Jalan Panjang Pengembangan Nuklir Mulai Menemukan Titik Terang

Di Indonesia, rencana penggunaan nuklir telah dicanangkan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang akan memasukkan ke dalam sistem pembangkitan pada 2040 mendatang seiring dengan pengembangan teknologi nuklir yang makin aman.

Muhammad Ridwan

9 Nov 2021 - 07.20
A-
A+
Jalan Panjang Pengembangan Nuklir Mulai Menemukan Titik Terang

Pembangkit listrik tenaga nuklir di Prancis - Wikipedia

Bisnis, JAKARTA — Wacana pengembangan nuklir di Indonesia mulai menunjukkan titik terang, kendati masih membutuhkan jalan yang panjang karena banyaknya aspek yang harus diselesaikan.

Di mata Indonesia, nuklir sudah tidak lagi menjadi opsi terakhir dalam pengembangan energi bersih di masa depan. Pengembangan pembangkit yang berbahan bakar uranium dan thorium telah mendapatkan tempat dalam peta jalan energi Indonesia.

Jika mengacu pada sumber daya alam yang dimiliki saat ini, Indonesia masih memiliki peluang untuk investasi energi baru dan terbarukan (EBT). Dari total sumber daya alam tersebut, masih sebagian kecil yang sudah dimanfaatkan sebagai sumber energi.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan besarnya potensi bisnis EBT di Indonesia dilihat dari sisi potensi energi hijau itu yang belum dioptimalkan. Pemerintah pun merespons kondisi tersebut lewat berbagai kebijakan, termasuk dengan menyiapkan sejumlah teknologi andal.

"Peluang pertama dan utama tentu saja Indonesia memiliki sumber daya baru dan terbarukan yang melimpah, terutama solar, diikuti oleh hidro, bioenergi, angin, panas bumi, dan lautan, dengan total potensi 648,3 GW, termasuk potensi uranium untuk pembangkit listrik tenaga nuklir. Hingga saat ini, baru 2% dari total potensi yang telah dimanfaatkan," kata Arifin ketika peluncuran Net Zero World pada COP ke-26 di Glasgow, Rabu (3/11/2021).

Berdasarkan data world-nuclear.org, energi nuklir merupakan sumber energi rendah karbon nomor dua terbesar yang ada di dunia.

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Bushehr di Iran, sekitar 1.200 kilometer sebelah selatan Teheran./Reuters-Bisnis.com

Penggunaan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) mulai beroperasi secara komersial pada 1950. Sampai dengan Oktober 2021, energi nuklir memiliki porsi sebesar 10% terhadap elektrifikasi di dunia dengan sebanyak 440 reaktor nuklir yang beroperasi.

Organisasi itu juga mencatat, setidaknya sebanyak 50 negara telah mengoperasikan PLTN untuk memasok kebutuhan listriknya.

Dari seluruh negara di dunia, kapasitas terpasang PLTN terbesar berada di Amerika Serikat dengan daya 789.9 terawatt hour (TWh) dan China menjadi negara terbesar kedua yang memiliki kapasitas terpasang PLTN yaitu sebesar 344,7 TWh.

Sementara itu, Prancis juga menjadi salah satu negara yang mengoprasikan PLTN terbesar yakni dengan kapasitas 338,7 TWh.

Tercatat sejak tahun ini, setidaknya akan ada sebanyak 50 reaktor nuklir yang akan dibangun di 19 negara di dunia yang mayoritas berada di China, India, Russia, dan Uni Emirat Arab.

Sementara itu, untuk di Indonesia, rencana penggunaan nuklir telah dicanangkan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang akan memasukkan ke dalam sistem pembangkitan pada 2040 mendatang seiring dengan pengembangan teknologi nuklir yang makin aman.

PLN melalui PT PLN Enjiniring telah meneken nota kesepahaman dengan ThorCon International dalam rangka melakukan feasibility study, grid study, dan studi tapak sebagai persiapan pembangunan prototipe Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) pertama di Indonesia.

PLTT yang ditargetkan beroperasi komersial (COD) pada 2028 itu diharapkan memiliki keekonomian yang kompetitif dengan pembangkit batu bara.

