Jajaran Manajemen Berubah, GIAA Siapkan Rencana Bisnis Baru

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memastikan transformasi dan efisiensi di PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) terus dilakukan dengan tepat dan cepat.

13 Agt 2021 - 20.48
A-
A+
Jajaran Manajemen Berubah, GIAA Siapkan Rencana Bisnis Baru

Garuda Indonesia Bermasker /Garuda Indonesia

Bisnis, JAKARTA — Upaya penyelamatan terhadap PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. terus berlanjut. Manajemen perseroan yang baru kini tengah menyiapkan rencana bisnis sebagai salah satu upaya dalam restrukturisasi dan pemulihan kinerja perusahaan.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan tengah menyiapkan rencana usaha (business plan) bersama dengan sejumlah advisor yang telah ditunjuk perusahaan.

Ia menuturkan, GIAA telah menunjuk Guggenheim Securities, LLC sebagai financial advisor yang akan mendukung langkah pemulihan kinerja usaha perseroan.

Sementara itu, McKinsey & Company juga turut terlibat dalam perancangan proposal tersebut bersama dengan mitra strategis lainnya seperti Cleary Gottlieb Steen & Hamilton LLP dan Assegaf Hamzah & Partners.

Ia menjelaskan, setelah rampung, proposal tersebut rencananya akan dibawa kepada para pemegang saham dan pemangku kepentingan terkait termasuk para kreditur, perusahaan penyewaan pesawat (lessor), dan pihak-pihak terkait lainnya.

“Rencana bisnis ini nantinya akan menjadi justifikasi saat kami ajukan kepada para kreditur, termasuk lessor, Angkasa Pura I dan II, serta pihak lain. Nanti kalau rencananya sudah final akan kami infokan,” katanya dalam konferensi pers perusahaan, Jumat (13/8).

Sementara itu, Irfan menambahkan perusahaan juga terus berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan terkait perkembangan rencana restrukturisasi dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang diajukan oleh My Indo Airlines (MYIA).

Garuda Indonesia juga akan melanjutkan negosiasi dengan lessor terkait proses negosiasi harga dan masa kontrak pesawat. Awal pekan ini, GIAA berhasil menghentikan gugatan pailit yang diajukan lessor pesawatnya yakni Aercap di pengadilan Tinggi New South Wales, Australia.

Sejalan dengan hal tersebut, Irfan menambahkan, perseroan hingga saat ini juga terus melakukan optimalisasi kinerja usaha melalui peningkatan pada aspek likuiditas, efisiensi biaya operasional, serta restrukturisasi kewajiban sebagai penentu keberlangsungan strategi pemulihan kinerja Garuda Indonesia pada tahun-tahun mendatang.

Irfan menyampaikan,  upaya menuju pemulihan kinerja akan berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.

Meski demikian, Irfan optimistis langkah transformasi kinerja merupakan sebuah keniscayaan yang akan terus diakselerasikan secara berkesinambungan di tengah tantangan fundamental dari kondisi pandemi Covid-19 itu sendiri, yakni  ketidakpastian.

"Hal itu yang kami yakini perlu disikapi dengan mental bisnis yang tangguh serta resiliensi dalam mengawal dinamika tantangan industri penerbangan ke depannya yang masih dibayangi situasi penuh turbulensi,” ujarnya

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2021, GIAA mencetak pendapatan US$353,07 juta turun 54,03% dari pendapatan kuartal I/2020 sebesar US$768,12 juta.

Pendapatan dari penerbangan berjadwal menurun menjadi US$278,22 juta dari US$654,52 juta. Sementara itu, pendapatan dari penerbangan tidak berjadwal naik menjadi US$22,78 juta dari US$5,31 juta. Pendapatan usaha lainnya juga menurun menjadi US$52,06 juta dari US$108,27 juta.

Adapun, beban usaha perseroan menurun tetapi tetap di atas kinerja pendapatan perseroan. Beban usaha per kuartal I/2021 sebesar US$702.17 juta sementara pada kuartal I/2020 sebesar US$945,7 juta.

Alhasil, perseroan mencetak rugi usaha sebesar US$287,09 juta per 3 bulan tahun ini dari posisi laba usaha US$616.040 per 3 bulan awal tahun lalu.

Dengan demikian, rugi Garuda yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk membengkak menjadi US$384,34 juta dari posisi US$120,16 juta per kuartal pertama tahun lalu.

ROMBAK MANAJEMEN

Sementara itu, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memutuskan untuk merombak struktur, nomenklatur dan jajaran di dewan komisaris dan dewan direksi perusahaan.

Menteri BUMN Erick Thohir menjelaskan, Kementerian BUMN memastikan transformasi dan efisiensi terus terjadi di Garuda Indonesia. Hal ini dilakukan dengan mengurangi jumlah komisaris dari lima menjadi tiga orang, serta jumlah direksi dari delapan orang menjadi enam orang.

“Selain itu, kami memperkuat pengawasan perusahaan dengan mengangkat dua sosok komisaris dengan keahlian dan rekam jejak yang tidak diragukan lagi di bidang restrukturisasi dan manajemen risiko perusahaan,” jelasnya, dikutip dari keterangan resmi.

Ke depannya, Erick menginstruksikan manajemen Garuda Indonesia untuk fokus pada dua hal utama. Pertama, perubahan model bisnis dengan fokus pada layanan penerbangan domestik.

Kedua, negosiasi dengan lessor, baik lessor yang memang memiliki hubungan B2B baik, tetapi kontraknya perlu dinegosiasi ulang, maupun lessor yang tersangkut kasus yang saat ini sudah masuk dalam proses hukum.

“Ini momen bagi Garuda Indonesia untuk bersih-bersih dari permasalahan keuangan dan kinerja operasional, serta menata kembali fundamental bisnisnya. Setiap prosesnya akan saya kawal penuh,” pungkasnya.

Adapun, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Garuda Indonesia hari ini, Jumat (13/8) memutuskan pengalihtugasan Chairal Tanjung sebagai Komisaris, memberhentikan dengan hormat Triawan Munaf, Peter F. Gontha, Zannuba Arifah Ch. R, dan Elisa Lumbantoruan dari jabatan Anggota Dewan Komisaris.

Selain itu, GIAA juga memberhentikan dengan hormat Dony Oskaria dan M. Rizal Pahlevi dari Anggota Dewan Direksi perusahaan. Selain itu, Kementerian BUM juga mengubah beberapa nomenklatur. (Reporter: Lorenzo A. Mahardhika)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.