Jumlah Pedagang di e-Commerce 2022 Lesu, Transaksi Makin Moncer

Pelaku usaha di Indonesia yang menggunakan platform dagang elektronik atau e-commerce tergolong masih rendah, meskipun kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) cukup besar.

Rayful Mudassir

27 Des 2022 - 18.14
A-
A+
Jumlah Pedagang di e-Commerce 2022 Lesu, Transaksi Makin Moncer

Ilustrasi perlindungan data pribadi saat belanja di toko online atau e-commerce/Freepik.com

Bisnis, JAKARTA - Jumlah pelaku usaha di Indonesia yang menggunakan platform e-commerce tergolong masih rendah. Kendati begitu, transaksi melalui dagang el tetap mengalami pertumbuhan. 

Badan Pusat Statistik (BPS) mendapati bahwa hanya 34,10 persen dari total pelaku usaha yang menggunakan platform e-commerce untuk berjualan. Sedangkan sisanya 65,90 persen pelaku usaha masih berjualan secara offline atau konvensional.

Survei ini juga menunjukan pelaku usaha e-commerce di Indonesia saat ini masih berpusat di Pulau Jawa atau sama seperti tahun lalu. Pada 2021, dari 2.868.178 pelaku usaha di e-commerce, sebanyak 1.497.655 usaha (52,22 persen) berlokasi di pulau terpadat di Indonesia.

Dari seluruh usaha yang tak melakukan kegiatan e-commerce pada 2021, sebanyak 71 persen beralasan lebih nyaman berjualan secara langsung alias offline. Alasan lainnya adalah tidak tertarik berjualan online (38,74 persen), kurang pengetahuan atau keahlian (21,46 persen).

BACA JUGA: Uji Taji 3 Pemain E-Commerce Menggait Konsumen Belanja Online

Secara umum, hasil pendataan menunjukkan pelaku usaha e-commerce di Indonesia mempunyai 7 ciri-ciri yaitu, pertama mayoritas menggunakan pesan instan dan media sosial sebagai media penjualan.

Kedua, mayoritas pendidikan penanggung jawab/pemilik usaha adalah sekolah menengah atas. Ketiga, nilai pendapatan total maupun nilai pendapatan e-commerce di bawah Rp300 juta.

Keempat, mayoritas usaha tidak memiliki laporan keuangan. Kelima, metode pembayaran yang paling sering digunakan adalah pembayaran secara tunai atau Cash on Delivery (COD).


Keenam, pengiriman langsung sebagai metode pengiriman yang paling sering digunakan. Ketujuh, wilayah pengiriman barang masih dalam pulau yang sama dengan domisili usaha.

BPS menilai bahwa usaha yang menerima pesanan atau melakukan penjualan barang/jasa melalui internet di Indonesia masih tergolong rendah dan masih didominasi dengan jenis usaha konvensional.

Meskipun demikian, BPS mencatat peningkatan pelaku usaha di 2022 menjadi 34,10 persen jika dibandingkan Desember 2021 yang hanya sebesar 32,23 persen. 

Sebagai gambaran, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) menyebutkan bahwa jumlah UMKM di Tanah Air pada 2019 mencapai 65,47 juta. Jumlah ini meningkat 28.000 usahawan bila dibandingkan dengan 2021. 

PROYEKSI TRANSAKSI

Bank Indonesia (BI) mencatat transaksi toko daring atau e-commerce mengalami peningkatan yang signifikan pada semester I/2022. BI dalam Buku Kajian Stabilitas Keuangan edisi September 2022 menyampaikan bahwa akselerasi digitalisasi yang tercermin dari transaksi ekonomi dan keuangan digital telah meluas ke berbagai lapisan masyarakat, bahkan menjadi preferensi dan kebiasaan baru.  


Sepanjang semester I/2022, transaksi e-commerce secara nominal tercatat meningkat sebesar 22,1 persen secara tahunan hingga mencapai Rp227,8 triliun. “Secara volume, [transaksi e-commerce] meningkat sebesar 39,9 persen secara tahunan hingga mencapai 1,74 juta transaksi,” tulis BI seperti dikutip Bisnis, Senin (24/10/2022).

Kendati pelaku usaha minim memanfaatkan e-commerce, Bank Indonesia masih menaruh harap pada sektor ini dengan memproyeksikan transaksi keuangan digital lewat belanja daring mencapai Rp572 triliun pada 2023. 

