Kegamangan Mengejar Target Lifting 1 Juta Barel dalam RAPBN 2022

Tak hanya Pertamina, kinerja hulu migas secara keseluruhan sepanjang kuartal I/2021 juga masih tertekan, kendati harga minyak cenderung stabil sejak awal tahun ini.

17 Agt 2021 - 21.47
A-
A+
Kegamangan Mengejar Target Lifting 1 Juta Barel dalam RAPBN 2022

Pekerja PT Pertamina EP melakukan monitoring terhadap Bioreactor Tank di Fasilitas Produksi Gas. /BISNIS

Bisnis, JAKARTA — Target pemerintah mewujudkan produksi siap jual (lifting) minyak nasional sebesar 1 juta barel per hari pada 2030 kian menantang, mengingat tren penurunan produksi minyak dan gas bumi diperkirakan masih akan berlanjut pada tahun ini.

Belum lagi, hingga kini belum ditemukan lapangan minyak dan gas bumi kelas kakap untuk menambah cadangan nasional.

Harapan besar yang disematkan di pundak PT Pertamina (Persero) untuk mengejar target lifting tersebut juga mulai pupus, mengingat capaian produksi hulu migas sejumlah anak usaha perusahaan yang dahulu berlogo kuda laut itu masih terseok-seok.

Tak hanya Pertamina, kinerja hulu migas secara keseluruhan sepanjang kuartal I/2021 juga masih tertekan, kendati harga minyak cenderung stabil sejak awal tahun ini.

Dalam pidato kenegaraan pada saat Sidang Tahunan di DPR RI, Presiden Joko Widodo mengatakan asumsi pada 2022 berpijak pada kebijakan reformasi struktural serta memperhitungkan dinamika pandemi Covid-19 di Indonesia.

"Harga minyak mentah Indonesia [ICP] diperkirakan akan berkisar pada US$63 per barel. Lifting minyak dan gas bumi diperkirakan masing-masing mencapai 703.000 barel dan 1,03 juta barel setara minyak per hari," ujar Jokowi pada Senin (16/8/2021).

Presiden Joko Widodo mengepalkan tangan saat menyampaikan pidato kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR Tahun 2021 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (16/8/2021). ANTARA FOTO/Bagus Indahono/Pool

Berdasarkan Buku II Nota Keuangan disebutkan bahwa harga permintaan minyak global makin pulih dan diperkirakan terjadi hingga akhir 2022. Ekspektasi pandemi Covid-19 yang juga mulai mereda pada 2022 mendorong berlanjutnya pemulihan aktivitas industri global dan penerbangan antarwilayah.

Pada saat yang sama, produksi minyak juga mulai mengalami peningkatan seiring dengan harga yang mulai meningkat dan rig-rig yang mulai kembali beraktivitas.

Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang minyak akan mulai melakukan ekspansi bisnis mengingat neraca keuangan yang sudah mulai membaik. Hal ini akan mendorong harga minyak sedikit tertahan karena kondisi penawaran dan permintaan yang mulai mencapai keseimbangan baru.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan produksi hulu migas diharapkan tentu bisa mulai menjaga dan menahan dari penurunan produksi.

Lifting minyak dipatok 703.000 barel per hari dan lifting gas bumi dipatok 1.036.000 barel setara minyak per hari pada 2022.

Produksi hulu migas menghadapi tantangan berat karena mengandalkan lapangan-lapangan yang mengalami penurunan alamiah tinggi karena umur lapangan yang sudah tua.

"Lifting minyak produksi hulu diharapkan tentu bisa mulai menjaga dan menahan dari penurunan produksi," katanya dalam Konferensi Pers Nota Keuangan dan RAPBN 2022, Senin (16/8/2021).

Sementara itu, Direktur Eksekutif ReforMiner Komaidi Notonegoro berpendapat, dengan target yang lebih rendah pada tahun depan maka dikhawatirkan menimbulkan ketidaksinkronan antara target jangka pendek dan jangka panjang pemerintah.

"Ada kekhawatiran karena antara target dan kinerja dalam jangka pendek-menengah tampak tidak sejalan," katanya kepada Bisnis, Selasa (17/8/2021).

Dia menilai masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dibenahi di sektor migas dalam negeri agar bisa mendongrak produksi dari para kontraktor kontrak kerja sama.

Menurut dia, payung hukum yang jelas dan adanya penegasan fungsi stakeholder terkait perlu lebih diperkuat.

"Saya kira penegasan kembali fungsi dan kedudukan para pihak perlu dikukuhkan kembali dalam revisi UU Migas. Dengan kelembagaan yang kuat potensi penambahan dan cadangan dapat lebih," ungkapnya.

Dari gambaran kinerja hulu migas pada kuartal I/2021 yang dibeberkan oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) beberapa waktu lalu, capaian lifting migas pada akhir tahun nanti diperkirakan hanya akan mencapai 1,66 juta barel minyak ekuivalen per hari (boepd) atau hanya 97,5% dari target APBN 2021 sebesar 1,71 juta boepd.

Pekerja PT Pertamina EP melakukan monitoring Fasilitas Produksi Gas. Bisnis.com

Secara spesifik, outlook lifting minyak pada tahun ini hanya akan mencapai 682.000 barel minyak per hari (bopd) atau 96,7% dari target APBN 2021 sebesar 705.000 bopd. Sementara itu, lifting gas bumi hanya akan mencapai 5.527 MMscfd atau 98% dari target APBN 2021 sebesar 5.638 MMscfd.

Tren penurunan lifting migas itu juga diperkirakan masih akan berlanjut dikarenakan laju penurunan produksi alamiah yang lebih cepat pada beberapa wilayah kerja KKKS.

Kondisi ini juga diperberat dengan terjadinya gangguan teknis, di antaranya kenaikan kadar air (water cut) di lapangan migas utama seperti Lapangan Banyu Urip dan Sukowati, serta kejadian unplanned shut-down di beberapa wilayah kerja migas.

Dengan melihat berbagai faktor tersebut, wajar saja jika pemerintah mematok target lifting minyak bumi lebih rendah dalam rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara 2022.

 

Reportase: Muhammad Ridwan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.