Jalan Terjal Modal Ventura BUMN Lahirkan 25 Unikorn Lokal

Menteri BUMN Erick Thohir menargetkan Indonesia bisa memiliki 25 entitas unikorn dalam jangka pendek. Tugas berat kini berada di pundak modal ventura milik korporasi pelat merah, yang selama ini ‘kecolongan’ investor asing dalam menyuntik dana ke para centaur tahap lanjut.

Leo Dwi Jatmiko

20 Sep 2021 - 20.29
A-
A+
Jalan Terjal Modal Ventura BUMN Lahirkan 25 Unikorn Lokal

Ilustrasi pendanaan ke startup unikorn./istimewa

Bisnis, JAKARTA — Perusahaan modal ventura milik BUMN didesak untuk lebih fokus pada pendanaan perusahaan rintisan atau startup lokal ketimbang asing, guna mengejar target penciptaan 25 entitas unikorn dari Indonesia.

Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang mengatakan langkah Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendorong perusahaan modal ventura milik korporasi pelat merah untuk berinvestasi di calon unikorn dalam negeri sudah tepat. 

Langkah itu dinilai dapat membuat ekosistem perusahaan rintisan lokal tumbuh. 

Akan tetapi, Dianta menggarisbawahi, BUMN harus diberi kelonggaran dalam berinvestasi agar penetrasi modal ventura BUMN ke ekosistem unikorn Tanah Air makin dalam. Investasi pun lebih difokuskan pada perusahaan rintisan dalam negeri. 

“Menteri BUMN [Erick Thohir] sebagai perwakilan pemerintah sudah tepat. Dia menekankan agar VC BUMN fokus kepada startup domestik,” kata Dianta, Senin (20/9/2021). 

Dianta menilai, dengan dukungan yang diberikan pemerintah, target mewujudkan 25 unikorn di Tanah Air merupakan hal yang sangat memungkinkan, terlebih pasar Indonesia sangat besar. 

Sekadar informasi, Google dan Temasek memprediksi nilai ekonomi digital Indonesia pada 2020 mencapai US$44 miliar. Nilainya meningkat menjadi US$124 miliar pada 2025. 

“Menurut saya jika VC [venture capital/modal ventura] BUMN sudah mulai membantu calon unikorn tahun ini. Pada 2024, mudah-mudahan  Indonesia akan memiliki 25 unikorn,” kata Dianta. 

Menurut Dianta, makin banyak entitas unikorn di dalam negeri, ekosistem perusahaan rintisan di pun akan makin baik. Perintis tahap awal dan menengah bakal kian termotivasi untuk tumbuh dan menjadi besar. 

Para pemodal juga akan melihat Indonesia sebagai pasar potensial dengan banyak unikorn di dalamnya.

Untuk diketahui, saat ini Indonesia memiliki 8 unikorn a.l. Gojek, J&T Express, Tokopedia, Bukalapak, Traveloka, Ovo, OnlinePajak, dan Xendit. 

Dengan demikian, Indonesia membutuhkan 17 perusahaan rintisan lagi untuk menggapai mimpi 25 unikorn.

Untuk diketahui, pada Minggu (19/9/2021) dalam sebuah acara di Denpasar, Bali; Menteri BUMN Erick Thohir mendorong agar modal ventura milik BUMN gerak cepat menyuntik pendanaan ke startup yang berpotensi menjadi unikorn.

Selama ini, menurut Erick, pendanaan unikorn di Indonesia justru lebih banyak disabet oleh pemodal ventura asing.

Jumlah unikorn di Indonesia menurut Erick juga masih kalah jauh dibandingkan dengan China  dan Amerika Serikat, yang masing-masing memiliki sekitar 100 dan 250 unikorn. Untuk itu, dia berharap Indonesia memiliki 25 unikorn atau seperempat dari jumlah unikorn di China. 

Sejauh ini, sudah ada lima modal ventura milik BUMN yang berinvestasi pada startup yaitu, MDI Ventures (Telkom), Telkomsel Mitra Inovasi (TMI), BRI Ventures, Mandiri Capital Indonesia dan  terakhir rencananya BNI. 

