Kebijakan Biodiesel Bakal Topang Reli Harga CPO

Harga CPO diproyeksi bakal terus dalam tren naik di rentang harga 4.500 - 5.500 ringgit per ton.

Mutiara Nabila

2 Nov 2021 - 13.53
A-
A+
Kebijakan Biodiesel Bakal Topang Reli Harga CPO

Minyak sawit - Istimewa

Bisnis, JAKARTA - Harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) diproyeksi bakal makin memanas dalam beberapa waktu ke depan. Laju harga komoditas itu pun akan ditopang oleh sejumlah katalis positif dari dalam negeri.

Analis Komoditas dan Founder Traderindo.com, Wahyu Laksono, menjelaskan  harga CPO bakal mendapat dorongan dari kebijakan biodiesel dan meningkatnya harga minyak mentah dunia. Peningkatan harga minyak mentah akan membuat penggunaan biodiesel menjadi lebih kompetitif seiring dengan pergeseran tren bauran energi yang lebih ramah lingkungan.

“CPO yang merupakan bahan baku pembuatan biodiesel bisa menjadi substitusi minyak mentah sehingga ketika harga minyak mentah naik, harga CPO juga ikut naik,” jelasnya kepada Bisnis, Senin (1/11/2021).

Wahyu pun optimistis kenaikan harga bakal terjadi meskipun harga minyak sawit internasional telah naik selama sembilan bulan berturut-turut sejak Februari 2021. Hal itu dipicu oleh kekhawatiran atas tingkat stok yang rendah di negara-negara pengekspor terkemuka akibat rendahnya produksi CPO.

“Meskipun demikian, sentimen penguatan harga CPO masih akan terus berlanjut. Pada Januari 2021, PT Pertamina telah menguji produksi green diesel yang menggunakan Refined, Bleached, and Deodorized Palm Oil [RBDPO] dengan kebutuhan 6 ribu barel CPO per hari menjadi green avtur mulai Desembe 2022,” imbuhnya.

 

 

Selain itu, pulihnya ekonomi pasca vaksinasi Covid-19 juga mendukung penguatan permintaan minyak kelapa sawit, baik dari pasar ekspor maupun domestik. Hal tersebut menjadi faktor utama penunjang kenaikan harga CPO.

Dengan demikian, dia memproyeksi harga CPO bakal bergerak di atas 4.000 ringgit bahkan mencapai level 5.000 ringgit per ton. “Setiap koreksi CPO bisa jadi sulit anjlok dan bisa jadi lanjut test high lagi. Range 4.500 – 5.500 dan di atas 5.000 ringgit per ton baru bisa koreksi ke 4.500 lagi,” ungkap Wahyu.

Sebelumnya, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memprediksi produksi CPO Indonesia sepanjang 2021 mengalami kenaikan 3,5% (year-on-year) menjadi 49 juta ton dari realisasi tahun lalu yang hanya sebanyak 47,4 juta ton. Untuk konsumsi domestik berupa produk oleopangan, permintaan minyak sawit diperkirakan akan tumbuh 2% secara tahunan menjadi 8,4 juta ton.

Sementara untuk produk oleokimia, Gapki memperkirakan akan terjadi kenaikan 14 persen (y-o-y) dari 1,57 juta ton menjadi 1,8 juta ton tahun ini. “Kenaikan supply bisa jadi menahan harga dan rawan koreksi di level atas, biasanya relasional dengan harga minyak mentah,” papar Wahyu.

Tahun depan, penghambat harga bisa berasal dari pasokan yang membaik jika produksi menguat terkait reopening pasca pandemi. Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) melaporkan, indeks harga minyak nabati di bulan Februari berada di rata-rata 147,4 poin. Indeks tersebut naik 8,6 poin (atau 6,2%) dari Januari dan menandai level tertinggi sejak April 2012.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Febrina Ratna Iskana

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.