Direktur Operasi ThorCon Power Indonesia Bob S Effendi menjelaskan bahwa pihaknya masih berfokus untuk menyelesaikan tahap kajian dalam rencana pembangunan PLTT tersebut.

Dia mengatakan mengatakan pada saat ini pihaknya masih menyelesaikan empat fokus kajian untuk pengembangan PLTT.

Kajian pertama yang sedang dijalankan adalah penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ketenaganukliran dengan Universitas Sebelas Maret (UNS). Kerja sama itu sekaligus sebagai survei penerimaaan masyarakat dan program sosialisasi yang merupakan salah satu syarat pembangunan prototipe PLTT.

"Kajian penerimaan masyarakat melibatkan Universitas Sebelas Maret dan Universitas Bangka Belitung," ungkapnya.

Dia menambahkan pihaknya juga telah memulai feasibility study, grid study, dan site study. Bersamaan dengan itu, ThorCon menjalankan kajian keselamatan dengan menggandeng Institut Teknologi Bandung untuk pembangunan laboratoriun molten salt reactor (MSR).

Nantinya laboratorium itu menjadi pelopor untuk penelitian dan pengembangan bahan bakar (fuel salt) dari MSR.

"Kami juga akan melakukan kajian terkait dengan TKDN yang akan melibatkan Surveyor Indonesia," jelasnya.

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan berpendapat nuklir bisa menjadi pertimbangan bagi Indonesia ke depannya. Seiring dengan teknologi nuklir yang makin aman dan efisien investasinya, maka nuklir bukan lagi menjadi pilihan terakhir bagi Indonesia.

Di samping itu, dengan cadangan uranium dan thorium yang dimiliki Indonesia, maka nuklir bisa menjadi salah satu alternatif sumber energi ke depannya.

"Belum lagi, nuklir adalah sumber energi yang paling bersih jika dibandingkan energi lain terutama EBT. Hal ini disebabkan EBT seperti matahari, angin membutuhkan energi tambahan sebagai peaker mengingat mereka bersifat intermittent. Jadi membutuhkan energi fosil seperti gas atau batu bara sebagai back up, tetapi nuklir tidak memerlukan hal tersebut," katanya kepada Bisnis, Senin (8/11/2021).

Menurut Mamit, beberapa wilayah di Indonesia juga sudah siap untuk menerima pembangkit nuklir ini seperti Bangka Belitung yang sedang mempersiapkan pembangkit nuklir.

Dengan demikian, hanya perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan pembangkit nuklir ini, apalagi penggunaan nuklir saat ini bisa dikatakan aman karena perkembangan teknologi saat ini sudah berkembang dengan pesat.

"Limbahnya juga sudah bisa dikelola dengan baik sehingga tidak akan menimbulkan kekhawatiran akan pencemaran," tuturnya.

Pemanfaatan energi nuklir juga menjadi salah satu dari enam strategi pemerintah dalam mencapai target karbon netral atau net zero emission pada 2060.

Setidaknya, ada enam strategi yang akan dilakukan pemerintah untuk mendukung Paris Agreement dalam upaya menurunkan emisi gas rumah kaca.

Pertama, pemerintah akan menggencarkan penambahan kapasitas listrik dengan energi terbarukan. Kedua, mempensiunkan pembangkit listrik tenaga fosil seperti PLTU secara bertahap sesuai umur pembangkit. Ketiga, mengoptimalkan pemanfaatan energi storage.

Kemudian, pemerintah juga membuka opsi penggunaan nuklir sebagai salah satu sumber pembangkit listrik. Rencananya, pemanfaatan energi ini dimulai pada 2045 dengan kapasitas hingga 35 GW pada 2060.

Langkah lainnya adalah meningkatkan keandalan jaringan dengan membangun konektivitas dalam maupun antar pulau. Upaya memanfaatkan teknologi smart grid dan smart meter.

Terakhir, Kementerian ESDM akan mendorong transformasi energi melalui substitusi penggunaan energi dengan mengintensifkan penggunaan kompor listrik dan pembangunan jaringan gas rumah tangga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti*

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.