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia melaporkan meski ekonomi tahun 2023 diproyeksi penuh tantangan, daya konsumsi masyarakat diramal masih cukup tinggi.

"Ekonomi keuangan digital meningkat pesat pada 2023, transaksi e-commerce mencapai Rp572 triliun, uang elektronik Rp508 triliun dan perbankan digital lebih dari Rp67 ribu," jelas Perry pada Senin (30/11/2022).

Perry melanjutkan, stabilitas eksternal serta transaksi akan berjalan seimbang disusul dengan neraca modal surplus dari penanaman modal asing yang diharapkan turut meningkat.

Sebelumnya, Bank Indonesia melaporkan catatan transaksi loka pasar atau e-commerce mengalami peningkatan pada Semester I/2022.

“Secara volume, [transaksi e-commerce] meningkat sebesar 39,9 persen secara tahunan hingga mencapai 1,74 juta transaksi,” tulis BI dalam Buku Kajian Stabilitas Keuangan edisi September 2022, dikutip Rabu (30/11/2022).


PERGESERAN KEBIASAAN

Pemanfaatan platform online sebagai wadah bagi masyarakat untuk berbelanja makin besar selama pandemi Covid-19 dua tahun lalu. Corona disebut memicu pergeseran kebiasaan masyarakat untuk lebih banyak menggunakan transaksi nontunai, termasuk dompet digital dan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).

Riset InsightAsia menemukan kecenderungan penggunaan dompet digital telah berkembang dari sekadar pembayaran ke pengelolaan uang seperti transfer uang, riwayat transaksi, hingga fitur bayar belakangan atau paylater.

Sekadar informasi, riset InsightAsia ini digagas di Bulan Fintech Nasional dengan melibatkan 1.300 responden dan dilaksanakan di 7 kota besar di Indonesia meliputi Jabodetabek, Bandung, Medan, Makassar, Semarang, Palembang, dan Pekanbaru dimulai sejak 19 – 30 September 2022.

Merujuk pada hasil riset yang dilakukan InsightAsia bertajuk “Consistency That Leads: 2023 E-Wallet Industry Outlook” menunjukkan bahwa dompet digital semakin menjadi metode pembayaran paling yang dipilih masyarakat Indonesia, dibandingkan metode pembayaran tunai dan transfer bank.

Ilustrasi konsumen yang berbelanja secara daring melalui e-commerce di ponsel mereka/Freepik

Research Director InsightAsia Olivia Samosir mengungkapkan bahwa hasil riset menunjukkan sebanyak 74 persen responden aktif menggunakan dompet digital untuk berbagai macam transaksi keuangan mereka.

Secara terperinci, Olivia menuturkan bahwa penggunaan dompet digital mengungguli metode pembayaran lainnya, seperti uang tunai sebanyak 49 persen, transfer bank sebanyak 24 persen, QRIS sebesar 21 persen, Paylater sebesar 18 persen, kartu debit mencapai 17 persen, dan Virtual Account transfer 16 persen.

“Perusahaan digital yang menaungi dompet digital dan e-commerce dalam satu atap jadi memiliki bonus tersendiri. Mereka memiliki potensi menjadi pemenang pasar karena menyediakan kelengkapan dan kemudahan bertransaksi, contohnya GoTo yang memiliki Tokopedia dan GoPay dalam satu ekosistem,” kata Olivia dalam keterangan tertulis, Senin (28/11/2022).

Riset yang sama mendapati 10 macam penggunaan dompet digital, di mana paling besar adalah belanja di e-commerce yang mencapai angka 79 persen. Posisi berikutnya ditempati oleh top-up pulsa telepon seluler yang mencapai 78 persen, lalu transfer uang dalam platform mencapai 78 persen.

Selain itu, masyarakat menggunakan dompet digital untuk melihat riwayat transaksi dengan persentase mencapai 70 persen, diikuti dengan transfer bank mencapai 69 persen, pesan makanan dan minuman (F&B) mencapai porsi 59 persen. 

Disusul dengan pembayaran tagihan mencapai 56 persen,  pembayaran offline pengeluaran rumah tangga dan paylater masing-masing mencapai 45 persen dan 42 persen. (Khadijah Shahnaz Fitra, Alifian Asmaaysi dan Rika Anggaeni)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Rayful Mudassir
Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.