BUTUH WAKTU

Di sisi lain, Indonesia diperkirakan membutuhkan waktu sekitar 3—5 tahun untuk dapat memiliki 25 unikorn.

Managing Partner Ideosource VC & Gayo Capital Edward Ismawan Wihardja mengatakan, dengan pangsa pasar Indonesia yang diprediksi tumbuh pesat, peluang Indonesia untuk memiliki 25 unikorn sejatinya asangat terbuka lebar.

Pertumbuhan jumlah unikorn, menurutnya, saat ini sudah terlihat di sektor teknologi finansial (tekfin), khususnya yang bergerak di bidang pembayaran, peminjaman, dan manajemen keuangan. 

“Perkiraan saya 3—5 tahun ke depan seharusnya bisa mencapai angka 25 unikorn di mana prediksi pangsa pasar Indonesia untuk pertumbuhan ekosistem internet cukup pesat sampai 2025,” kata Edward, Senin (20/9/2021). 

Berdasarkan laporan Startup Report 2020, diketahui terdapat 14 perusahaan tekfin di Indonesia yang memiliki gelar centaur atau perusahaan rintisan dengan valuasi berkisar antara US$100 juta—US$500 juta. 

Perusahaan tersebut a.l. Ajaib, Amartha, Awan Tunai, CekAja, Cermati, Koinworks, Fazzfinancial, Investree, Modalku, Oyi, Xendit, Stockbit, LinkAja, dan Dana. 

Khusus untuk Xendit, belum lama mengantongi pendanaan senilai Rp2,1 triliun yang membuatnya melangkahi Kredivo dan Akulaku sebagai centaur tahap lanjut atau perusahaan dengan valuasi di atas US$501 juta - US$999 juta. Bahkan, perusahaan ini sudah diklaim sebagai unikorn baru.

Selain dari vertikal tekfin, staryup yang bergerak di bidang edukasi dan kesehatan dinilai memiliki peluang untuk tumbuh menjadi unikorn. Begitupun dengan sektor pertanian dan pertambakan. 

“Perusahaan rintisan di sektro akuakultura sudah ada yang ‘setengah unikorn’ dan dari agrikultura juga,” kata Edward. 

PERHATIKAN PROFITABILITAS

Terkait dengan tren pendanaan, perusahaan modal ventura BUMN disarankan untuk tetap mempertimbangkan profitabilitas startup calon unikorn sebelum memutuskan untuk berinvestasi. 

Gelar ‘hampir’ unikorn tidak menjamin perusahaan tersebut sehat secara kinerja keuangan. 

Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) M. Tesar Sandikapura mengatakan investasi ke perusahaan yang telah profit, lebih baik  bagi modal ventura dalam negeri, dibandingkan dengan investasi ke perusahaan calon unikorn.  

Perusahaan yang telah profit memiliki bukti bahwa mereka menguntungkan, sedangkan perusahaan calon  unikorn belum tentu.   

“Meskipun gelar unikorn tetapi pertumbuhannya negatif, tidak ada gunanya,” kata Tesar, Senin (20/9/2021).  

Tidak hanya itu, menurut Tesar, modal ventura BUMN sebaiknya menyediakan pasar yang nantinya dapat digunakan untuk mendorong produk-produk perusahaan rintisan ke pasar tersebut. 

Dengan cara itu, investasi yang digelontorkan oleh investor BUMN akan berputar di ekosistem BUMN sehingga perputaran uang tetap terjaga. 

“Ketika startup itu bagus efeknya akan banyak termasuk menambah lapangan kerja baru, atau bahkan membantu roda bisnis BUMN itu sendiri,” kata Tesar. 

Selain itu, lanjut Tesar, penting bagi BUMN untuk memiliki cetak biru atau blue print sebelum berinvestasi ke perusahaan calon unikorn. 

