Bisnis, JAKARTA — Laju ekspansi manufaktur Indonesia bergerak makin lambat menutup kuartal I/2022. Namun, tantangan pada triwulan selanjutnya bakal makin berat seiring dengan naiknya PPN serta berlanjutnya kendala eksternal seperti tekanan harga bahan baku impor.
Hari ini, Jumat (1/4/2022), IHS Markit melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Maret bertengger di level 51,3 alias naik sangat tipis dari bulan sebelumnya di posisi 51,2.
Kendati masih bertahan di zona ekspansi di atas ambang 50, kinerja manufaktur Maret terpelanting cukup jauh dari capaian Januari di level 53,7. Capaian pada bulan ketiga tahun berjalan juga merefleksikan pertumbuhan bulanan paling lambat dalam 8 bulan terakhir.
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Ina Primiana memprediksi dalam beberapa bulan ke depan PMI manufaktur Indonesia bahkan berisiko terjerembap ke zona kontraksi, seiring dengan tantangan di dalam negeri akibat kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) dari 10 persen menjadi 11 persen mulai 1 April 2022.