Bisnis, JAKARTA — Ambisi pemerintah untuk mengejar target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025 demi mewujudkan energi hijau yang lebih bersih di Tanah Air tidaklah mudah.
Mahalnya biaya investasi untuk pemanfaatan energi baru dan terbarukan atau EBT, merupakan salah satu isu utama yang membuat pengembangan energi hijau itu menjadi tidak ekonomis. Dampaknya, tidak mudah bagi pemerintah untuk menarik investor masuk ke energi hijau. Belum lagi persoalan teknologi yang juga tidak sederhana.
Terlihat hingga 2021, realisasi pengembangan pembangkit EBT baru sebesar 11.157 MW. Jumlah itu lebih rendah dari target yang ditetapkan, yakni 11.357 MW.
Pada tahun yang sama, bauran EBT baru mencapai 11,5% dari total energi nasional. Artinya, masih terdapat selisih 11,5% lagi yang harus tercapai dalam 4 tahun mendatang.