Bisnis, JAKARTA—Kala itu tahun 1915, bisnis Harita Group bermula dari toko kelontong yang didirikan oleh sang ayah, Lim Tju King, seorang imigran dari Fujian China. Toko kelontong yang dimaksud dibuka pertama kali di Kalimantan Timur. Setelah ayahnya meninggal, bisnis diambil alih Lim Hariyanto, dan memutuskan untuk terjun ke bisnis kayu.
Lim Hariyanto Wijaya Sarwono atau lebih dikenal dengan nama Lim Hariyanto masuk dalam jajaran miliarder berkat Harita Group. Perusahaan itu kini memiliki banyak tentakel yang bergerak dibidang yang berbeda. Sektor itu diantaranya mulai dari pertambangan nikel dan bauksit, smelter ferronikel, kilang penyulingan alumina, perkebunan kelapa sawit, ekpedisi, kayu, batu bara hingga properti.
Dia bersama putranya, Lim Gunawan Hariyanto dan Lim Gunardi Hariyanto memulai perluasan bisnis kayu pada 1980-an dengan membangun Harita Group. Saat itu perusahaan mulai melakukan perdagangan kayu log sampai ke manufaktur kayu lapis pada 1983.
Harita terdaftar dengan nama PT Tirta Mahakam Resources, yang membuat produk kayu lapis, di Jakarta pada 1999. Lim juga membentuk usaha pertambangan dengan mitra di luar negeri, termasuk produksi emas di Kelian, di Kalimantan Timur, dengan Rio Tinto Plc (RIO).