Investor BUMN tidak dianjurkan untuk menyuntik perusahaan rintisan di sektor yang sama, agar pertumbuhan perusahaan rintisan terjadi di berbagai sektor vertikal seperti pertanian, perkebunan, dagang-el dan lain sebagainya, tidak hanya di sektor finansial teknologi saja. 

“Targetnya berapa startup yang disuntik? Jika bisa, tidak berbenturan. Jadi dibuat cetak birunya dahulu,” kata Tesar. 

Dalam wawancara sebelumnya mengenai investasi di perusahaan calon unikorn, PT Mandiri Capital Indonesia (MCI) mengungkapkan tidak sembarang calon unikorn mendapat suntikan modal dari MCI. 

Faktor manfaat finansial dan peluang sinergi yang akan terbangun dengan Mandiri Group menjadi pertimbangan MCI dalam berinvestasi ke perusahaan teknologi. 

“Semua investasi kami baik unikorn atau bukan, kami harapkan bisa membawa manfaat finansial [return] dan juga sinergi [dengan bisnis Mandiri Group],” kata CEO MCI Eddi Danusaputro. 

Eddi mengatakan hingga saat ini MCI telah berinvestasi kepada dua perusahaan unikorn yaitu GoTo dan Bukalapak. MCI belum dapat membeberkan rencana investasi ke depan karena masih terus dimatangkan. 

Pada  November 2020, MCI telah berinvestasi dengan total nilai mencapai Rp1 triliun kepada 14 perusahaan rintisan. 

Di ekosistem peer-to- peer (P2P) lending, MCI telah berinvestasi di Amartha, Crowde, KoinWorks, dan Investree. Untuk pembayaran, investasi MCI telah dilakukan di platform LinkAja, Yokke, PTEN dan DAM.

Sementara itu, CEO BRI Ventures Nicko Widjaja mengatakan dalam kurun 2 tahun, BRI Ventures telah melakukan pendanaan ke belasan perusahaan rintisan. 

Perusahaan modal ventura miliki BRI itu tercatat memiliki portofolio investasi di 3 unikorn dan 5 centaur

Beberapa perusahaan rintisan di Dana Ventura Sembrani Nusantara, kata Nicko, juga menyusul ke status centaur.

“Kami melihat adanya potensi besar bagi perusahaan tersebut untuk dapat mewujudkan nilai mereka dalam waktu dekat, baik dalam segi nilai tambah bisnis maupun valuasi,” kata Nicko.

Dilansir dari laman resminya, sejumlah perusahaan yang telah mendapat pendanaan dari BRI Ventures a.l. Tanihub, Ayoconnect, LinkAja, Modalku, Investree, Nium, Payfazz Awan Tunai, Haus, Brodo, Andalin, dan Sayurbox. 

Pada 2 Agustus 2021, BRI Ventures juga sempat melakukan pendanaan seri B kepada Yummy Corp, perusahaan penyedia cloud kitchen.

Adapun, CEO MDI Ventures Donald Wihardja menyatakan calon unikorn bukanlah target utama MDI dalam berinvestasi.

Perusahaan modal ventura milik PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) itu lebih memilih perusahaan yang memiliki potensi sinergi dengan Telkom dan berpeluang berkembang di pasar Indonesia 

"MDI lebih tepat dianggap unicorn farmer, yang memupuk startup yang akhirnya menjadi calon atau lulus mencapai unikorn, "ujar Donald.

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) atau Telkom kini memiliki 13 startup berstatus centaur di dalam portofolio bisnis modal venturanya. Sebanyak 2 dari 13 perusahaan tersebut telah memiliki valuasi senilai US$900 juta. 

Berdasarkan laporan keuangan kuartal I/2021, investasi pada ekuitas TLKM mencapai Rp1,96 triliun, naik sekitar Rp0,26 triliun dibandingkan dengan akhir  2020 senilai Rp1,70 triliun. 

Jumlah itu di luar dari investasi kepada PT Aplikasi Karya Anak Bangsa atau Gojek sebesar Rp2,11 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.