Jika benar, target IPO itu tentunya akan mengalahkan rekor IPO terbesar saat ini yang disematkan kepada PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) dengan perolehan dana Rp21,9 triliun pada Agustus 2021.


Kendati demikian, Pahala mengatakan, kementeriannya masih menunggu momentum yang tepat untuk benar-benar membawa PHE melantai di bursa. “Ya, kan namanya transaksi corporate action pasar modal, memang harus nunggu waktu yang pas ya untuk melakukan IPO dan juga biar mendapatkan hasil yang optimal,” ujarnya. 

Namun, berbeda PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) yang lebih awal melantai di pasar modal dengan menggaet sejumlah investor strategis, Pahala memastikan rencana IPO PHE tanpa menggandeng investor jangkar atau anchor investor.  “Tidak ada anchor-nya, strukturnya beda [dengan PGEO] ini betul-betul IPO,” kata. 

Baca juga: Shell Melunak, Pertamina Segera Dampingi Inpex di Blok Masela

Saat ini, PHE telah menggandeng sejumlah lembaga finansial domestik dan luar negeri seperti Citibank, J.P Morgan, Credit Suisse, Mandiri Sekuritas, dan BRI Danareksa sebagai penasihat utama IPO. 

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati sebelumnya menerangkan bahwa rencana IPO PHE telah memasuki tahap kedua pengajuan dokumen ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta inisiasi tahap pre-deal investor education

Namun, Nicke enggan menjelaskan lebih detail mengenai progres serta waktu rencana Pertamina Hulu Energi untuk go public tersebut. “IPO dari PHE juga kejutan jadi tunggu tanggal mainnya, nanti nggak kejutan lagi,” kata Nicke dalam Media Briefing Kinerja Pertamina Tahun 2022, Selasa (6/6/2023).

Baca juga: Pemerintah Atur Strategi Amankan Pasokan Energi

Dia menuturkan bahwa unlock value anak-anak usahanya melalui IPO merupakan salah satu upaya Pertamina untuk meningkatkan market cap hingga US$100 miliar. “Anak-anak ini harus cantik semuanya sehingga banyak yang tertarik untuk kerja sama untuk aliansi strategis sehingga otomatis mendorong ke arah US$100 miliar,” ujarnya.


Adapun, PHE merupkan salah satu motor terbesar investasi Pertamina, terus menjalankan eksplorasi yang masif dan agresif melalui pencarian potensi sumber daya baru untuk menjaga keberlanjutan kegiatan hulu migas perseroan.

Tak heran bila PHE membutuhkan banyak pendanaan baru untuk menemukan sumber migas baru, termasuk dengan aksi akuisisi 35 persen hak partisipasi Shell di Blok Masela. Selain itu, terdapat sejumlah proyek strategis yang saat ini diemban PHE, antara lain pengembangan sejumlah sumur minyak dan gas nonkonvensional (MNK), eksplorasi lanjutan hingga peningkatan aset portofolio luar negeri.

Baca juga: Peluang MIND ID Jadi Pengendali Vale Selepas Divestasi INCO

Adapun, PHE menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$5,7 miliar atau setara Rp86,26 triliun pada rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) tahun ini. Besaran belanja modal itu naik 78,12 persen dari realisasi anggaran sepanjang 2022 yang berada di angka US$3,2 miliar atau setara dengan Rp48,47 triliun. 

“Dana PHE cukup, Masela sendiri kan belum akan dikerjakan sekarang, kita masih menunggu adanya pelaksanaan FID [final investment decision] yang belum akan dilaksanakan sekarang,” kata Pahala saat ditemui di Komisi VII DPR RI, Jakarta, Senin (5/6/2023).

Baca juga: Eksplorasi Masif dan Agresif Pertamina Hulu Berburu 'Big Fish'

Secara keseluruhan, PHE melaporkan realisasi produksi migas hingga Maret 2023 sudah mencapai 1.055 ribu setara barel minyak per hari (Mboepd) atau naik 4 persen dari torehan pada periode yang sama tahun lalu di level 1.019 Mboepd.

Torehan itu ditopang oleh produksi minyak sepanjang Januari hingga Maret 2023 sebesar sebesar 575 ribu barel minyak per hari (Mbopd) atau naik 2 persen dari posisi yang sama tahun lalu di level 566 Mbopd. 

Sementara itu, torehan produksi gas dari aset yang dikelola PHE mengalami kenaikan signifikan 6 persen menjadi 2.785 MMcfd dari periode yang sama tahun sebelumnya di angka 2.624 MMcfd. 

“Secara barrel oil equivalent per day, realisasi produksi kami sebesar 4 persen di atas target year-to-date 2023,” kata Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi Wiko Migantoro saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Senin (10/4/2023). 

Wiko mengatakan, perseroannya telah meningkatkan kegiatan eksplorasi dari 17 sumur sepanjang 2022 menjadi 32 sumur pada tahun ini untuk menopang peningkatan produksi migas mendatang. Dari jumlah itu, 28 sumur dikembangkan di Indonesia, sementara sisanya merupakan portofolio PHE di luar negeri. 

Baca juga: Polemik Ekspor Pasir Laut & Keresahan di Pesisir Kepulauan Riau

Adapun, rencana sumur eksploitasi tahun ini ditargetkan naik ke level 943 sumur dari realisasi tahun lalu sebanyak 689 unit. Berdasarkan catatan PHE, terdapat 169 sumur eksploitasi yang telah dikembangkan perseroan hingga Maret tahun ini. 

“Demikian juga untuk workover target 2023 menjadi 688 sumur ini lebih besar dari realisasi 2022 yang sebesar 639 sumur sampai dengan triwulan pertama realisasinya 169 kegiatan,” ujarnya.

Saat ini, Pertamina mengelola produksi migas sebesar 1,02 juta Boepd dari 65 blok migas yang berada di dalam negeri dan internasional dengan besaran cadangan P1 yang dikelola mencapai 2,2 Bboe. (Nyoman Ary Wahyudi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.