Kala Pengembang Hunian Mulai Pasang Kuda-kuda Hadapi Awan Gelap

Pengembang kembali dihadapkan sejumlah tekanan sektor properti, mulai dari inflasi tinggi, kembali naiknya BI7DRR, ancaman resesi ekonomi, dan jelang tahun politik. Di sisi lain, minimnya insentif pemerintah. Namun demikian, properti residensial diyakini tetap berkinerja positif pada tahun 2023.

Yanita Petriella

22 Okt 2022 - 12.45
A-
A+
Kala Pengembang Hunian Mulai Pasang Kuda-kuda Hadapi Awan Gelap

Ilustrasi Jual Beli Rumah. /Forbes

Bisnis, JAKARTA – Sektor properti residensial tengah bersiap menghadapi badai usai pandemi Covid-19. Setelah hampir 2 tahun sektor properti residensial khususnya rumah tapak berkibar dan tahan menghadapi pandemi. Kali ini, para pengembang rumah tapak harus berupaya keras untuk bisa survive keluar dari pusaran awal gelap. 

Setelah usai pemberian stimulus Pajak Pertambahan Nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP) pada September kemarin, saat ini tak ada lagi insentif yang mendorong kinerja penjualan sektor properti residensial. Pasalnya, perpanjangan kebijakan pelonggaran rasio loan to value (LTV) dan financing to value (FTV) untuk kredit pemilikan rumah serta pembiayaan properti hingga 31 Desember 2023 ini tak signifikan dampaknya. Hal ini karena down payment (DP) 0 persen ini akan memberatkan besaran cicilan per bulannya. Selain itu, tak semua konsumen bisa mendapatkan DP 0 persen ini karena melakukan screening yang ketat. 

Kembali naiknya BI 7-day Reverse Repo Rate (DRRR) sebesar 50 basis poin atau 0,50 persen menjadi 4,75 persen pada Kamis (20/10) kemarin menambah beban berat sektor properti. Kenaikan BI7DRR ini tak hanya berdampak pada Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) konsumen saja. Namun bagi pengembang, naiknya BI rate juga akan berdampak pada besaran kredit konstruksi yang dipinjam developer untuk membiayai suatu proyek.

Di sisi lain, naiknya harga Bahan Bakar Bangunan (BBM) sejak awal September kemarin turut berimbas bahan bangunan yang kenaikannya mencapai 20 persen hingga 30 persen. Alhasil, biaya produksi rumah pun meningkat. Ditambah lagi, inflasi Indonesia mulai merangkak naik yang saat ini sebesar 5,95 persen yang berdampak pada biaya material bangunan dan daya beli masyarakat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Yanita Petriella
company-logo

Lanjutkan Membaca

Kala Pengembang Hunian Mulai Pasang Kuda-kuda Hadapi Awan Gelap

Dengan paket langganan dibawah ini :

Tidak memerlukan komitmen. Batalkan kapan saja.

Penawaran terbatas. Ini adalah penawaran untuk Langganan Akses Digital Dasar. Metode pembayaran Anda secara otomatis akan ditagih di muka setiap empat minggu. Anda akan dikenai tarif penawaran perkenalan setiap empat minggu untuk periode perkenalan selama satu tahun, dan setelah itu akan dikenakan tarif standar setiap empat minggu hingga Anda membatalkan. Semua langganan diperpanjang secara otomatis. Anda bisa membatalkannya kapan saja. Pembatalan mulai berlaku pada awal siklus penagihan Anda berikutnya. Langganan Akses Digital Dasar tidak termasuk edisi. Pembatasan dan pajak lain mungkin berlaku. Penawaran dan harga dapat berubah tanpa pemberitahuan.

Copyright © Bisnis Indonesia Butuh Bantuan ?FAQ
Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.