Kemenperin Siapkan Insentif Amankan Industri Manufaktur dari Konflik Iran–Israel

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tengah menyiapkan insentif impor bahan baku industri yang berasal dari Timur Tengah.

Redaksi

18 Apr 2024 - 12.46
A-
A+
Kemenperin Siapkan Insentif Amankan Industri Manufaktur dari Konflik Iran–Israel

Ilustrasi manufaktur. /bisnis

Bisnis, JAKARTA – Konflik antara Iran dan Israel tengah memanas berdampak pada situasi geopolitik dunia yang bergejolak. Eskalasi geopolitik di wilayah tersebut patut diwaspadai karena dapat berpengaruh terhadap negara Asean termasuk Indonesia. 

Memanaskan situasi geopolitik dunia ini berdampak pada sejumlah aspek yakni energi dan logistik akan mengalami kenaikan. Selain itu, nilai tukar dollar Amerika Serikat/AS (US$) juga diproyeksi akan menguat.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pihaknya tengah menyusun solusi untuk mengamankan sektor industri dari dampak konflik yang tengah terjadi. Pemerintah perlu analisis dan menyiapkan smart policy untuk memitigasi pengaruh terhadap sektor manufaktur di dalam negeri. 

“Kami juga akan segera melakukan koordinasi dengan para pelaku industri,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (18/4/2024). 

Salah satu solusi yang tengah dirumuskan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yakni penyiapan insentif impor bahan baku industri yang berasal dari Timur Tengah. 

Hal ini untuk menghindari hambatan suplai bahan baku dalam negeri terutama industri produsen kimia hulu yang mengimpor sebagian besar naphtha dan bahan baku kimia lainnya dari kawasan tersebut.

Relaksasi impor bahan baku tertentu juga dibutuhkan untuk kemudahan memperoleh bahan baku, mengingat negara-negara lain juga berlomba mendapatkan supplier alternatif untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industrinya.

Baca Juga: ‘Balas Dendam’ Iran dan Ancaman Perang Dunia III


Selain itu, mempercepat langkah-langkah pendalaman, penguatan, maupun penyebaran struktur industri yang bertujuan untuk segera meningkatkan program substitusi impor. 

Solusi selanjutnya untuk meningkatkan program subtitusi impor dengan memperkuat pengadaan barang dan jasa dengan produk lokal. Pasalnya, upaya subtitusi impor memerlukan dukungan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) guna mengantisipasi excess trade diversion dari luar negeri ke Indonesia.

Kemenperin juga mengusulkan penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral antara pelaku usaha Indonesia dengan mitra. Langkah ini diambil untuk menghindari penggunaan mata uang dollar.

“Langkah ini untuk mengurangi ketergantungan terhadap hard currencies, terutama US$, mengingat skala ekonomi dan volume perdagangan antar negara Asia terus meningkat, juga untuk meningkatkan stabilitas nilai tukar Rupiah,” tutur Agus. 

Demi mendukung pertumbuhan sektor industri, diperlukan juga upaya untuk memperbaiki sektor logistik terjadi peningkatan biaya logistik secara global pada kuartal I tahun 2024 ketika meledaknya konflik Palestina – Israel. 

Biaya dan waktu penanganan logistik di Indonesia masih jauh di bawah negara-negara Asean dan negara dunia lainnya. Indonesia kini menduduki peringkat ke-6 di Asean dan ke-63 dunia pada Logistics Performance Index (LPI).

(Muhammad Nishfi Azriel)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Yanita Petriella

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.