Bisnis, JAKARTA - Sejak awal pandemi, kalangan perbankan dikeluhkan oleh para pengembang karena sulitnya menyetujui ajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) terutama untuk kalangan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) baik formal maupun informal. Hal ini tentu berdampak pada realisasi penyerapan rumah MBR yang mengalami penurunan.
Ketatnya pemberian kredit perbankan untuk rumah MBR ini terlihat sebagai anomali dimana pemerintah secara jor-joran mengguyur berbagai kebijakan insentif rumah MBR agar sektor properti khususnya rumah tapak bisa bangkit kembali. Pemerintah juga tengah berupaya untuk dapat mengurangi backlog kepemilikan hunian yang semakin tinggi mencapai 12,75 juta yang sebagian besar didominasi oleh kalangan MBR.
Adapun insentif yang diberikan untuk MBR antara lain FLPP, bantuan uang muka, subsidi selisih bunga, KPR subsidi, dan Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT)
Ketua Umum DPP Asosiasi Pengembang Perumahan Nasional (Apernas) Jaya Andre Bangsawan mengatakan serapan rumah MBR pada kuartal I tahun 2022 mengalami penurunan meskipun perekonomian berangsur membaik karena pandemi Covid-19 yang terkendali.